☆゚.*・。゚12. sorry☆゚.*・。゚

4 2 8
                                    

"gimana kalau kita mulai cari buktinya sekarang?"

Ucapan Nala yang begitu tiba tiba membuat Vina tersedak jajanan yang sedang ia kunyah. Tangannya dengan segera menggapai minuman di dekatnya dan meminumnya
"Right now?!? Terus rafi gimana? Masa ga di ajak sih"

Mata Nala memicing. Sejak kapan Vina jadi peduli dengan Rafi?
"Ohooo~~ iya sih yang mau jadi calon... susah ya kalo ga di lengketin. Acie cie"

Vina membuang muka ke arah kanan sambil mencoba menahan diri untuk tidak memukul wajah ngeselin orang disebelahnya ini.

"Ck. Terserah lu ah"

Setelahnya, Dia melangkah turun ke arah tangga. Vina mau mengambil air yang habis sekalian menjauhi Nala yang terus menggodanya

"BERISIK NALA" teriak Vina dari dapur bawah. Tapi bukannya balasan 'iya' atau 'oke' justru suara tertawa kencang yang ia dengar.

Langkah kaki turun tangga membuatnya menoleh, disana ada Nala yang turun dengan berseluncur di pegangan tangga. Vina memutar bola matanya jengah. Nala ini sepertinya punya energi tak terbatas.

"Utututu iya iya deh maaf. Nih gue telfonin rafinya"

"Hm"

Nala mengeluarkan handphone nya dari saku, lalu segera menelfon orang yang dimaksud

"Halo?"

Nala mendecih pelan. Kenapa harus Raka yang mengangkat telfonnya sih

"Rafi mana?"

"Bentar. RAFI NIH ADA YANG NELFON" refleks Nala segera menjauhkan handphone dari telinganya. Astaga, anak ini benar benar.

"Y. Apa"

"Sini dong"

Yang disebrang sana mengerutkan keningnya bingung "kemana?"

"Rumah calon istri lo" ucap Nala sambil melihat reaksi Vina yang sedang melototkan matanya tidak percaya

Hehehe. Seru juga menggoda orang yang dijodohin

"Oke. Otw"

Sambungan terputus begitu saja. Susah emang kalau udah bucin.

"Padahal gue belum bilang mau ngapain ngapain dia udah otw aja. Ck ck. Lihatlah kebucinan anak muda ini" Nala menggeleng gelengkan kepalanya sambil melihat layar handphone yang menunjukkan sambungan telefon terputus

"Sinih gue bantu bawain" Nala dengan sigap mengambil gelas yang tadinya ingin dibawa oleh Vina sendirian. Lalu segera menaiki tangga. Hey, gini gini juga dia tau sopan santun.

Vina hanya mengedikkan bahunya, baru saja ia ingin melangkah naik tangga tapi sayangnya ada suara ketukan pintu. Terpaksa, dia harus membuka dulu. Ini pasti rafi

"Eh sini sini gue aja yang bukain pintu, lu sanah ke atas" ucap Nala yang tiba tiba sudah menahan bahunya

Kepalanya mengangguk perlahan dan segera melangkah menaiki tangga. Mungkin ada yang ingin mereka bicarakan. Oh, atau mungkin Nala mau menggoda Rafi tentang masalah perjodohan. Perjodohan apanya, Ngawur aja Nala tuh

"halo sayang"

Nala segera menjitak kepala Rafi dengan tidak santai. "najis. Ga sudi gue dipanggil sayang sama lo. Kalo Raka yang manggil sih gue ikhlas"

"Hais. Kenapa lu yang buka pintunya sih"

Nala memutar bola matanya "hilih. Masih mending gue bukain. Gasuka? Ya Udah sanah balik ke alam lu" ucapnya sambil berusaha menutup kembali pintu

cloven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang