Part 8 ~ Hospital

131 7 0
                                    

I don't know where the origin
to protect and protect
came just like that.
~Rendra~

••••

Seorang pria sedang duduk dengan perasaan cemas. Ia juga tidak tau kenapa dirinya bisa merasa secemas ini. Padahal ia baru saja mengenal gadis itu. Tetapi sejak pertemuan pertamanya dengan gadis itu, ia selalu dibuat gila oleh pikirannya. Bayangan gadis itu selalu saja muncul di dalam kepalanya, bahkan ia pernah memimpikannya. Ia bahkan bertekad dengan seluruh hatinya untuk selalu menjaga dan melindungi gadisnya, sekalipun nyawa taruhannya. Gadis yang pertama kali mampu menyihirnya, padahal tak ada yang gadis itu lakukan. Gadis yang baru beberapa jam ia klaim sebagai gadisnya. Ia juga heran mengapa ia bersikap seperti itu.

Tiba-tiba terdengar suara deringan ponsel yang terdapat di dalam saku celananya.

"Kenapa?"

"Lo dimana? Bolos gak ngajak-ngajak, parah lo."

"Di rumah sakit."

"Ngapain lo disitu? Siapa yang sakit?"

"Achel,"

"Achel siapa?"

"Ck.. banyak tanya lo."

"Di rumah sakit mana? Biar gue sama si Pian susul."

"Gak jauh dari sekolahan." Ia langsung mengakhiri sambungannya begitu saja ketika melihat seorang dokter keluar dari ruang UGD.

"Gimana keadaannya?"

Dokter itu menghela nafas dalam, "Nona tidak apa-apa, alerginya hanya kambuh. Nona hanya perlu istirahat cukup untuk memulihkan tenaganya." Ucap dokter wanita itu, ia tahu siapa yang berdiri dihadapannya dan seorang gadis yang ia tangani. Mereka merupakan anak dari seorang pengusaha sukses yang dengan kekuasaan yang mereka miliki dapat menghancurkan segalanya, begitupun kehidupannya dalam hitungan detik.

"Dokter serius?" Tanya Rendra memastikan.

Dokter itu hanya mengangguk meyakinkan, "Iya, nona akan segera dipindahkan ke ruang inap dan tuan dapat menjenguknya."

"Kalau boleh tau dia alergi apa?"

"Nona memiliki alergi terhadap debu dan asap. Kalau begitu saya pamit dulu."

••••

Di dalam ruangan serba putih, terlihat seorang pria tengah duduk sembari menatap lekat seorang gadis yang terbaring lemah di atas brangkar.

Pria itu kemudian mendekatkan kepalanya ke arah telinga gadis itu dan membisikkan sesuatu.

"Bangun, sayang! Jangan buat aku khawatir."

Entah bagaimana, ia tiba-tiba mengganti logatnya dari lo-gue menjadi aku-kamu.

Setelah pria itu membisikkan kalimatnya tepat di telinga gadisnya, terlihat sebuah pergerakan kecil dari jari-jari mungil yang digenggamnya.

"Engghh...." Erangnya sembari mengerjapkan matanya pelan.

"Hey, kamu udah bangun? Ada yang sakit? Atau kamu butuh sesuatu? Kamu mau apa? Bilang sama aku." Tanya pria itu beruntun.

"Air..." Ucap gadis itu dengan lemah.

Dengan sigap pria itu langsung mengambilkan air yang terdapat di atas nakas dan memberikan kepada gadisnya.

"Udah? Ada lagi yang kamu mau?"

Gadis itu menggeleng, "Lo-"

Belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya, sebuah jari terlebih dulu mendarat di bibirnya.

Me and The Posessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang