04

69 13 2
                                    

Sehabis mengantarkan Lea pulang, Arfid tak langsung pulang kerumah. Ia harus ke cafe miliknya yang diberi oleh ayahnya sebagai hadiah ulang tahun ke tujuh belas tahun.

Sebelum turun Arfid membenarkan bajunya. Ya, jika di sekolah ia terlihat penampilan cupu, tetapi jika diluar ia akan berpakain biasa seperti pada umumnya.

Arfid bersyukur, ayahnya memberikan hadia cafe ini. Diusia mudanya ia sudah berpenghasilan. Arfid teringat dengan ucapan Lea, ia memang sudah mendesain rumah masa depannya kelak, namun tidak ada yang mengetahui itu semua termasuk kedua orang tuanya.

Di lain tempat Lea sedang mencari nomor handphone milik Arfid melalui temannya. Namun ia sebal karena tak ada satupun yang memiliki nomor Arfid.

Lea ingat, ia memiliki nomor sekretaris kelas Arfid. Ia akan menanyakan oleh kakak kelasnya itu.

Kak Hana

"Kak Hana?"

"Iya Le"

"Boleh minta nomor kak Arfid?"

"Arfid? Lo pacaran sama dia?"

"Ya kagak lah"

"Wkwkwk, gue kira elo pacaran sama temen cupu gue"

"Dih, temen sendiri dikatain"

"Hahaha, nih nomornya 0895****. Semangat pdktnya hahaha"

"Apaan sih, gue kagak pdkt"
"Btw makasih"

"Yaelah ngeles aja lo. Sama-sama calon nyonya Arfid wkwk"

"Aneh lo"

Lea langsung menyimpan nomor milik Arfid, Lea tak tahu kenapa dia sesenang ini mendapatkan nomor kakak kelasnya itu.

.
.
.
.

Pagi ini Lea berangkat dengan abang kesayangnya. Lea sangat dimanja jika sudah bersama abangnya, walaupun terkadang nyeselin.

"Bang, menurut abang gimana?" Tanya Lea

"Apanya Lea?" Ujar Gavin, abang satu-satunya yang Lea punya.

"Hehe, Lea punya kakak kelas, dia itu gayanya cupu tapi ganteng. Lea suka jahili dia, bang. Tapi Lea juga suka gugup kalau dekat sama dia." Ucap Lea.

"Lea jatuh cinta?" Tanya Gavin

"Apaansih enggak mungkin lah bang" elak Lea.

"Kalau Lea gugup dekat dia berarti Lea punya perasaan untuk kakak kelas kamu itu." Jelas Gavin.

"Masa sih bang?" Lea tak percaya kalau dirinya suka dengan Arfid.

"Iya, tapi abang mohon sama Lea, gak usah pacaran dulu. Kalaupun ada yang mau dekati Lea datangi abang dan papa dulu." Ujar Gavin.

"Siap abang" Lea mengakat sebelah tangannya untuk hormat kearah Gavin.

"Abang sayang Lea" Gavin mengelus lembut puncak kepala milik Lea.

"Lea juga sayang banget sama abang" Lea memeluk lengan milik Gavin.

"Udah sampai ni Le" ucap Gavin

"Kok cepat?" Tanya dengan heran.

"Makanya jangan cerita mulu" Gavin tersenyum melihat tingkah ajaib yang dimiliki sang adik.

"Hehehe, yauda makasih ya bang. Lea duluan. Assalamu'alaikum abang" Lea menyalami tangan Gavin yang dibalas kecupan hangat didahi milik Lea, sudah biasa mereka melakukan hal itu. Jika orang lain lihat mereka bisa disangka pacaran.

"Waalaikumussalam, Lea belajar yang rajin" ucap Gavin.

"Siap"

Setelah turun dari mobil milik abangnya. Lea berjalan memasuki gerbang sekolah. Terlihat mobil milik Arfid terparkir rapi, Lea pikir lelaki itu belum datang.

Jalan dengan anggun adalah perintah dari sang mama. Lea sebenarnya cape jika harus jalan dengan anggun begini. Mamanya selalu mengajarkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak gadis.

Jika didalam rumah Lea akan terlihat seperti anak gadis idaman yang memiliki tata krama yang baik. Namun jika diluar Lea tidak bisa menjalankan semua yang telah diajarkan oleh mamanya.

Lea berjalan dengan senyum manisnya, ia tak mau dikatain sombong, tak masalah baginya jika dikatain cuek. Tapi jika ada yang bilang dirinya sombong, tak segan Lea akan merepetinya.

Senyum Lea semakin lebar dikala ia melihat sosok Arfid yang sedang berjalan kearah ruang guru. Namun, tiba-tiba senyumnya berubah menjadi kesal melihat Arfid yang terlihat biasa saja disamping perempuan yang berjalan bersamanya.

Dengan mood yang sudah hancur, Lea hanya tersenyum seadanya ketika berpapasan dengan mereka. Hal itu membuat Arfid heran dengan tingkah Lea.

"Gak kayak biasanya" gumam Arfid.




 Cold Senior NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang