Seorang pria mengenakan training adidas hitam dengan mantel abu-abu musim dingin berjalan memasuki gedung megah yang telah membesarkan namanya. Ia melepas topi yang ia kenakan untuk mengaburkan title artis yang tersemat pada dirinya. Kepulan asap putih keluar dari rongga mulutnya tiap ia mengembuskan nafas. Kedua tangannya ia gosokkan untuk mendapatkan kehangatan di tengah rendahnya suhu musim dingin. Ia berjalan dengan sedikit terburu menuju lift ke lantai teratas, lantai yang terkenal 'keramat' karena suasana yang tidak pernah bersahabat.
Jujur saja ia tidak suka mengunjungi gedung agensi di hari libur seperti ini. Tetapi kali ini tak biasa, orang yang tepat satu jam lalu menelponnya tidak dapat diremehkan.
"Kau sudah datang, Sehun-ssi"
Suara khas lelaki paruh baya terdengar saat pintu ruangan baru saja ia buka. Pria yang dipanggil Sehun itu tersenyum tipis, kemudian maju beberapa langkah sebelum membungkukkan badan sebagai tanda hormat.
"Ada apa Anda memanggilku, sajangnim?"
Pria paruh baya itu tertawa renyah sambil menggosokkan pena ke atas puluhan kertas putih penuh tulisan yang Sehun tidak ketahui.
"Kau tidak ingin basa-basi dahulu denganku, ya? Bagaimana kabarmu?"
Sehun tersenyum tipis, sangat tipis bahkan tak seorang pun dapat mengira kalau ia tersenyum. Ia tidak begitu suka perbincangan yang berputar-putar. Netranya kembali menatap mata lawan bicaranya setelah beberapa saat ia menundukkan kepala.
Pria berusia akhir 50-an itu menyadari sikap sehun yang merasa jengah atas pertanyaan yang baru saja ia katakan.
"Sepertinya kau tidak suka basa-basi jadi langsung saja."
Keheningan menyelimuti ruangan itu untuk beberapa detakan jarum jam.
Sajangnim. begitulah sapaan yang dipanggil orang-orang. Gelar itu tentu saja membuatnya berada di puncak kekuasaan, termasuk kekuasaan untuk memanipulasi artis yang berada dalam binaannya.
"Aku ingin kali ini kau yang membuat nama EXO tetap di atas."
Wajah dingin pria putih itu menampilkan keterkejutan atas apa yang barusan ia dengar.
"Apa maksudmu?" Matanya menajam seiring dengan sesuatu dalam dirinya yang mendadak kalut.
"Grupmu sekarang tidak senaik dulu lagi. Bahkan sekarang aku harus memohon pada pihak acara untuk menempatkan EXO sebagai penutup acara." Helaan nafas berat ia sisipkan di akhir kalimat. Bola matanya memancarkan ekspresi tidak ingin disela, apalagi dibantah.
"Sebentar lagi EXO akan comeback. Aku menaruh harapan besar pada comeback itu. Tapi jika EXO terus mengalami pasang surut seperti ini, comeback kalian tidak akan menjadi besar."
Sehun mulai mengerti arah pembicaraan yang dimaksud atasannya. Ia ditugaskan untuk membuat nama EXO tetap berada di atas industri musik.
Tapi apakah tugas ini akan menjadi besar?
"Lalu apa tugasku?"
Keduanya saling menatap melempar tatapan penuh siratan amarah. Orang tua itu berdiri, kemudian memosisikan raganya di hadapan Sehun.
"Aku butuh pengorbananmu seperti yang Jongin lakukan," ucapnya pelan. Sebelah tangannya yang bebas ia tepukkan pada bahu kokoh pemuda yang sedang memicingkan mata menatapnya penuh selidik.
"Kau tahu maksudku kan, Oh Sehun?"
Jelas saja Sehun tahu. Ia tidak bodoh untuk mengetahui maksud dari CEO nya. Ia tersenyum getir sebagai balasan, tidak menyangka kali ini pria itu akan menjadikannya boneka demi uang.
"Lalu siapa wanita malang yang akan menjadi pemeran utama dalam drama romantisku ini?"
Pria itu tertawa lagi setelah mendengar pertanyaan sehun yang sedang kalut. Ia tidak berbicara, namun senyuman miring tak luput dari mimiknya.
"Kalau bisa, pilihlah dari agensi sendiri dan dari grup yang berpotensi besar untuk sukses. Red velvet misalnya?" Nada bicara yang naik di akhir kata menandakan pertanyaan, tapi malah terdengar seperti perintah bagi telinga Oh sehun.
Sehun yang sedari tadi menahan emosi menatap lawannya tak percaya. Bagaimana bisa ia mempertaruhkan karir grup yang baru berusia 4 tahun?
"Mungkin saja setelah skandal kencan kalian tersebar, Red Velvet akan semakin sukses, kan? Bukan hanya EXO yang akan untung, red velvet dan aku juga. Bukankah begitu, Tuan Oh Sehun?"
Pria tua itu tertawa lagi di akhir pertanyaannya yang retoris. Sebuah Ide gila nan egois yang keluar dari otak materialistis seorang budak kapitalis.
"Pikirkan lagi hal itu, Sehun. Drama kalian tidak akan berjalan lama, mungkin sekitar 4 sampai 6 bulan saja. Sisanya tergantung pada kalian."
Sehun mendecih pelan. Ia ingin menantang kekuasaan absolut orang di hadapannya yang tampak rapi ber-suit "Gucci", penggambaran kalangan atas hedonis.
"Siapa yang ingin kau jatuhkan kesengsaraan bersamaku, sajangnim?" Tanyanya sarkas.
"Kau tau, ada satu member red velvet yang pandai berakting. Sepertinya sekarang ia sedang syuting drama."
🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Artificial Love
Fanfiction"Being in Kpop industry means faking everything, such as our love. What do you expect?" sehun x joy x v ©hayoxn