Part 24 💦

7.7K 814 55
                                    

Belum kurevisi, masih anget niiihh🤪

Yukk beri bintang untuk cerita ini! Jangan lupa share juga ya teman-teman ❤️☺️ 



🌼🌼🌼



Reta berkali-kali mengecek handphone namun tak satupun pesan ataupun panggilan masuk dari suaminya. Pun ketika ia menghubungi nomor Tyaga, lelaki itu tidak mengangkat telepon darinya. Dia pamit pergi ke gudang pukul tujuh malam, dan itu artinya sudah tiga jam berlalu. Reta tak bisa tidur meski berkali-kali memejamkan mata demi bisa meraih alam mimpi. Tapi tetap saja kantuknya hilang entah kemana.

Tyaga pergi dengan tergesa-gesa dengan wajah yang kalut usai menerima telfon dari Feri, karyawan yang ditugasi Tyaga malam ini untuk jaga gudang sampai pukul sepuluh malam. Meski tak mengatakan secara spesifik apa yang terjadi di sana, tapi raut tegang Tyaga membuat Reta menerka-nerka apa yang sebenarnya tengah terjadi di gudang.

Antara kesal dan cemas bersatu padu membuat air matanya luruh. Bingung harus melakukan apa. Apalagi dirinya di rumah sendirian.

Reta meringkuk diatas sofa yang menghadap pintu kaca balkon kamarnya. Sesekali tangannya bergerak mengusap pergerakan sang jabang bayi di perutnya. Rupanya kegelisahan Retania pada sang suami, turut dirasakan oleh bayinya. Terbukti saat ini dirinya berkali-kali merasakan tendangan si kecil. Ia aktif bergerak, membuat sebagian permukaan perutnya merasakan sensasi geli, juga sedikit nyeri-nyeri sedap. Secuil bahagia ia rasakan ditengah kecemasan yang melanda. Janin yang ia kandung dalam keadaan sehat, aktif juga keberadaannya membuat Reta merasa tidak sendirian. 

Sebisa mungkin ia menenangkan dirinya meski hasilnya tetap sia-sia. Tetap saja ia khawatir, cemas, dan perasaan tak nyaman lainnya. Memikirkan apa yang sebenarnya tengah terjadi di luar sana sampai suaminya harus buru-buru beranjak. Pasti bukan hal sepele, juga bukan hal remeh temeh karena sampai hampir tengah malam tiba, pria itu belum juga kembali ke rumah. 

Lama kelamaan Retania merasakan kantuk. Mencoba menghalau pun juga sia-sia, karena pada akhirnya ia tenggelam dalam dunia mimpi. 

....

Tyaga memasukkan motornya ke dalam garasi lalu segera berjalan menuju kamarnya setelah mematikan sebagian lampu utama dan memastikan pintu serta pagar rumahnya terkunci. 

Jam yang melilit di pergelangan tangannya menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Tyaga meninggalkan sang istri sendirian di rumah meski dirinya juga tak tega membiarkan Retania sendirian. Tapi mau bagaimana lagi, beberapa jam lalu dia mendapat telfon dari Feri yang mengabarkan bahwa gudang mereka kebakaran. 

Tentu saja Tyaga panik bukan main dan langsung meninggalkan rumah mengendarai motor secepat yang ia bisa agar bisa segera sampai.

Dan kali ini melihat tubuh istrinya tertidur pulas diatas sofa, dengan posisi yang menurutnya sangat tidak nyaman, membuat Tyaga merasa bersalah dan menyesal telah meninggalkan perempuan itu tanpa memberi kabar sedikitpun. Saking bingung dan paniknya ia sampai melupakan kalau dirinya memiliki Retania yang pasti didera cemas. Apalagi dirinya tidak mengatakan apapun saat meninggalkan perempuan hamil itu. 

Tyaga beristighfar, mengusap wajahnya kasar, lalu segera membopong tubuh istrinya untuk ia pindahkan ke atas dipan. Usai memastikan istrinya tidur dengan nyaman, ia segera membersihkan diri dan bergabung dengan Retania yang sudah pulas. 

….


Tyaga bangun lebih dulu. Membersihkan diri sebentar lalu kemudian membangunkan Retania dengan mengusap sisi wajahnya pelan menggunakan telapak tangannya yang dingin. Tak ketinggalan Tyaga juga menyapa sang buah hati, mengucapkan salam dan mengecupnya ringan. 

TUSTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang