Double Trouble

1.2K 181 23
                                    

"Bou mau apa ke sini?" tanya Mella berusaha menekan perasaannya untuk tetap berbicara dengan sopan, tapi dia tahu pasti nada bicaranya tetap terdengar ketus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bou mau apa ke sini?" tanya Mella berusaha menekan perasaannya untuk tetap berbicara dengan sopan, tapi dia tahu pasti nada bicaranya tetap terdengar ketus. Dia tidak pernah ingin membenci mertuanya. Hanya saja, seringkali mertuanya melontarkan kata-kata pedas, sama seperti ibunya.

Pertanyaan tidak sopan itu tentu saja membuat ibu mertuanya melotot, merasa direndahkan menantunya. "Apa tak boleh aku mau nengok cucuku?" balas perempuan tua itu dengan menekan gaya bahasanya agar terdengar satu tingkat lebih tinggi dari Mella.

"Maksud saya, kalau Bou punya keperluan, saya siapkan dulu. Saya--"

"Tak adalah keperluan Bou ini selain menengok cucu. Nada juga pasti kangen sama Opungnya," jawab perempuan itu sambil mendekati Nada. Dengan gaya keibuan, perempuan itu menggendong Nada. Memang sudah bertahun-tahun dia tidak menggendong bayi. Nada cucu pertamanya, pembangkit rasa bahagia dalam hatinya.

Namun, kebahagiaannya tentu tak sejalan dengan yang dirasakan Mella saat ini. Mella melihat mertuanya dengan tatapan tanpa daya. Tentu saja dia tidak punya kekuatan menyuruh mertuanya pergi. Perempuan itu akan tetap di rumahnya sampai dia sendiri ingin pulang. Melihat Fatma yang tiba-tiba datang, kelihatannya mertuanya akan lebih lama daripada Fatma. Mertuanya selalu ingin tahu pada apa yang terjadi dalam keluarga Mella. Tua dan tidak lagi punya tanggungan membuat ibu mertuanya selalu ingin ikut berpartisipasi dalam penyelesaian masalah orang lain, paling tidak dia bisa tahu apa yang terjadi dalam hidup orang lain.

Kesimpulan dari semua ini adalah hari ini Mella tidak akan bisa melakukan semua rencananya. Dia tidak akan bisa membuat video makan siang Nada, tidak bisa tidur siang, membalas pesan-pesan dan komentar yang masuk ke Facebook-nya. Tidak akan ada semua itu selama ibu mertuanya ada di rumah ini. Dia melambai pada Fatma yang mencium tangan ibu mertuanya dengan lemas, menyuruh adiknya itu mengikutinya ke dapur tanpa kata-kata. Dia jadi kehilangan selera untuk apa pun sekarang. Kekesalannya bertambah hingga ia ingin membanting sesuatu. Tentu saja keinginan itu tidak dilakukannya sekarang, tidak di depan ibu mertuanya. Keinginan tersebut berpotensi menghancurkan harinya lebih buruk lagi.

"Mbak, berantem sama bumer?" bisik Mella setelah mengambil gelas bersih dari rak piring.

Mella menggeleng. "Tiba-tiba aja datang. Aku kaget aja, sih. Cuma ... kamu tahu sendiri, kan, kalau Bou itu datang, aku nggak bisa ngapa-ngapain," keluh Mella. Yang dimaksudnya dengan "nggak bisa ngapa-ngapain" itu tentu saja soal tidur siang dan video Facebook itu.

"Suruh pulang," canda Fatma sambil mengikik geli. Dia mengambil air putih dari dispenser dapur sendiri, lalu duduk di kursi satu-satunya yang ada di dapur itu untuk minum, kebiasaan baik yang ditanamkan ibunya pada keluarga.

"Kalau bisa, dari tadi sudah tak suruh pulang, Fat." Mella memakai celemek dan menggelung rambutnya ke puncak kepala. Dia mengeluarkan sayuran dari rak sayur kulkas. Kebiasaan baik lain yang didapatnya dari ibunya adalah kulkas yang rapi ini. Setiap selesai berbelanja, dia membersihkan, merapikan, dan menyusun semua bahan makanan dalam kantong-kantong plastik kecil atau kotak makanan plastik. Saat dia membutuhkan bahan makanan itu, yang perlu dia lakukan hanya mengeluarkan bahan makanan yang ia inginkan agar bisa langsung diolah. Kali ini dia mengeluarkan wortel, kentang, dan pok choi untuk membuat bubur Nada.

Something Wrong About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang