YUJIN POV
Sial. Sialan.
Kenapa aku, Ahn Yujin bisa begitu terbosesi pada wanita berambut hitam ini? Lihat, aku menciumnya di antara ratusan orang yang masih menikmati malam mereka menatap kembang api yang menghiasi langit malam.
Entah kenapa, semua yang ada di wanita ini sangatlah manis dan menarik seolah membuatku tidak pernah bosan untuk berbicara dan berdekatan dengannya. Sebuah perasaan yang berbeda dengan yang kurasakan pada Wonyoung. Wanita yang pernah kusukai itu.
Bibir Minjoo begitu lembut, basah dan benar-benar manis. Entah itu pengaruh dari minuman keras yang ia minum atau memang mulutnya terbuat dari gula? Aku benar-benar kecanduan dibuatnya. Wanita ini benar-benar berbahaya.
"Ummph.. Yuj-Yujin.." desahnya di sela ciuman kami.
Aku melepaskan pagutan kami agar memberinya kesempatan untuk bernapas. Lihat, betapa manisnya Minjoo dengan wajah memerah karena malu. Aku ingin memeluknya disini sekarang juga. Aku serius.
"Tahukah kau? Walaupun malam ini indah dan membuat ratusan pasangan terpana pada langit. Tapi aku, Ahn Yujin sangat terpana pada dirimu," ucapku jujur mencium punggung tangannya.
Topeng yang ia pakai sudah tidak berfungsi lagi menurutku. Karena topeng itu tidak bisa menyembunyikan dengan baik semburat merah wajah pemiliknya yang sudah bagaikan kepiting rebus. Aku tidak pernah bosan padanya.
"Kau terlalu banyak merayu hari ini." Ucapnya.
Aku tertawa. Ya, memang benar apa katanya. Aku terlalu banyak merayunya, wanita yang kukenal tiga hari dan membuat hatiku benar-benar tidak bisa melewatkan kesempatan untuk menggodanya. Wanita ini bagaikan narkotik bagiku.
"Yujin."
Aku menoleh padanya yang menunduk dengan dengan wajah memerah di balik topeng itu.
"Kau.. apa yang kau sukai dariku?" tanyanya.
Apa yang aku sukai darinya? SEMUANYA! Mata cokelatnya yang teduh dan jernih. Rambut hitamnya yang terurai, lembut dan wangi. Tubuhnya yang WOW. Bibirnya yang manis bagai narkotika itu dan pribadi yang menarik, penuh perhitungan dan mampu membuatku bertekuk lutut padanya.
"Yujin?"
Aku tersenyum. Senyuman semanis mungkin yang bisa kuberikan padanya. Jika harus menggabungkan semua pemikiranku tentang dirinya. Hanya ada satu kata dibenakku.
"Kau sempurna," jawabku menyentuh pipinya dengan lembut, "Sempurna untukku. Itulah yang kusukai darimu," ucapku kemudian mengecup pipinya dengan lembut.
Minjoo tampak tidak bisa menjawabku. Ia hanya memperhatikanku dengan mematung menyelidiki mataku seolah mencari kebenaran disana. Apakah ia mengira aku membohongi dirinya? Aku tidak akan berbohong jika sudah menyangkut cinta dan pasangan hidup.
"Terima kasih," ucapnya kemudian menunduk.
Aku tidak bisa melihat wajahnya saat ini karena tertutup oleh topeng dan beberapa helai rambutnya. Aku hanya bisa menghela nafas dan berdoa agar ia benar-benar mempercayaiku. Walaupun aku ragu.
"Yujin?"
"Hm?"
Ia mengangkat wajahnya dan menatapku. Astaga. Aku benar-benar luluh dengan matanya yang menatapku. Aku benar-benar harus mengontrol diriku.
"Siapa sebenarnya dirimu?"
Aku mengangkat sebelah alisku, "Karyawan biasa di sebuah perusahaan," jawabku.
100% bohong. Aku tahu Minjoo tidak semudah itu mempercayaiku.
"Oh? Hingga kapten kapal bisa mengenal karyawan biasa? Hebat," sindirnya.