[09]

115 28 11
                                    

He Finally Got The Chance to Have Her

|||

Pukul setengah sembilan pagi Tyo sudah sampai di kampus tidak bersama dengan Inggrit. Seharusnya hari ini mereka berdua bisa berangkat bersama karena seharusnya Inggrit juga ada kelas pagi pukul 09.45 sama seperti Tyo, serta dia juga ada kelas siang, tapi secara mendadak dua dosennya untuk mata kuliah hari ini tidak bisa masuk karena suatu alasan tertentu. Setelah memarkirkan motornya di area parkir Student Center, yang memang area parkir paling dekat dengan gedung fakultasnya, Tyo pergi ke cafe cangkir terlebih dahulu untuk membeli minuman dan juga makanan kecil.

Setelah memesan segelas teh tawar hangat serta roti bakar, Tyo pun mendudukkan dirinya di salah satu bangku cafe. Menyesap sedikit teh tawarnya, lalu Tyo mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Membuka aplikasi Whatsapp, Tyo langsung meng-klik kontak Inggrit.

Tyo: Jangan lupa sarapan.

Semenit setelah mengirim pesan itu, ponselnya yang dia letakkan di atas meja bergetar. Ada satu balasan dari Inggrit.

Inggrit: Iyaa.

Tyo: Kan kebetulan hari ini gak ada kelas, jadi istirahat aja. Gak usah mikirin kejadian yang kemarin.

Inggrit: Iya, Tyo :)
Inggrit: Lagian gue udah gakpapah kok :)
Inggrit: Sekali lagi makasih ya kemarin :)

Tyo tersenyum cukup lebar ketika melihat semua pesan dari Inggrit yang dilengkapi dengan tanda senyum.

Tyo: Iya, Inggrit.
Tyo: Udah jangan senyum-senyum mulu, istirahat.

Inggrit: Siapa yang senyum-senyum mulu?

Tyo terkekeh sesaat, dan dia bisa membayangkan pasti Inggrit sedang mengernyitkan keningnya saat ini.

Tyo: Nanti pulang kampus gue mau mampir ke rumah lo, ya? Mau dibawain sesuatu gak?

Inggrit: Oh, ya udah.
Inggrit: Terserah sih. Gak usah bawa apa-apa juga gakpapah.

Tyo: Dasar cewek. Ditanyain mau apa, malah jawabnya terserah.

Inggrit: Ya udah kalau lo bingung, ya gak usah bawa apa-apa. Gampang kan?

Lagi-lagi dia dibuat terkekeh karena balasan Inggrit.

Tyo: Ya udah, iya.
Tyo: Istirahat, ya.

Kembali meletakkan ponselnya ke dalam saku celananya, lalu Tyo mulai melahap roti bakar yang dipesannya tadi. Baru satu suapan masuk, tiba-tiba ada yang datang duduk di hadapannya. Wildan. Tyo menatap pria itu dengan sebelah alisnya yang bergerak naik.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo." Ucap Wildan dengan nada yang begitu serius.

"Silahkan." Balas Tyo, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain seraya kembali memakan roti bakarnya.

Wildan menghembuskan nafasnya sesaat. "Gue ngaku kalah dari lo." Ucap Wildan, yang kontan membuat Tyo yang awalnya tidak mau membuat kontak mata dengan pria itu, jadi benar-benar memfokuskan pandangannya pada Wildan. "Mulai sekarang, lo gak perlu takut lagi kalau Inggrit bakal gue rebut dari lo." Sambungnya.

"Seriusan mau nyerah gitu aja?" Tanya Tyo, yang disertai dengan sebuah senyuman miring. "Ah, gak seru." Kata Tyo lagi, sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangku. Di dalam hati, Tyo merasa begitu bangga karena bisa membuat Wildan menyerah dengan begitu mudahnya, tanpa dia harus mengerahkan banyak usaha untuk membuat pria itu benar-benar kalah darinya.

Arduous [WenYeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang