► Semangkuk Sup

5.1K 777 132
                                    

Berkat kasta Sukuna yang begitu tinggi, semua kebutuhan (name) dapat terpenuhi dengan sangat mudah.

Bahan makanan segar yang baru saja dipanen langsung dari perkebunan datang memenuhi dapur luas itu, tinggal di ubah menjadi sebuah masakan saja oleh (name) dan tugas pertamanya sebagai seorang istri dapat terselesaikan.

Oh, jangan lupakan dengan kedudukan Sukuna juga rumah mewah hasil kerja keras orang-orang dapat didapatkan secara mudah.

Serba mudah, namun (name) sama sekali tidak menyukainya. Pasrah dan menurutlah yang menjadi penghalang, (name) masih sayang nyawa, setidaknya dirinya ingin mencapai umur ke 25 tahun sebelum mati terbunuh oleh suaminya sendiri.

"Sedang apa?"

Terdengar suara khas pria dewasa dari balik tembok dapur, (name) yang tengah fokus memilah-milah bahan makanan dibuat terkejut.

"Mau...memasak?"

Jawab (name) gugup, padahal ini sudah menjadi rutinitas wajib setiap hari. Namun tetap saja wanita ini belum dapat membiasakan diri.

Sukuna diam tidak menjawab, hanya suara kakinya saja yang terdengar keras sedang menuju ke tempat (name) sedang berdiri.

Grep. Pelukan dadakan dari Sukuna membuat (name) semakin gugup dan kebingungan harus bagaimana agar dapat kembali melanjutkan kegiatannya.

Baru saja tangan-tangan (name) ingin memisahkan beberapa bumbu dapur, tubuhnya malah mendapat serangan kejutan dari bibir nakal kekasihnya.

Rasa geli dan basah menghujani tenguk (name), pelan-pelan bibir itu mengeluarkan suara-suara melengking khas seorang wanita.

"Suku—. Sukuna-sama saya harus menyiap...kan maka—."

Jari telunjuk Sukuna kini sudah berada tepat didepan bibir (name). "Sssttt, sudah berapa kali ku ingatkan untuk tidak memanggilku secara formal?"

"I-iya, Una-kun."

Satu kecupan ringan di leher (name) sebagai akhir dari kenakalan bibir Sukuna. Kini tubuh itu berjalan menjauh menuju meja makan yang telah ditata rapi sebelumnya.

(Name) bernapas lega, dengan ini kegiatan memasaknya dapat segera dilanjutkan lagi.

Tanpa di sadari, jauh dibelakang sana  Sukuna malah bersikap aneh. Merasakan jantungnya bekerja sedikit lebih cepat dari pada biasanya. Sungguh sebuah kejadian langka.






RYOMEN SUKUNA
HALCYON







(Name) telah memasak banyak makanan, tapi Sukuna malah terus menambah porsi sup pada mangkuk makannya.

Senang di dapatkan, namun sedih lebih dominan saat ini, karena makanan lainnya malah tidak tersentuh sama sekali. (Name) sendiri sudah membuat satu menu spesial andalan miliknya, yaitu sepiring nasi kari yang dimasak dengan resep turun-temurun dari keluarga.

Dipikirnya menu inilah yang akan menjadi penarik perhatian Sukuna, tapi malah  tergeser dengan mudah hanya karena sebuah sup biasa.

"Kau sedih? ada apa sayang?"

Sukuna berhenti memegang sendok makannya, kini perhatian secara penuh terarah pada istrinya seorang.

"Ah, tidak. Hanya saja dari pada terus menambah porsi sup itu, kenapa Sukuna tidak mencicipi nasi kari ini?"

Sukuna menatap nasi kari tersebut, menatap (name) lagi sekilas sebelum mulai menyendok satu suap nasi kari itu masuk kedalam mulut.

Tiap gerakan dari rahang Sukuna terus diperhatikan (name), poin dari Sukuna untuk nasi kari buatannya benar-benar tidak dapat (name) perkirakan.

"Ba-bagaimana?"

"Enak. Tolong isi mangkuk ini dengan sup itu lagi."

Sepertinya memang (name) yang terlalu berharap, padahal harusnya dirinya sudah berteriak-teriak kegirangan seperti orang gila karena sup buatannya telah mendapatkan pengakuan tersendiri dari Sukuna. Tapi hatinya sudah terlanjur sedih untuk nasi kari tadi.

"Karena kau membuat sesuatu yang membuatku senang, maka akan ku turuti satu permintaan mu hari ini."

Rasa sedih tadi mendadak hilang ditelan bumi, mata (name) membola sempurna setelah mendengar kata-kata dari Sukuna barusan.

"Serius?! apa saja?"

Sukuna tidak menjawab, tapi (name) tidak mempermasalahkannya.

"Ka-kalau begitu apa aku boleh mengunjungi keluargaku?"

Mata berbinar penuh harap itu membuat Sukuna merasa sedikit tidak enak, padahal jawaban tidak hampir saja dikeluarkan, namun tidak jadi karena takut kilauan cahaya dari tatapan mata (name) memudar nantinya.

Tunggu, sejak kapan Sukuna peduli akan hal seperti itu?

"Oke, kau kunjungi mereka besok."

Secara tidak disengaja, (name) bangkit dari kursi meja makan lalu melompat-lompat kegirangan. Menahan rindu selama dua bulan penuh itu sungguh menyiksa, tapi akhirnya besok dapat dibebaskan.

Melihat tingkah laku (name) yang mirip seperti kucing kecil, tanpa Sukuna sadari sebuah senyuman tipis telah menghiasi wajahnya.

"Imut," ucapnya dalam hati.




Dari sebuah benih yang tumbuh sehat menjadi sebuah tanaman.

Jadi, apakah dengan begini sebuah benih cinta dan kasih sayang Sukuna terhadap istrinya telah tumbuh besar?





















H A L C Y O N
(n.) Suatu waktu di masa lalu yang sangat bahagia dan damai.

Bagian 2 - selesai.

Halcyon • Ryomen Sukuna •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang