[01]

517 45 1
                                    

The First Meeting

|||

Tepat pukul tiga siang bel sekolah, yang menandakan berakhirnya waktu belajar hari itu akhirnya berbunyi. Adanya tanda tersebut dengan begitu bersemangat setiap siswa dan siswi dari SMA Bintang Wijaya segera mengemasi alat tulis serta buku pelajaran mereka ke dalam tas, lalu berlomba-lomba untuk keluar dari area sekolah. Sama dengan yang lainnya, Inggrit, sambil menyelipkan earphone dengan lagu yang sudah terdengar ke kedua telinganya, berjalan keluar dari area sekolahnya untuk menuju halte bus.

Melihat halte bus yang penuh dengan anak-anak sekolah maupun orang biasa, akhirya Inggrit memilih untuk menunggu bus yang akan dia tumpangi dengan berdiri di luar halte yang tidak terhalang atap. Sambil menunggu, kaki Inggrit terus menghentak-hentak kecil mengikuti alunan musik yang didengarnya dan pandangannya juga tidak henti-hentinya dia arahkan ke arah kiri menanti serta meneliti setiap bus yang berhenti di halte.

Menatap jam tangan digital berwarna teal yang melingkar di tangan kanannya, yang saat ini sudah menunjukkan pukul 03.15, Inggrit menghembuskan nafasnya gusar karena dia sudah lelah berdiri sejak tadi dan bus yang akan dia tumpangi belum juga datang. Ketika dilihatnya halte mulai sedikit sepi dan ada beberapa bangku kosong di sana, dengan cepat Inggrit melangkah menuju salah satu bangku untuk duduk.

Sudah hampir tiga puluh menit dia menunggu, dan hanya tersisa dirinya di halte saat ini. Sebenarnya dia bisa saja memesan ojek online, yang memang biasanya juga Inggrit menggunakan jasa itu untuk berangkat maupun pulang sekolah, tapi dia baru ingat kalau dia lupa mengisi saldo di aplikasi ojek online tersebut dan karena tadi dia harus membayar uang fotocopyan latihan soal untuk ujian akhir yang cukup mahal, karena memang fotocopyan soal itu cukup banyak, akhirnya uang cash yang dia miliki hanya tersisa untuk ongkos naik bus saja. Dan sebenarnya lagi, Inggrit bisa saja pulang dengan Louisa, teman dekatnya sejak kelas satu SMA yang kebetulan searah dan wanita itu memang selalu mengendarai motor ke sekolah, tapi sayangnya Louisa ada latihan paskibra. Meminta jemput? Kedua orang tua Inggrit terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, jadi tidak mungkin baginya untuk meminta dijemput. Yah...mungkin memang sudah takdir Inggrit untuk pulang dengan bus hari ini.

Kembali menoleh ke arah kiri, masih belum terlihat olehnya tanda-tanda kedatangan bus dengan seri S21. Ketika dia menoleh ke arah kanan, Inggrit mendapati tiga orang pria yang berseragam SMA yang berbeda dengannya melangkah menuju halte. Merasa kalau ketiga pria itu bukan merupakan suatu ancaman baginya, Inggrit pun bersikap biasa saja. Tapi ternyata dugaan Inggrit salah. Ketika ketiga pria itu sampai di halte dan melihat ada seorang gadis yang sedang duduk sendirian di sana, gelagat mereka mulai kelihatan aneh. Inggrit yang mulai merasakan ada yang tidak beres dengan ketiga pria itu, ketika dilihatnya mereka menatap dirinya dengan tatapan yang aneh, mulai bergerak tidak nyaman di duduknya dan berusaha untuk tidak membuat kontak mata dengan mereka. Saat ini dia benar-benar berharap kalau bus tujuan manapun itu datang dan berhenti di halte agar dia bisa menjauh dari pria-pria itu.

Setelah ketiga pria itu selesai merundingkan sesuatu, mereka mulai melangkah menghampiri Inggrit. Melihat dari ujung matanya kalau mereka mulai mendekat, dengan segera Inggrit bangkit untuk melarikan diri. Tapi gerakkan dia masih kurang cepat dari pria-pria itu karena dengan cepat pula mereka menghadang Inggrit.

"Eits...mau kemana? Kok buru-buru banget?" Tanya salah satu dari pria itu sambil menyeringai. Pria itu berdiri tepat di hadapan Inggrit, menghalangi jalannya.

Inggrit sama sekali tak berniat untuk menjawab pertanyaan itu. Sambil menatap kesal ketiga pria itu, Inggrit kembali melangkah ke depan, tapi pria-pria itu masih saja menghadangnya.

"Buru-buru banget, sih? Daripada pulang sendirian, mending pulang bareng kita." Ucap Pria yang lainnya, yang berdiri di sebelah kiri.

"Udah, ayo pulang bareng kita aja. Nanti kita bisa senang-senang." Lanjut pria yang berada di sebelah kanan, yang langsung saja meraih lengan Inggrit, bersiap untuk membawa wanita itu pergi.

Arduous [WenYeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang