zwei

1.6K 288 27
                                    

"Omong kosong"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Omong kosong"

Ujar seorang berperawakan jangkung bertopi hitam sambil menyesap secangkir macchiato hangat di siang yang dingin. Ia menegakkan badan, mengistirahatkan punggungnya pada kursi cafe, berkecak pinggang, kemudian sedikit melempar handphone nya dramatis. Netranya ia layangkan pada seseorang di hadapannya yang entah sejak kapan sudah asik menyelami lautan lamunan.

Chanyeol, pria itu menyilangkan tangan di depan dada, memicingkan sebelah matanya heran dengan apa yang rekannya lamunkan. Kesal tak diperhatikan, ia mengetuk-ngetuk meja untuk mendistraksi tatapan kosong itu. "Hey! Yeoboseyo? Aku sedang berbicara denganmu, Oh Sehun!"

Orang yang dipanggil Oh Sehun itu sedikit tersentak, kesadarannya seketika itu pula kembali ke jiwanya. Pandangannya yang sedari tadi mengarah ke cangkir hot latte miliknya berpindah fokus menangkap wajah Park Chanyeol. "Ya? Kau berbicara denganku? Ada apa?"

Chanyeol menghela nafas kesal. Cerita panjang lebar yang baru saja ia bicarakan ternyata tidak digubris. Sedari tadi Sehun tidak memperhatikannya.

"Di twitter sedang ramai membicarakan tentang prediksi dua idol tidak terduga dari agensi yang sama sedang berkencan. Bagaimana jika itu dari grup kita? Aku sedikit khawatir. Perasaanku tidak baik kali ini."

Sehun menegang. Niat untuk menyeruput kopi yang ia pesan sirna. Ekspresi masam tak dapat lagi ia sembunyikan untuk tampil di wajah tampannya.

Chanyeol menyadari itu. Perubahan drastis pada raut Sehun. "Kenapa kau tampak terkejut?" Ia tak dapat menahan untuk bertanya. Perasaannya tidak pernah salah dan kali ini ia khawatir, apalagi setelah mendapati ekspresi gelisah yang Sehun tampilkan. Ia menegakkan badan, urat-uratnya menegang sebagai reaksi atas rasa penasaran.

Sehun menggelengkan kepala untuk meredakan kecurigaan Chanyeol. Ia berusaha sekuat mungkin untuk menetralkan air wajahnya seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Bukan waktu yang tepat untuk memberi tahu sahabatnya sekarang.

"Aku terkejut karena kau mengaitkan EXO dengan prediksi konyolmu itu. Tidak perlu dipikirkan, kau terlihat bodoh dengan segala kekhawatiran tak berdasarmu."

Embusan nafas berat keluar dari hidung Chanyeol seraya dengan badannya yang kembali melunak. "Begitu, ya?"

Sekeras apapun ia mencoba tenang, hatinya meronta dan menolak seakan mengetahui segalanya.

Sehun mengangguk tak mantab. Ia pun meragu. Bagaimana bisa ia tak ragu di saat hal itu mengenai dirinya sendiri. Namun kali ini ia terpaksa harus memutuskan. Biarlah ia yang menanggung sekali ini saja demi teman-temannya.

Tapi, bukankah egois jika ia menyetujui hal itu?

Tidak. Tekadnya tidak boleh kembali kendur. Ia sudah memutuskan.

"Hyung, apa kau punya nomer telepon junior kita, Sooyoung?"

Memutuskan untuk menggali lubang yang entah akan ada kejutan apa di dalamnya.

❄❄❄

"Cut!"

Senyum lega terurai di bibir wanita berambut sebahu dengan mantel coklat setelah ia mendengar teriakan tanda berakhir dari sutradara. Kurang lebih sudah delapan jam waktunya yang terkuras untuk drama. Peran yang ia mainkan kali ini adalah sesosok gadis muda bernama Eun Tae Hee, pemeran utama yang memenuhi plot cerita dengan keyakinan naifnya akan cinta.

Ia membungkukkan badan berulang kali tiap melewati para staf drama. Tak lupa senyum manis selalu terpasang di wajahnya yang ayu. Joy ingin segera pulang. Ia ingin beristirahat dari hiruk pikuk dunia hiburan yang kadang membuatnya ingin lari. 

Sesuatu yang ia rasakan bergetar di dalam kantung mantel membuatnya berhenti berjalan ke dalam mobil managernya. Ia berkecak pinggang dan memasukkan tangan ke dalam kantung untuk mendapatkan benda kotak pipih sumber getaran itu. Ia mengerucutkan bibir ketika rasa bingung muncul setelah ia menatap layar ponselnya.

Nomor tidak dikenal?

"Yeoboseyo, siapa ini?" Tanya Joy tanpa ragu sembari menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel di telinga kiri.

"Ini aku,"

Suara bass khas pria terdengar menjawab
salam pembuka teleponnya. Alis Joy saling mendekat, ia menerka-nerka siapa orang yang mengganggu waktu istirahat berharganya.

"Seniormu, Sehun"

Mata Joy terbelalak. Ia menjauhkan handphone dari telinga, meneliti nomor yang tertera di layar untuk sekedar memastikan bahwa pendengarannya tak salah.

"Kau sedang tidak mengaku-ngaku, kan?" Wanita itu kembali bertanya, masih tidak percaya dengan pengakuan orang di seberang sambungannya.

Terdengar helaan nafas panjang sebelum pria tersebut melanjutkan pembicaraan. "Tidak. Aku juga sedang tidak bergurau."

Joy menutup mata rapat, menyesali apa yang barusan keluar dari mulutnya. "Ah, maaf sunbae." Ia menggigit bibir gugup. Merasa bersalah atas sikapnya.

Keduanya kemudian diam, sibuk dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya Joy memutuskan untuk kembali angkat bicara.

"Apakah ada yang ingin sunbae sampaikan?"

Sehun berdeham kecil, berusaha mengeluarkan kalimat yang tersangkut di pangkal lidahnya. "Bisakah kita bertemu malam ini?"

Sooyoung menimbang. Jujur saja ia tak rela untuk membuang waktu istirahat yang ia miliki malam ini. Tetapi bagaimana lagi, Sehun adalah seniornya. Ia tak enak jika harus menolak.

"Apakah itu sangat penting sampai kau tidak bisa mengatakannya sekarang di telpon?"

"Ya. Ini sangat penting. Mengenai kita berdua."

Hening terjadi di antara mereka. Tidak ada yang ingin melanjutkan pembicaraan. Sehun berkutat dengan hal yang akan ia katakan pada Joy, sedangkan Joy sendiri menimbang dua pilihan yang dimiliki.

Tak ingin terlarut dan membuang waktu, Sehun memilih untuk kembali bertanya. "Jadi, bisakah malam ini kita bertemu?"

"Ya. Katakan di mana dan jam berapa," pada akhirnya, gadis itu pun setuju.

"Sekarang, Taman dekat dorm red velvet. Aku akan menunggumu."

Tak berselang lama, panggilan pun terputus. Sehun bertanya pada dirinya sendiri dalam hati, sudah benarkah langkah yang ia pilih?

Tidak apa-apa.

Aku tidak akan jatuh cinta padanya, begitupun sebaliknya.
Itu hanya hubungan palsu.

Itu hanya kata cinta yang palsu.
Perasaanku padanya pun palsu,
Hanya saja dengan hati yang asli.
Dan mungkin menimbulkan patah hati yang nyata.


❄❄❄

Artificial LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang