18 : Tak ingin lagi

92 11 0
                                    

Jangan mau kembali dan terluka untuk kesekian kali.

- HALU -

        Sejak hari itu, Mega dan Nina semakin gencar menyindirku. Mengatakan bahwa aku murahan atau tak tahu diri untuk mencintai Albi.

Aku menghela nafas, telingaku berdengung panas mendengar kalimat sindiran Mega sejak aku datang. Amel juga, kenapa dia belum datang?

"Gak punya muka ya, kalo gak ada temennya pasti diem, tapi pas ada temennya sok berani."

"Ngaca dong ngaca, suka sama Albi. Ih gak tahu diri banget." kesabaranku kali itu benar-benar habis, aku beranjak, menatap Mega dan Nina secara nyalang.

"Kalian nyindir aku?"

"Oh lo ngerasa kesindir ya?"

Aku tersenyum miris. "Perasaan bukan untuk di jadikan bahan gibah Meg. Kamu mempermasalahkan tentang rasa aku pada Albi, padahal kamu tahu bahwa jatuh cinta tidak pernah bisa untuk direncanakan."

Mega tersenyum, membenarkan letak kerudungnya yang jatuh menutupi dada, ia menyilangkannya pada leher membuat aku meringis. Khimar adalah kain untuk menutupi kepala dan dada, tapi mereka masih memamerkan dadanya seperti itu.

"Ya iyalah, lo ngaca Keyna! Albi siapa dan lo siapa?! Perlu gue beliin kaca?!" Nina tertawa mendengarnya, sedangkan aku menahan emosi.

Aku memejamkan mata agar rasa kesal dan amarah itu sedikit sirna.
Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Rasulullah pernah bersabda untuk menahan amarah dalam haditsnya, yang mengatakan, "Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup)."

"Namun, jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Aku menarik nafas pelan, mengontrol menahan amarah yang semakin membuncah. Astagfirullah.... Aku mengdesiskan Taawudz beberapa kali. Seperti saran Nabi tentang 5 cara menahan amarah.

1. Membaca Taawudz
2. Diam
3. Berganti posisi dari posisi saat marah
4. Mengambil wudhu
5. Mengingat pesan Rasulullah

"Aku cukup tahu diri untuk jatuh cinta Meg." lirihku.

"NGACA... NGACA MAKANYA!" bentak mereka, anak kelas tidak ada yang berani menenangkanku atau Mega. Mungkin mereka merasa tidak paham, karena aku dan Mega memang tidak menunjukkan sedang terjadi pertengkaran besar.

"Bisa nggak si? Sekali aja kalian gak nyindir aku tentang ini?! Aku cape! Aku juga bisa memberontak Meg!" bentakku. Lia langsung menghampiri lalu mengelus bahuku yang sudah bergetar.

Halu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang