[14]

172 15 3
                                    

The Hindrance of Their Relationship

|||

Drrtt...drrtt...drrtt...

Inggrit mengerang dalam tidurnya lalu membalik tubuhnya memunggungi meja nakas. Tapi sayangnya ponselnya terus saja berdering, membuatnya mau tidak mau kembali membalik tubuhnya lalu dengan mata yang setengah terpejam dia meraba-raba meja nakas untuk mengambil ponselnya. Melihat layar ponselnya yang menyala dengan matanya yang menyipit karena silau, lalu dia men-slide layar tersebut kemudian menempelkannya ke telinga.

"Hmm?" Hanya itu yang keluar dari mulutnya karena dia sulit mengeluarkan suaranya dipagi hari, dan matanya kembali terpejam.

"Inggrit, sayang. Bangun, yuk." Terdengar suara Tyo di sebrang sana. Sudah beberapa hari ini Tyo menjadi alarm bagi Inggrit untuk bangun pagi.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Inggrit sambil mengulet lalu menarik selimutnya semakin tinggi karena dia masih ingin terus terbenam di dalamnya.

"Sekarang..." di sebrang sana Tyo berhenti sesaat untuk melihat jam wekernya. "Jam enam." Lanjutnya.

"Masih pagi. Banguninnya nanti aja, ya, jam tujuh atau gak jam delapan. Gue masih ngantuk, bye." Dan Inggrit langsung saja memutuskan sambungan secara sepihak.

Meletakkan ponselnya ke atas tempat tidur dengan jarak yang sedikit jauh darinya, lalu Inggrit menyembunyikan tubuhnya di balik selimut. Dan tak butuh waktu lama dia kembali tertidur.

Drrtt...drrtt...drrtt...

Inggrit sedikit tersentak dalam tidurnya, dan lagi, mau tidak mau dia harus bangun dari tidurnya. Menyibakkan selimut, lalu dengan sedikit kesal Inggrit mendudukkan dirinya lalu mengambil ponselnya itu dan mengangkat telfon yang tidak lain tidak bukan berasal dari Tyo.

"Iya ini gue bangun. Jangan cerewet." Ucapnya dengan nada kesal, yang kontan saja membuat Tyo terkekeh geli.

"Gitu dong, kan jadi makin cantik."

"Iya terserah." Dan lagi-lagi hal itu membuat Tyo terkekeh geli.

"Sayang."

"Hmm?"

"Sayang."

"Iya."

"Sayang."

"Apa mas Tyo Mahesa Putra? Hm?" Balas Inggrit dengan muka yang merah padam. Walaupun dia hanya mendengar kata tersebut melalui telpon, tapi tetap saja hal itu membuatnya merasa malu.

"Gakpapah, lagi pingin manggil sayang aja."

Inggrit pun menghela nafasnya berat. "Udah ah males, gue mau mandi. Bye." Dan untuk kedua kalinya Inggrit memutuskan sambungan secara sepihak.

Meletakkan ponselnya ke atas nakas lalu dia mengambil tumbler berisi air putih yang memang selalu sengaja dia letakkan di atas meja kecil tersebut agar setiap dia bangun dia bisa langsung minum air. Setelah minum beberapa teguk air, Inggrit meregangkan sedikit tubuhnya. Disela-sela meregangkan tubuh, ponselnya kembali berdering dengan deringan yang singkat. Tanda ada pesan masuk. Mengambil benda pipih tersebut, lalu terlihat ada popup Whatsapp dari Tyo.

Tyo: *Jangan lupa sarapan.*

Inggrit sedikit terkekeh ketika mendengar voice note dari Tyo tersebut, lalu dengan segera dia membalasnya.

Inggrit: *Iya. Jangan main game dulu, masih pagi.*

Inggrit mulai memperingati pria itu karena dia tau kebiasaan Tyo yang tidak peduli jam berapapun itu dia pasti akan menyempatkan diri untuk bermain game di ponselnya ataupun di komputer. Dan jika sudah terjun ke dunia tersebut, dia akan otomatis lupa waktu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arduous [WenYeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang