"Minjoo? Minjoo!"
Yujin memanggil kekasihnya yang berjalan dengan cepat di depannya tanpa menoleh atau menunggu dirinya. Sejak perbincangan terakhir mereka yang mengharuskan keadaan menjadi benar-benar canggung, keduanya hanya bisa terdiam menyantap makanan yang disediakan.
Bahkan setelah keluar dari ruangan pun, Minjoo diam dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun pada Yujin seolah ia sedang menyadari sesuatu dari diri pria itu. Dari perbincangan yang seharusnya tidak mereka lakukan saat hari jadian mereka.
"Minjoo!" panggil Yujin untuk kesekian kalinya.
Minjoo tidak memperdulikan panggilan untuknya. Bahkan ia mempercepat langkahnya tanpa ingin menoleh ke belakang lagi. Tadi, saat ia menanyakan pria itu tentang terlarangkah cinta mereka, pria itu tampak terkejut. Meski sekilas, Minjoo bisa melihatnya dari mata pria itu. Meski pria itu meyakinkan dirinya, bahwa cinta mereka benar-benar tidak akan terlarang.
"Minjoo!"
Yujin akhirnya menggapai tangan Minjoo dan mendorongnya hingga punggung wanita berambut hitam itu membentur dinding kapal. Mata cokelatnya tidak ingin memandang pemata gelap di depannya seolah menghindarinya.
"Minjoo, kau marah padaku?"
Tidak ada jawaban. Hanya matanya yang seolah berkata tidak ingin berbicara padanya.
"Jawab. Apakah ini karena pembicaraan kita tadi?"
Minjoo menggelengkan kepalanya, "Tidak Yujin. Aku hanya.. ragu."
"Ragu?! Tentang apa? Diriku? Cintaku?"
Minjoo memandang mata Yujin yang sama dengan laut malam, "Semuanya."
Satu jawaban dari Minjoo dan pertahanan Yujin hancur. Dalam kemarahan pada dirinya, Yujin mencium paksa bibir menggoda di depannya. Sebuah ciuman paksaan yang menuntut. Kedua tangan Minjoo yang ditahan oleh tangan Yujin disisinya tidak dapat bergerak seolah tenaga pria itu benar-benar dikerahkannya tanpa menyadari sedang menghadapi seorang wanita.
"Empph! Yuj.. Yujin!"
Minjoo mendorong Yujin sekuat tenaganya, tetapi gagal. Pria itu bahkan tidak terpengaruh. Yujin menyudahi ciumannya saat merasakan pipinya terasa hangat seakan ada air mengalir mengenai dirinya.
Airmata Minjoo mengalir dari mata cokelatnya membasahi pipi putihnya. Yujin tidak mengetahui bahwa yang ia lakukan saat ini adalah sebuah kesalahan. Sebuah pemaksaan. Dan sebuah.. luka yang ditorehkan pada wanita itu.
"Minjoo.."
"Kenapa?" ucap Minjoo lebih terasa berbisik.
"Maaf."
Yujin memeluk Minjoo. Menariknya dalam rengkuhan yang membuatnya yakin, tubuh hangat inilah yang ia inginkan untuk bersamanya. Hanya sebuah keraguan dan itu semua berakibat fatal bagi mereka.
"Yujin." bisik Minjoo.
"Ya?"
"Katakan padaku."