35 : Terakhir

109 17 13
                                    

Aku pusing nge-endinginnya😭

Karena setiap pertemuan, kamu harus tahu endingnya adalah perpisahan.

- HALU -

        Aku mengerjap, menatap sekitar aula yang sudah di hias sedemikian rupa. "Keyna!" aku menoleh, menatap laki-laki yang sudah terbalutkan jas abu-abu. Lalu tersenyum kecil menghampirinya.

"Tumben pagi," ucapku membuat dia tertawa kecil.

"Jangan kayak Amel deh, selalu serba salah." balasnya, lalu menyodorkan satu botol air mineral padaku.

"Liat Amel?" Hikmal menggeleng kecil  sambil menelisik mencari keberadaan Amel.

"Mungkin lagi dandan, lo... gak di hias?"

"Ribet," balasku. Acara perpisahan selalu identik dengan para perempuan yang sering membuat hal yang berbeda di paras cantiknya. Seakan menjadi lomba siapa yang paling cantik setelah tiga tahun menimba ilmu di sini.

Sebenarnya aku memakai make up, hanya mungkin tidak setebal orang lain. Karena, aku memang merasa tidak nyaman.

"Woy! Berduaan aja!" aku tersentak menatap Rudi yang menghampiri kami, lalu tak segan untuk memukul bahu Hikmal dengan sedikit kasar membuat aku meringis kecil.

"Kalo beduaan ketiganya setan Mal, inget itu."

"Lo setannya," balas Hikmal membuat tawaku pecah.

"Heh! Liat deh, gue kayak laki ya?" aku menatap Rudi dengan kepala yang menggeleng tak habis pikir.

"Maksud lo, selama ini lo bukan laki?" tanya Hikmal.

"Iya juga ya, makin laki dah gue..." timpal Rudi saat setelah menggaruk kepalanya.

"Wih Keyna, cantik banget."

"Alah modus Na. Jangan masukin hati." aku tertawa menatap kedua teman kelasku, yang katanya bersahabat itu.

"Kelas kita gak ada yang udah dateng?" tanyaku.

"Tadi si... geng Lia sama Naya udah dateng. Tapi gak tahu kemana." aku menggangguk kecil. Di setiap kelas, entah kenapa selalu saja terdapat perkumpulan-perkumpulan orang-orang tertentu. Sebenarnya bukan geng, tapi memang seperti ada kelas di dalam kelas.

"Keyna!!!" aku menatap pintu aula yang sudah menampilkan kedua sahabatku yang tengah melebarkan senyumannya itu.

"Ih Dinda... Amel, kok cantik banget." goda Rudi membuat Amel dan Dinda mencibik.

"Dari dulu kali ah, kemana aja tuh, ketutup kacamata item?" balas Dinda.

"Sumpah Di, kayaknya hal yang bakal paling aku kengenin itu kamu."

"Anjir." decak Hikmal saat mendengar ucapan Amel.

"Nggak perlu gitu mon maap." balas Amel tak suka.

"Gak bakal ada yang sereceh dia lagi gak si Mel?" timpal Dinda membuat Amel mengangguk.

"Yang lebih bikin kangen lagi, gak bakal ada yang minta uang gope ke aku." tambahku membuat kami tertawa.

Halu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang