☆゚.*・。゚4. hurted☆゚.*・。゚

7 3 1
                                    

Kamis, 18 februari

"menurut gue ini bukan bunuh diri sih. Ada beberapa hal yang janggal banget. " ucap Vina pelan pada tiga orang yang sedang bersamanya. Ah bukan, hanya dua. Karna yang satu sepertinya sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Vina menunjuk Nala sambil menaikkan alisnya tanda memberi kode pada Raka yang sedang duduk di seberangnya dan di samping Nala. Sedangkan di samping kanan Vina ada Rafi.

"Nala.. dimakan buburnya jangan di aduk gitu doang" Nala hanya tersenyum sebentar pada Raka yang baru menegurnya, lalu kembali melamun sambil tangannya terus mengaduk bubur

Raka menghela nafas, tangannya dengan kasar merebut sendok yang sedari tadi digenggamnya Nala untuk mengaduk. "Cepet buka mulut, gue suapin"

Sedangkan Vina yang ada di depannya sedang meredam rasa iri, dengki. Gimana engga.. bayangin orang yang kalian suka lagi suapin orang lain tepat di depan mata kalian.

"Mau gue suapin juga Vin?" Ucap Rafi sembari tersenyum manis pada Vina. Sengaja ia lakukan, Kode keras untuk sang kembarannya.

Rafi masih ga rela, ga ikhlas, ga ridho kalau kaka iparnya nanti itu si Nala.

"Eung gausah deh.. kita baru kenalan kemaren sore di kelas gue, gue ga mau ya digosipin jadi cewek gatel. Udah cukup gue dituduh sebagai pembunuh sama murid satu sekolah ini"

-part kenalan udah ada di bab 1 kalo kalian lupa(◍•ᴗ•◍)

Oh iya ini sudah 3 hari sejak kejadian kasus bunuh diri seorang stefi di ruang ekskul harpa. Tapi pihak polisi dan juga sekolah sudah memutuskan untuk menutup kasus ini dan menyatakan stefi bunuh diri.

Tapi Vina, Raka, Nala, dan juga Rafi tak akan pernah percaya. Bunuh diri apanya. Jelas jelas pasti ada yang memotong setengah leher stefi. Mana mungkin bunuh diri dengan hanya seutas tali tambang bisa membuat leher hampir putus. Sangat mustahil.

"Kenapa kita ga selidikin aja kasusnya berempat?" Usul Rafi secara tiba tiba

Raka langsung menatap sinis sang adik "Ga. Buat apa kita sibuk nyari kalau pelakunya udah ada di depan gue"

Orang yang di depannya sedang asik makan siomay langsung tersedak dan dengan cepat meminum es teh manis miliknya . Apa apaan itu! Raka menyindirnya?

Tangannya secara refleks meletakkan garpu yang ia gunakan ke meja kantin dengan penuh tekanan. Bunyinya bahkan membuat beberapa murid di sekitar mereka terkejut

"Maksud lo? Gue pembunuhnya? Hahahahahahah lucu juga pemikiran lo"

"Iya dong. Wajar gue mikir begitu. Lo ngapain hah disekolah jam 7 malem? Lagian ya rekaman cctv yang kesebar juga ngelitin lo yang lagi jalan ke ruang harpa malem malem"
Tanya balik Raka dengan sarkas

Vina memutar bola matanya. Ugh haruskah ia menceritakan kejadian menyebalkan malam itu??
"Gue mau ngambil harpa yang ketinggalan di ruangan ekskul. dan gue ngambil itu karna bunda gue tiba tiba aja minta gue ikut les harpa bareng sama Nala dan juga stefi"

Rafi mengerutkan keningnya "kalian emang deket ya?"

"Maybe yes maybe no" ucap Nala yang sedari tadi hanya diam

Jawaban Nala membuat Raka semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan Vina

Vina memutar bola matanya saat Raka memandangnya sinis "Lagian. Gue kesitu juga kan ga sendiri. Ada Nala sama April"

"April?"

Nala menghela nafas. Walaupun dia hari ini sedang badmood tapi setidaknya dia harus mengungkapkan yang sesungguhnya.
"Iya April ada di sama kita. Dia itu udah janjian sama stefi. Stefi ngomong kok ke gue pas sore kalo dia mau ketemuan sama orang, nah orang yang dimaksud itu April. Tapi April lupa kalo dia mau ketemu stefi dan kebetulan dia diajak sama ayahnya jalan jalan. April bilang dia baru inget pas udah rebahan di rumah. Jadilah dia kesekolah malem malem demi nepatin janjinya. Terus dia ketemu sama kita. Tapi karna gue sama April takut lorong gelap, kita cuma nungguin di depan gerbang area ekskul. Vina yang duluan masuk dan sekalian ngecek ada stefi di sana atau engga. Tapi... Ya gitu deh.. kalian tau kan kelanjutannya.."

cloven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang