Aaarggh!
Bagus. Aku akan mati menerjunkan diriku setelah ini.
Aku langsung melepas tanganku darinya dengan kecewa. Aku menunduk. Tetapi tangan Minjoo kembali memegang tanganku sebelum benar-benar kuturunkan. Aku segera melihat wajahnya dan ia tersenyum.
"Jangan kecewa dulu sebelum aku selesai berbicara, Tuan Ahn!" protesnya.
Aku hanya bisa mengangguk. Apa lagi yang mau aku dengar? Dia berkata tidak bisa, bukan? Dia tidak bisa bersamaku. Dia.. tidak mencintaiku.
"Aku tidak bisa.."
"..menolakmu," ucapnya.
Mataku segera membulat mendengarnya. Ia berkata apa? Tidak bisa.. menolakku? Mungkin aku perlu memastikan padanya. Aku perlu penjelasan darinya.
"Kau.. bilang apa?"
Ia memasang tampang sebal, "aku bilang, aku tidak bisa menolakmu! Itu artinya aku menerimamu!"
Sesaat aku merasa benar-benar bagaikan orang bodoh disini. seolah aku tidak pernah belajar bahasa hingga aku hanya bisa bengong saat ia mengatakan 'menerimamu'. Ini sungguhan, kan?
"Kenapa kau malah diam? Kau tidak percaya?" ucapnya lagi.
Aku hanya membuka mulut untuk membalas perkataannya tetapi hasilnya nihil. Aku masih terlalu shock untuk mengetahui bahwa Minjoo menerimaku. Bahwa ia..
"Aku mencintaimu, Tuan Ahn. Aku bersungguh-sungguh, kali ini!"
Tanpa kusadari, aku sudah memeluknya dengan erat. Aku kini benar-benar bahagia, ia menerimaku dan ia benar-benar ingin membuatku mati sakit jantung dengan ucapannya yang benar-benar tidak lengkap tadi!
PROK PROK PROK
Aku mendengar siulan, teriakan dan tepukan tangan padaku. Aku berhasil mendapatkannya. Aku benar-benar menjadi kekasihnya. Dan aku berjanji, kisahku akan romantis seperti Titanic atau Romeo and Juliet. Tapi tidak akan berakhir dengan tragis seperti mereka.
"Terima kasih.. Minjoo," bisikku di telinganya.
Aku bisa mendengar suara tawanya dari belakang kepalaku. Ia membalas pelukanku dengan erat melupakan bahwa kami ditonton oleh ratusan orang yang sarapan. Melupakan bahwa kami sedang berada di panggung. Melupakan bahwa.. waktu dua hari yang tersisa di kapal pesiar ini.
Intinya, aku benar-benar bahagia.
"Kau mau apa?" tanyanya.
Aku menariknya berjalan ke dek kapal paling depan. Setelah kejadian kami di restoran tadi, sang kapten kapal datang karena mendengar kegaduhan di ruangan tersebut. melihat kami yang berpelukan diatas panggung yang seharusnya tempat live show ditampilkan.
Ia hanya diam melihat kami. Mungkin shock karena tidak menyangka di kapalnya ada seseorang yang berani melakukan hal nekad seperti itu. Bermesraan di depan umum. Saat itu aku segera melepaskan pelukan dan membawa Minjoo pergi dari tempat itu.
Hari masih pagi dan aku ingin menunjukkan padanya sebuah tempat yang sangat ingin kulakukan jika bersama kekasih di kapal pesiar.
"Mau apa kita disini?" tanya Minjoo.
Aku hanya tersenyum dan menariknya ke bagian paling ujung dek kapal ini. Bagian yang paling benar-benar membuat semua orang terpana dalam film yang tragedi itu.