#6 Agustus, 2015

10 0 0
                                    

Agustus, 2015

Penjelasan tentang kejadian saat itu tak pernah dibicarakan lagi. Hubunganku semakin renggang. Tak pernah ada pesan sama sekali semenjak saat itu. Beberapa hari lagi, Ai harus berangkat ke Karawang lagi karena masa liburannya sudah habis. Aku bahkan tak sempat mengobrol, jalan-jalan, atau sekedar makan bersama saat Dia pulang. Sekarang pun, rasanya canggung sekali untuk mengajaknya keluar. Tiba-tiba diluar rumahku terdengar suara motor.

"San, ada di rumah kan?"

"Siapa sih, kok tiba-tiba dating ke rumah tanpa ada pesan" Aku heran.

Segera aku buka pintu rumah dan tampak temanku, Agung, sudah sangat siap menjemput untuk pergi bermain keluar.

"Mau kemana Gung?" Tanya Aku.

"Kemana aja lah" Nada Agung seperti merasa kesal.

"Kamu kenapa Gung"

"Nanya nya nanti aja, sekarang kita ke rumah si Niki dulu, Aku diberi kabar oleh si Maya bahwa si Niki sedang ada dirumahnya"

"Oh mau beresin masalah yah, biar jelas?" Tanya Aku.

"Iyahlah, cowok mah harus gitu"

Seketika omongan Agung seperti menyindirku. Aku yang dari kemarin hanya bisa berdiam diri dirumah menunggu kepastian dan penjelasan Ai, mungkin akan lebih baik jika aku datang langsung ke rumahnya. Tak banyak pikir pajang, Aku pun langsung pergi ke rumah Niki bersama Agung.

"San nanti pas sampai rumahnya, mau ikut masuk ke dalam atau nunggu di luar aja? Aku gak lama kok cuma mau kejelasan dari pernyataan Dia aja, kalau memang benar putus ya berarti sudah aja, sudah jelas, tetapi Aku juga butuh alasannya" ucap Agung.

"Gimana nanti aja Gung, emang kamu yakin kalau kita berdua diizinin masuk?"

Sesampainya dirumah Niki, kita berdua mengetuk pintuk beberapa kali dan tidak ada jawaban. Setelah sekian lama, akhirnya Ibunya Niki keluar dan mempersilahkan kita masuk. Aku dan Agung pun duduk di ruang tamu.

"Nikinya ada Bu?" Tanya Agung.

"Ada kok Gung, tunggu sebentar yah, Ibu panggilin dulu"

Sudah tiga puluh menit berlalu, Niki pun tidak kunjung keluar. Terdengar ada obrolan pelan dari arah kamar Niki. Aku semakin ragu Niki akan menemui Agung.

"Gung, kayaknya si Niki gak mau keluar deh?"

"Iyah, parah amat nih masa kita dibiarin kaya gini sih, apa kita pulang aja yah?"

"Yaudah kita tunggu sebentar lagi, kalau masih gak ada respon baru kita pulang"

Tiba-tiba Niki keluar dari pintuk kamar dan langsung menghampi kita di ruang tamu.

"Ada apa ya Gung? Bukannya semuanya sudah selesai yah?" Tanya Niki.

Agung yang sudah hilang kesabaran pun , akhirnya tidak banyak bicara dan langsung pamitan pada saat itu juga.

"Oh begitu yah, yaudah terima kasih"

"Iyah, sama-sama" jawab Niki.

Kejadian yang lebih aneh menurutku. Bahkan ini lebih aneh daripada masalahku. Aku tidak ingin terlalu ikut campur urusan meraka. Aku berusaha menenangkan Agung.

"Gung, jalan-jalan ke Salabintana aja yuk, menenangkan pikiran disana".

"Iyah lah ayo kemana aja, sumpek banget San".

Diperjalanan terasa sekali sekali amarah Agung dilihat dari cara dia mengendari motor. Aku merasa was-was.

"Gung, hati-hati"

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang