► Akhir kedamaian

3.6K 668 36
                                    

Setahun berlalu, hari ini (name) resmi memasuki umurnya yang kedua puluh lima tahun.

"Una-kun," panggilnya.

Sukuna yang masih sibuk memainkan jari-jari tangan (name) hanya bersuara tanpa membalikkan pandangannya. "Ada apa?"

"Tradisi pengantin itu hanya setahun kan?" tanya (name).

Oh. Sukuna paham kemana alur pembicaraan ini akan berjalan. "Iya."

"Artinya tahun ini aku bebas kan?" tanya (name) sekali lagi.

"Tidak," jawab Sukuna dengan cepat.

(Name) mengernyitkan dahinya. "Kenapa begitu?"

"Sesuai kehendakku, aku yang menentukan. Selama kau masih hidup, maka aku tidak akan melakukan permintaan itu lagi."

"Tapi kenapa?"

"Kau tidak senang bersamaku?"

Bibir bawah di gigit. (Name) bertanya bukan berarti dirinya ingin cepat-cepat lepas dari status istri Sukuna.

Waktu yang dilewati bersama selama setahun ini bukanlah sebuah ilusi semata, semuanya nyata dan jelas. Kenangan indah bersama seorang raja Kutukan Ryomen Sukuna yang akan (name) ingat sepanjang hidupnya.

Hanya saja rasa takut tiba-tiba menyelimuti tubuh (name), sebuah perasaan dalam dari lubuk hati tidak mudah untuk disembunyikan. Kalaupun bisa, maka itu tidak akan bertahan lama.

"Jawab, kau tidak senang bersamaku?" tanya Sukuna sekali lagi.

(Name) menggeleng pelan. "Tidak, hanya saja...."

"Ada apa?" raut wajah Sukuna berubah, begitu khawatir.

"Tidak...aku merasa senang hehe."

"Kenapa kau menangis?"

Di usapnya air mata yang baru saja jatuh dari kelopak mata (name). Sedangkan yang di manjakan malah memasang senyuman lebar, memegang tangan Sukuna yang sedang sibuk membersihkan air mata itu.

"Bukankah sudah seharusnya begitu? kau bilang wanita yang pernah menjadi istrimu hanya mendapat waktu setahun bukan?"

Semakin deras air mata itu berjatuhan.

"Bukankah...ini artinya kau mencintaku?"

(Name), wanita biasa yang seperti pada umumnya selalu berharap dapat merasakan sebuah cinta tulus. Berhasil mendapatkan keinginan tersebut pada umur ke-24 tahun.

Bibir kecil sibuk  berbicara itu kini bertemu dengan bibir Sukuna. Hanya pikiran kosong, tiba-tiba saja Sukuna bergerak ingin mencium istrinya itu.

Beda dari ciuman pertama mereka yang penuh dengan penolakan dari pihak wanita, kini ciuman mereka dilakukan santai karena keinginan masing-masing.

Ciuman di lepas, sebelum benar-benar berakhir, Sukuna sempat memberikan kecupan ringan.

Kedua tangan besar itu menangkup wajah (name) yang kembali memasang senyuman lebarnya.

Namun hal tidak terduga terjadi. Mendadak, (name) memegang dimana area jantung berada, sakit. Begitu cepat menyebar ke seluruh tubuh.

Sukuna sudah tahu hal ini akan terjadi.

"Una-kun...."

Tubuh (name) lemas mendekati tubuh Sukuna, ambruk di dada Sukuna dengan suhu tubuh yang mulai mendingin.

Tanpa basa-basi Sukuna mencoba menyembuhkan wanita ini. Nihil, tidak terjadi perubahan.

Padahal Sukuna sudah tahu hal ini, tapi kenapa dirinya tetap tidak dapat menahan diri agar tidak jatuh cinta?

"Una-kun, ah tidak. Sukuna, aku ada permintaan...terakhir."

"Jangan  berbicara seperti itu, permintaan terkahir mu bukanlah hari ini."

"Bisa kau panggil aku dengan namaku? selama ini kau terus memanggil ku istri atau panggilan sayang."

Tubuh itu bergetar, namun dipaksakan untuk bergerak agar atensinya dapat memandang rupa sang suami lebih lama lagi.

Sukuna benci dengan permainan perasaan yang begitu bodoh.

"Kau tau Sukuna? manusia umurnya memang pendek. Tidak seperti kalian yang bisa hidup sampai beratus-ratus tahun lamanya."

"Berhenti berkata negatif seperti itu," pinta Sukuna.

Sukuna benci dirinya yang menjadi lemah tidak berdaya karena perasaan cinta.

"Aku...senang bisa bersamamu."

Semua terjadi begitu saja, perlahan tubuh kecil (name) kembali ambruk diatas tubuh Sukuna, bedanya kedua indra penglihatan (name) kini tertutup sangat rapat.

Tidak memberikan tanda akan kembali terbuka. Kulitnya mulai memucat dan suhu tubuhnya benar-benar sangat dingin.

Sukuna diam membatu tidak percaya. Secepat inikah? pikirnya. Seperti inikah perpisahannya? Ini yang terburuk.

Begitu diam, Sukuna yang sedang dalam kondisi berperang dengan pemikirannya sendiri, Sukuna sudah tidak menyadari jika wajahnya telah dibanjiri oleh air mata.

Padahal dirinya telah tahu sedari awal.

Sejak kapan Raja kutukan ini rela menitikan air mata? bahkan untuk seorang manusia? aku bisa katakan tidak pernah sama sekali.

"O-oi?"

Sukuna menepuk-nepuk pelan pipi (name), ikut menguncangkan tubuh itu secara perlahan juga.

"Oi?"

Tidak ada jawaban.

"OI!"

Sukuna akhirnya mendapatkan kesadarannya kembali, ditatapnya sangat lama wajah (name)nya terkasih yang telah tertidur dengan keadaan sangat damai.

Bahkan senyuman pun tidak rela pergi dari wajah cantik tersebut.

Sukuna tahu, Sukuna tahu. Meski begitu kenapa rasanya sepedih ini?

Bibir Sukuna sedikit terbuka, terlihat ingin mengucapkan sesuatu. Di peluknya tubuh tersebut, membuat hatinya merasakan sebuah kedamaian yang luar biasa.

"Benar...aku mencintaimu, [name]."

Bahkan air mata pun telah jatuh dari mata yang penuh akan kesombongan.








H A L C Y O N
(n.) Suatu waktu di masa lalu yang sangat bahagia dan damai.

Bagian 6 - selesai.

Halcyon • Ryomen Sukuna •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang