02

97 15 1
                                    

Happy Reading!!

Embusan angin menyerpa wajah cantik Lea. Lea berjalan dengan angkuhnya, menatap para kaum adam dengan wajah manisnya. Tak lupa diikuti kedua sahabatnya dibelakang, jangan tanyakan lagi wajah kedua sahabatnya. Rea menatap jengah kaum adam yang menatap Lea begitu mendamba. Fia? Ia hanya manampakkan senyum lebarnya.

Suasana kantin begitu riuh, mata Lea tertuju kepada sosok lelaki dengan sejuta buku di depannya. Dengan langkah gontai ia menghampiri lelaki itu.

"Hai" Lea memasang wajah tak berdosa. Ia tak peduli dengan tatap bingung dari lelaki di depannya ini.

"Lea, lo duduk di sini?"

"Iya"

"Terus kita?" Tanya Fia

"Itu, di samping meja ini." ujarnya.

Sambil menunggu pesanan mereka. Lea menatap lekat kakak kelasnya ini.

"Kok dia gak natap gue?" Gumam Lea.

Pasalnya, semua lelaki disekolah ini ingin menjadi pacarnya. Namun semua itu ia tolak mentah-mentah. Dengan alasan 'tidak boleh pacaran oleh Ayahnya'. Bisa dibilang Lea jomlo dari dulu.

"Kak?" Lea mencoba membuka suara, karena suasana yang canggung ini.

"Hm." Dehemnya.

"Kakak kenal gue?" Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya, bertanda ia tidak tahu. Hal itu membuat Lea berdecak sebal.

"Yauda, kita kenalan!" Serunya.

"Nama gue Leana Swarasya. Panggil Lea aja. Gue terkenal tahu, masa kakak gak kenal sama gue?" Lea menatap sebal lelaki di depannya ini, beginikah responnya saat seorang Lea mengajak kenalan?

Padahal seisi kantin menatap iri kepada lelaki itu, yang bisa mengobrol dengan dirinya.

"KAK, LO BISA GAK DENGERIN GUE!" Teriakan Lea membuat lelaki itu dan seisi kantin menatapa bingung.

"Kenapa?" Lea melongo melihat sikap santai dari lelaki itu.

"Is sebel! Nama kakak siapa si?" Cercanya.

"Atharfid Djuansya." Balasanya.

"Nah gitu dong. Terus nama panggilannya apa?" Ujarnya.

"Arfid"

"Kak, lo itu gayanya cupu. Tapi kalau gue pikir nih ya, lo itu cocok tahu jadi cool boy." Lea menaik alis sebelah kirinya seakan menggoda Arfid.

"Hm terserah!"

"Iss kesel" Lea memanyun bibirnya, tanpa Lea ketahui Arfid menatap gemas adik kelasnya ini.

"Woi, ini pesanan lo!" Seru Rea.

"Makasih Rea." Ucap Lea.

Lea melirik sekitar meja, ia tak melihat sedikitpun makanan yang ada di meja ini kecuali miliknya. Ia hanya melihat buku yang sedang di baca oleh Arfid.

"Kak, lo gak makan?"

"Enggak."

"Kenapa? Gue suapin ya." Ujarnya. Arfid kaget dengan ucapan Lea.

"Gak usah" tolak Arfid.

"Ayo dong, ntar sakit gimana?." Bujuk Lea, ntah apa yang merasuki Lea yang tiba-tiba berprilaku manis dengan lelaki.

"Saya bisa sendiri."

Lea tetaplah Lea, ia tetap menyodorkan makanan kepada Arfid.

"Aaa"

"Gak"

"Ayo dong"

"Saya masih kenyang."

"Bohong!"

"Sa-"

Kyrukk

Arfid menahan malu akibat perutnya yang bunyi bertanda ia lapar. Lea sudah tak tahan akhirnya melepaskan tawanya. Membuat Arfid semakin malu.

"Hahahhah"

"Laparkan, kak!" Ledek Lea.

"Saya bisa pesan sendiri." Ujarnya.

"Gue suapi, nah, aaa." Arfid menatap ragu kearah Lea.

"Ayo, buka mulutnya kak Arfid!"

Dengan ragu Arfid menerima suapan dari Lea. Lea tersenyum menang.

"Nah, anak pintar." Ledek Lea.

"Hahah, oh iya. Boleh gak ajarin gue kak. Gue dengar elo pintar matematika. Ajarin dong, gue selalu dapat nilai 80." Lea memasang wajah kasihan di depan Arfid.

"Bukanya 80 itu lumayan ya?" Gumam Arfid. Dengan pasrah ia mengangguk, menandakan ia setuju.

"Yeahh makasih kak."

Arfid hanya tersenyum tipis melihat Lea yang begitu antusias. Arfid tidak tahu apa yang sedang di otak cantik Lea itu.

Kring...

"Saya balik dulu." Arfid berdiri dengan buku yang ia bawa ke kantin.

"Sampai ketemua lagi, kak Arfid." Lea tersenyum manis kearah Arfid.

Fia dan Rea menatap heran sahabatnya itu yang terlihat bucin dengan kakak cupu.

"CIE LEA" ledek Fia

"Astagfirullah" teriakan Fia membuat Lea seketika kaget.

"Apaan sih, ngagetin mulu lo!" Kesalnya.

"Yaelah, giliran sama gue aja ngegas bener ngomongnya. Pas sama kakak cupu, beuhh halus pisan." Sindir Fia.

"Biasa aja tu." Elak Lea.

"Udah deh, lo berdua kalau mau ribut ntar aja. Gue mau balik ke kelas!" Cetus Rea yang sebal dengan kelakuan kedua sahabatnya itu.

Tanpa membantah Lea dan Fia mengikuti Rea yang berjalan ke kelas mereka.

Jangan lupa vote dan coment.

 Cold Senior NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang