acht

413 50 8
                                    

Sooyoung harus mengakhiri semuanya. Segala karut marut yang telah ia buat, segala perasaan berat yang kian menekan hatinya. Ia harus menuntaskannya malam ini, meskipun angka pada jam digital dashboard sedannya menunjukkan pukul 1 dini hari.

Setelah menghabiskan hari bersama Taehyung, Sooyoung sadar bahwa tak ada rasa yang pantas ia khianati. Tak boleh ada lagi hati yang ia cederai. Untuk dirinya sendiri pun sama, bahwa akal tak berhak untuk mengakuisisi isi hati. Maka, dini hari ini, skenario asmara yang Sehun dan ia sepakati harus berhenti.

❄❄❄

"Maaf telah mengganggumu selarut ini."

Sehun tak bergeming, tetap sibuk dengan urusannya mengunci pintu mobil dan mengatur jok samping kemudi. Pria itu terlihat masih terjaga. Aroma alkohol menjadi parfum tubuhnya malam ini.

"Ada hal yang harus kukatakan secepatnya."

Sooyoung mencengkram kemudi. Terbesit firasat untuk tak mengatakannya hari ini, menunda sampai laki-laki di sampingnya lebih tenang agar pikiran Sehun tak lebih terbebani.

"Katakan."

helaan ekshalasi mengawali rangkaian diksi yang akan perempuan itu keluarkan. Meskipun janggal, apalagi mengingat relasi keduanya yang bagai dikaburkan halimun, permintaan itu harus ia ungkapkan.

"Mari kita akhiri. Semuanya."

Sehun merotasikan kepalanya, menatap sisi lateral wanita yang tak berani menatap balik netranya. Ia terkejut, meskipun hal tersebut sempat terprediksi.

"Skenario yang kau dan aku buat, kalut yang memulai segala tipu muslihat, atau apapun itu yang sedang kau dan aku lakukan bersama, harga diri maupun afeksi. Aku mohon... hentikan."

Kini Sooyoung membalas atensi Sehun, berusaha membaca dan mengartikan perubahan garis wajah sang pria. Rongga dadanya terasa sesak oleh perasaan janggal yang tak seharusnya ada dan terlibat.

Sehun pun sama. Netra sayu dan derajat kesadarannya yang tak penuh sekuat tenaga memahami atmosfir yang mengelilingi. Ia menundukkan kepala, mengusap kasar pahatan wajah agar serebrumnya menemukan jawaban.

"Aku tidak bisa melanjutkan apa yang telah kita mulai. Kau dan aku. Kita sama-sama terluka. Jadi, aku mohon. Mari menjalani apa yang seharusnya kita jalani masing-masing. Maaf."

Mengangkat kepala, Sehun kemudian menunjukkan lengkung bibirnya, mengisyaratkan bahwa semua tak menjadi masalah. Mungkin ia sadar bahwa tidak seharusnya bermain-main dengan hati. Apalagi jika eksistensi keduanya diperbincangkan sana-sini.

Kedua tangan Sehun terangkat, menggapai pipi hangat Park Sooyoung dan menyentuhnya. Ibu jarinya bergerak pelan mengelus permukaan, menyalurkan ketenangan agar tirta yang menggenang di bola mata Sooyoung tak jatuh mengalir.

"Maafkan aku. Kau benar, semua ini salah. Aku menjadikanmu tameng tanpa memikirkan apa yang kau rasakan jauh di dalam sana. Aku memanfaatkanmu dengan mencederai hatimu. Namun, kau juga perlu tahu Sooyoung, aku pun sama. Harga diriku juga terinjak, perasaanku pun tak menentu."

Sooyoung menangis. Ia merasa lega, namun kemudian sekelabat rasa bersalah mendistraksi. Kata "maaf" menjadi repetisi yang ia ucap, tak dapat mengeluarkan diksi lain selain penawar rasa salah.

Pria itu tak sanggup membalas jua. Sehun menjadi tokoh yang lebih bersalah di cerita ini dan ia pun sadar diri. Meminta maaf pun ia pikir tak cukup pantas, apalagi menerima permintaan maaf. Maka, begitulah dia. Bungkam seraya membawa daksa sang wanita ke dalam dekapan erat, berekspektasi kungkungan dan sandaran dapat menenangkan jiwa yang dilanda lelah.

"Maaf dariku mungkin terdengar tidak cukup, tapi aku meminta maaf padamu. Maafkan aku. Kau berhak untuk tidak menerima kata itu. Walaupun kau menerimanya, tidak bisa menyembuhkan luka yang telah kusengaja. Jadi, izinkan pria bersalah ini menjadi sandaran dan penenang sakitmu. Hanya untuk malam ini..."

Sehun mengelus surai belakang Sooyoung, meredakan isak yang lepas dan tetesan tirta yang kian menderas. Dadanya bergetar merasakan gema tangisan pilu dari kepala yang bersandar di peluknya.

"..dan mungkin untuk kali yang terakhir."

❄❄❄

halo semua..

maaf baru bisa update setelah beberapa purnama. susah buat aku untuk melanjutkan menulis di kala kuliahku yang memang tidak bisa ditinggal saking padatnya. part ini ditulis saat liburan semester, ada waktu longgar buat leyeh-leyeh dan menyusun alur serta diksi.

mungkin setelah ini aku akan hilang lagi wkwk maaf banget.. studi yang aku jalani bener2 kurang memungkinkan buat nulis. tapi akan diusahakan ngelanjutin ini kl ada waktu luang kok.

terima kasih sudah menunggu dan kembali membaca. selamat menikmati penantian panjangnya (lagi).

see you in another episode.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Artificial LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang