Joy mengentakkan pelan kedua kaki jenjangnya ke tanah secara bergantian untuk meningkatkan suhu tubuh. Angin musim dingin memang tak pernah ramah pada fisiknya. Jarum menit jam telah berpindah 30 derajat dari posisi asal, namun kehadiran orang yang ia tunggu masih alpa. Ia mengeluarkan iphone rose gold miliknya, membuka histori panggilan, kemudian menatap nomor yang terletak paling atas. Joy sudah tak sabar, tapi ragu untuk sekedar men-dial.
"Maaf jika membuatmu menunggu lama"
Gadis itu membalikkan badan saat kedua rungunya menangkap suara lelaki dari sisi belakang. Ia merapatkan kedua tangannya yang bersila di depan dada, mencoba mencari sisa kehangatan di balik mantel coklatnya. "Tidak masalah."
Orang itu–Oh Sehun–menatap kosong mata gadis cantik di hadapannya. Ia menyadari bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja, bibirnya kebiruan dan mulai terlihat bergetar. Kedua tangannya ia silangkan rapat didepan dada seperti memeluk diri sendiri. Bohong sekali untuk mengatakan 'tak masalah' dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Meskipun begitu, apa pedulinya?
Sehun menggaruk pelan tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, hanya sebagai pengalih gelisah. Dadanya terasa berat, namun kepalanya memaksa untuk segera mengatakan.
Ia bingung.
Ia ragu.
"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"
Sooyoung yang tak kunjung mendapat jawaban di tengah rendahnya suhu malam, mencoba mempercepat pembicaraan. Sehun menundukkan pandangan menatap ujung sepatu hitamnya. Berulang kali ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri selama perjalanan, tapi di hadapan seorang Park Sooyoung, tekadnya melemah.
Kerutan pada dahi Sooyoung makin tercetak jelas. "Apa kau akan terus berpikir lama?"
"Tidak"
"Kalau begitu apa yang ingin kau katakan?"
Pria itu mengangkat kepala, mencoba menyelami bola mata kecoklatan Sooyoung yang sedalam samudra. Ia menjelajahinya, mencari-cari setidaknya satu alasan untuk menyakiti perasaan Sang Pemilik lautan.
Ia tak menemukannya, sedalam apa pun ia menyelam.
Sehun memaksa akal sehatnya kembali, menolak untuk tenggelam dalam keelokan yang tersaji di hadapannya.
"Jadilah kekasihku"
Manik gadis itu melebar. Tubuhnya mati rasa, tak dapat merasakan dingin karena tertutup rasa heran dalam kepala. Ekspresinya menyiratkan bahwa ia meminta penjelasan, maksud dari semua ajakan yang barusan ia dengar.
Joy tidak naif. Seorang Oh Sehun, tak pernah lebih dari saling bertukar sapa, tiba-tiba menawarkan diri menjadi kekasih. Apakah ia dapat percaya? Sungguh sebuah improbabilitas
"Apa niatmu sebenarnya, Oh Sehun-ssi?"
"Tidak ada," jawab Sehun seraya menatap Joy, berlagak yakin atas kepalsuannya.
Park Sooyoung menyampirkan surai sebahunya yang tertiup angin ke belakang telinga. Ia menatap pria itu lamat, tapi penuh selidik. "Lalu kenapa tiba-tiba?"
Sehun menaikkan sebelah bibirnya. Gadis itu tidak bodoh, persis seperti apa yang ia prediksi.
"Siapa yang mengira tiba-tiba aku jatuh cinta padamu, Sooyoung-ssi?"
Huh?!
Sebuah tawa pahit lolos dari rongga mulut Sooyoung. Alasan Sehun sungguh tak berdasar, kekanakan, dan terkesan bergurau. Batinnya tertawa, namun ia juga tak menampik bahwa hatinya terbawa. Otaknya tak dapat bekerja untuk memikirkan jawaban dari pernyataan Sehun. Jelas saja ia menolak. Air mukanya sangat kentara menggambarkan jawaban.
Namun mengapa pria yang tengah terdiam menatapnya itu tak kunjung mengerti?
Sehun menggosokkan kedua tangannya yang mulai membeku. Pria yang wajahnya lebih dingin dari suhu malam itu pun ingin bergegas menuntaskan drama picisan yang ia buat. Dilihatnya wajah wanita itu, rautnya tertekuk menahan amarah dengan warna lipstick yang luntur membiru.
Bukankah ini saat yang tepat untuk mendapatkan hatinya?
Tak mau lebih lama menunggu, kedua tangannya yang bebas meraih tangan Joy yang dilipat di depan dada. Ia menggenggam kedua telapak gadis itu, mendekatkan tangan yang lebih kecil dari miliknya ke wajah tampannya. Ia meniup telapak tangan Joy yang sudah kaku membeku, menyalurkan sepersen kehangatan yang dimiliki.
"Kenapa kau tak menjawab? Kau mau kita membeku disini?"
Joy bangun dari pikirannya. Pandangannya menatap lurus wajah sehun yang juga balik menatap. Joy sedang berusaha. Berusaha untuk menggali makna di balik tatapan datar iris hazel di depannya.
"Kau kedinginan"
Tak berhenti di situ, pria bermarga Oh itu mulai berani meletakkan salah satu tangannya ke punggung Park Sooyoung, kemudian melangkahkan kaki untuk mendekatkan badan kekarnya ke wanita yang menjadi targetnya. Tangan itu bergerak, menyamankan posisi pada pinggang dan belakang kepala milik Joy.
Joy mematung, terkejut akan pelukan yang tiba-tiba. Jantungnya berdebar tak normal dan tak nyaman. Hatinya menghangat seiring dengan tubuhnya yang berada dalam dekapan Sehun. Ia tak sanggup menolak, bahkan membuka mulut pun tak kuasa.
"Diam tanda setuju. Mulai sekarang kau kekasihku. Tidak ada penolakan"
Joy mencoba memberontak, berusaha mengeluarkan kalimat yang tertahan di pangkal. Nihil, suaranya tak keluar. Ia tak mengerti perasaan apa yang sedang bersarang pada hatinya.
Persetan. Biarlah memorinya meluapkan egonya. Tangannya menelusup masuk ke dalam jaket Sehun, membentuk lingkaran disana. Tubuhnya yang detik itu akan menjadi es bergerak mencari posisi ternyaman dan terhangat di dalam dada sang lelaki.
Sehun merasakan Joy menerima pelukannya. Ia tak menahan senyum, melampiaskan perasaan membuncah yang bergelora dalam dirinya. Ia tidak tahu perasaan macam apa yang sekarang menggerogotinya, Ia juga tidak tahu apa yang Joy rasakan untuknya.
Tanpa mereka sadari, jauh di dalam hati, mereka berteriak saling mengingatkan untuk tidak jatuh lebih dalam lagi. Namun apa peduli mereka saat perasaan sudah terbawa?
Urusan jatuh cinta atau tidak, biarkan waktu yang menentukan.
❄❄❄❄❄
KAMU SEDANG MEMBACA
Artificial Love
Hayran Kurgu"Being in Kpop industry means faking everything, such as our love. What do you expect?" sehun x joy x v ©hayoxn