Yujin melumat bibir tipis itu seakan tidak akan ada lagi hari esok untuk mereka. Yujin membuka pintu apartemen pribadi miliknya meskipun saat ini bibirnya masih sibuk melayani Minjoo yang tidak ingin melepaskannya.
Setelah berhasil membuka pintu apartemen miliknya, Yujin menggendong Minjoo dan membawanya masuk ke dalam kemudian menutup pintu. Lidahnya menari di dalam mulut Minjoo membuat wanita itu semakin kesusahan mengimbangi permainannya.
Kaki Yujin membawanya pada kamar besar miliknya yang memiliki sebuah kasur empuk besar berukuran king size yang cukup untuk mereka berdua. Tanpa melepaskan cumbuan mereka, ia meletakkan Minjoo perlahan pada kasur tersebut kemudian berusaha untuk menurunkan ritsleting pada punggung dress Minjoo. Seakan tidak mau kalah, tangan bebas Minjoo melepaskan jas mahal Yujin dan membuangnya entah kemana lalu melepaskan satu persatu kancing kemeja Yujin.
"Mmmph.. Minjoo, pelan-pelan, sayang."
"Yujinn.."
"Apa yang kau mau sayang?" tanya Yujin menyeringai jahil.
Minjoo mengerucutkan bibirnya, "Kau menyebalkan."
Perlahan, Yujin mengecup bibir yang sudah sedikit membengkak tersebut dan kembali melumatnya dengan ganas. Tangannya bergerak untuk melepaskan dress Minjoo. Menyentuh kulitnya yang lembut. Membelainya seakan takut melukainya.
"Mmmhh.. Yujinnhh.."
Ciuman Yujin turun dari bibir Minjoo ke leher jenjang putihnya. Menciumnya perlahan disana kemudian sedikit menggigit kecil membuat Minjoo mengerang. Yujin meninggalkan tanda kepemilikan disana untuk sang kekasih.
Tangannya tidak lagi diam. Ia berusaha untuk membelai perut rata Minjoo dan tangan lainnya mengelus paha mulus Minjoo perlahan.
"Yuj-Yujin. Cukup main-mainnya."
"Sabar sayang. Ini masih belum seberapa karena aku akan membawamu ke dunia yang tidak pernah kau nikmati sebelumnya."
Tidak ingin menunggu lama lagi untuk menyentuhkan kulitnya dengan Minjoo, Yujin membuka celananya dan melemparkannya diikuti dengan boxer miliknya. Mata Minjoo melihat sebuah benda yang menegang disana.
"A-apa itu?!"
Yujin terkekeh, "Sayang, apakah kau benar-benar seorang dokter?"
"Aku tidak pernah me- Mmmphh.."
Yujin tidak membiarkan Minjoo mengulur waktunya lebih lama lagi. Ia ingin segera merasakan pelepasan yang dipancing oleh wanita itu tadi di restoran. Ia sudah menunggu lama saat ini.
Tangan Yujin melepaskan dengan cepat penyangga dada Minjoo beserta celana dalamnya. Salah satu tangannya bergerak ahli untuk meremas dada Minjoo dan tangan lainnya berusaha memasukkan satu jari ke dalam liang kewanitaan Minjoo.
"Aahhh.. Hahh.. Y-yujinnhh.."
Ciuman Yujin berpindah ke dada Minjoo. Menemukan sebuah benda yang mengeras disana kemudian melahapnya kemudian memilinnya menggunakan lidahnya yang membuat Minjoo semakin mengerang keras bersamaan dengan jarinya yang masuk dan keluar dari luar sana.
"Emmhhhgg.. Aahhh.. Yuj-"
Satu jari kemudian dua jari. Yujin memasuki liang kewanitaan Minjoo dan mengeluar masukkannya tanpa memperdulikan erangan kenikmatan Minjoo semakin kencang hingga sebuah pencapaian disana.
"Y-yujinhh.. a-aku.. mau kel- akkhh.."
Cairan hangat dan lengket keluar bersamaan dengan tubuh Minjoo yang menegang dan teriakannya yang erotis di telinga Yujin. Tangan Yujin menghentikan gerakannya dan mengeluarkan jarinya yang sudah basah penuh dengan cairan kepuasan Minjoo.