🌻🌻🌻Seminggu berlalu sejak Tyaga menceritakan kisah masa lalunya kepada sang istri. Tak ada perubahan berarti. Semuanya masih sama seperti hari-hari sebelum dirinya membuka aib rumah tangga yang belum pernah ia ceritakan pada siapapun. Hanya Retania, istrinya yang menurut Tyaga harus tau mengenai hal-hal yang terjadi di masa lalunya.
Tujuannya jelas dirinya tak ingin bila Retania salah paham dengannya. Banyak hal yang belum ia ceritakan sebab perkenalan singkat mereka. Pun sebelumnya Tyaga pikir dirinya tak perlu membawa cerita lama dalam rumah tangganya sekarang. Tapi kejadian kemarin sedikit banyak membawa dampak pada diri Tyaga yang berusaha lebih terbuka dengan sang istri. Dan akhirnya dirinya mampu untuk mengungkap penyebab kegagalan mengarungi bahtera bersama Lia yang pada saat itu baru berumur dua puluh tahun.
Tyaga pernah mempunyai perasaan menyesal telah menikahi Lia. Tapi semua itu hanya berlangsung beberapa saat sebelum akhirnya dia sadar bahwa semua yang terjadi padanya telah menjadi takdir-jalan hidup yang harus ia terima. Mau tak mau Tyaga harus ikhlas dengan rentetan ujian yang menimpanya.
Dengan semua kejadian dimasa lalunya bersama Lia, Tyaga banyak belajar dan memetik hikmah dari setiap kejadian yang menimpanya dulu.
"Yah? Kopinya lho ini." Reta mencolek lengan atas sang suami yang otomatis membuat lamunan Tyaga terhenti.
Mereka sudah kembali ke rumah di Puri Wijaya. Tepatnya saat Ratih kembali dari rumah sakit bersama si kecil-keponakan barunya.
"Nglamun jorok ya!" Tuding Reta. Tyaga sontak terkekeh sembari menarik pelan tangan sang istri yang berkacak pinggang. Retania semakin hari semakin cerewet dan hobi membuat telinga sang suami berdengung. Tyaga sudah kebal dengan suara omelan Reta.
Dia hanya akan diam mendengarkan bila sang istri tengah sibuk mengomentari hal-hal yang tak sesuai keinginan Retania.
Tyaga menduga bila anak pertamanya adalah perempuan. Retania terlihat lebih ayu, serta tingkahnya yang selalu ingin berdekatan dengan Tyaga. Warna kesukaannya pun berubah. Sekarang Retania sedang getol-getolnya membeli baju hamil berwarna pink dan putih.
"Ayah!" Retania menepuk keras paha suaminya yang terlapisi sarung motif garis-garis.
"Tukan! Nglamun lagi!" Tyaga kembali tertawa kecil melihat tingkah sang istri. Retania selalu menjadi hiburan bagi Tyaga. Apapun yang perempuan dengan perut buncit itu lakukan pasti ada hal-hal yang baginya lucu.
Mereka saling melempar pandang dengan jarak tak kurang dari sejengkal. Retania lebih dulu memutus aksi saling pandang mereka. Meski telah menjalani hampir lima bulan usia pernikahan, tapi dirinya masih gerogi bila berada di dekat sang suami. Entahlah. Padahal kedekatan keduanya jelas lebih dari itu.
"Yah, nanti sore ke rumah ibu yuk. Kangen dede Saga." Muhammad Sagara, anak pertama Ratih dan Bima yang lahir seminggu lalu.
Reta sebenarnya sudah bertemu Saga saat bayi itu pulang dari rumah sakit. Empat hari lalu pun dirinya sempat berkunjung ke rumah mertuanya untuk membawakan si kecil Saga hadiah. Tapi apa mau dikata bila saat ini Retania membayangkan wajah imut nan menggemaskan Sagara, dan dia ingin segera bertemu lagi dengan anak bujang Ratih itu.
"Yaya?" Tyaga mana pernah menolak keinginan sang istri yang tengah hamil begini. Apalagi kalau Retania sudah mengeluarkan jurus andalannya untuk merayu Tyaga. Dia dengan gampangnya akan mengiyakan permintaan Retania.
"Ya, ayah ikut sajalah." Ujar Tyaga pasrah. Bukannya tak senang dia ikut menjenguk keponakan barunya, namun Tyaga sudah punya rencana malam ini. Apa daya, Tyaga tak pernah sanggup menolak apa maunya Retania.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUSTA
RomanceCayapata Tyaga menikahi seorang gadis berparas ayu bernama Retania Ranupatma. Dirinya pun pernah menikah dengan seorang perempuan bernama Alia Jaya Wadina, anak dari teman kakeknya. Namun usia pernikahan mereka hanya bertahan setahun. Retania, adal...