Unhappy Marriage

1.4K 178 13
                                    

Mella tahu dia tidak bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mella tahu dia tidak bahagia. Paling tidak, dia tidak sebahagia bayangannya dulu saat akan menikah. Dia pikir pernikahan akan membawanya keluar dari masalah dengan ibunya. Dia pikir pernikahan akan memberikan akhir yang bahagia untuk hidupnya. Apa lagi yang lebih indah dari berhasil menikah dengan lelaki yang diidolakannya, lelaki yang menjadi idola banyak cewek di universitasnya dulu? Nyatanya, begitu menikah, ada banyak hal yang membuatnya terkejut, dalam artian buruk. Jika dalam hidup ada tombol "undo", itulah yang akan ditekannya untuk mengembalikan hidupnya.

Setiap hari Mella selalu meyakinkan dirinya kalau dia bahagia. Seperti kata influencer yang menjadi temannya di Facebook, kita harus menanamkan sugesti dalam diri kita bahwa kita bahagia dan bersyukur atas semua yang terjadi dalam hidup kita. Masih ada orang yang berada di bawah dan lebih tidak beruntung dari kita. Rasa syukur akan membuat hidup kita lebih berharga. Kurang lebih, beginilah yang dikatakan influencer dengan ratusan ribu pengikut itu. Mella merasa beruntung bisa menjadi salah satu dari lima ribu teman influencer tersebut. Bisa membaca kalimat-kalimat motivasi itu membuatnya merasa lebih baik. Sayangnya, semakin banyak dia mengatakan pada dirinya bahwa dia bahagia, semakin hampa juga hatinya. Siapa memangnya yang dia bohongi?

Semburan kalimat Fatma membuatnya sadar akan kebohongan ini. Kata-kata adiknya membuat Mella sadar akan manipulasi pikiran yang terus dilakukannya.

Dia tahu benar kalau dia tidak marah pada Fatma. Dia marah pada kondisinya sendiri. Dia marah pada hidup yang dimasukinya dan kenyataan yang dilemparkan ke wajahnya seperti kain kotor.

Mella merangkak ke kaki tempat tidur, bersandar pada tempat tidur dan meneruskan tangisannya lagi. Sejak menikah, dia sudah akrab dengan suasana ini, menangis dalam diam di kamar, sendirian. Harapannya bisa menangis di pelukan lelaki yang mencintainya musnah saat pertama kali dia menangis pada malam pertama. Rudy membentaknya. Mereka sampai gagal melakukan hubungan seks pertama mereka. Rudy meninggalkan Mella sendirian di kamar. Ini membuat Mella tiga kali lebih sedih daripada hanya mendengar ucapan nyinyir tetangga yang membicarakannya. "Buru-buru banget nikahnya. Pasti hamil duluan itu. Mana Mella memang anak paling nggak bisa diatur di rumahnya. Adik-adiknya pinter pakai jilbab semua. Dia sendiri yang ke mana-mana pakai rok pendek. Sekarang, belum selesai kuliah sudah nikah," begitu kata tetangganya.

Saat Mella dan Rudy berjalan masuk ke kamar setelah pesta usai, seorang tetangga berkata dengan keras, "Nggak usah buru-buru. Kan sudah sering juga. Tiap hari sudah begituan."

Rudy yang mendengar ucapan itu langsung maju untuk menghadapi perempuan tadi. Mella menahannya. Tentu saja tidak ada perempuan yang ingin ada perkelahian di pesta pernikahannya. Mella memohon pada Rudy untuk tetap tenang. "Biarin aja. Orang emang kayak gitu mulutnya. Yang penting kan kita dan Tuhan tahu kalau kita nggak ngapa-ngapain sebelum ini," ucap Mella lembut, untuk pertama kalinya memegang punggung dan perut suaminya.

Sayangnya, begitu mereka berada di mobil, orangtua Mella langsung mencecar mereka dengan pertanyaan, "Kalian benar, kan, nggak ngapa-ngapain sebelum ini?"

Something Wrong About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang