03

62 12 0
                                    

Bel sekolah sudah berbunyi menandakan waktunya pulang. Banyak siswa/siswi mulai keluar dari kelas mereka.

Lain hal dengan Lea, ia sedang menunggu seseorang di parkiran sekolah. Lea harap orang yang ia tunggu membawa kendaraan. Ya, Lea ingin nebeng dengan orang itu.

Dari arah jauh Lea bisa melihat orang yang ditunggu sudah berjalan kearah parkiran sekolah. Tampak wajah terkejut dari orang yang ia tunggu. Dengan pedenya Lea menampilkan senyum manisnya dihadapanya.

Lelaki itu hanya mengheryitkan dahi melihat Lea yang aneh itu. Tanpa menghiraukan Lea, lelaki itu langsung membuka pintu mobilnya. Melihat itu Lea hanya mendengus kesal. Baru kali ini ia dicuekin, biasanya ia yang mencueki laki-laki.

"Kak," panggilnya

"Hm?"

"Mau nebeng boleh?" Tanpa rasa malu Lea langsung saja masuk kedalam mobil milik lelaki itu.

Arfid mendelik tak percaya melihat gadis yang tak tau malu itu. Dengan malas dan terpaksa Arfid akan mengantar gadis itu pulang kerumahnya.

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Sesekali Lea melirik kearah kakak kelasnya itu yang terlihat tampan, dengan rahang tegas yang dimiliki lelaki itu membuat ketampanannya semakin nambah.

"Rumah kamu?" Suara itu membuat Lea seketika gugup.

"Di atas tanah di bawah langit kak." Arfid mengheryitkan dahi, hal itu membuat Lea tertawa.

"Hahahah"

"Kamu mau saya bawa kerumah sakit?" Ujar Arfid.

"Heh kak, lo kira gue gila apa?" Ketus Lea. Ia tak habis pikir dengan Arfid yang dengan kalimat halusnya Arfid mengatai dirinya gila.

"Saya gak ada bilang gitu" balas Arfid

"Secara tidak langsung kakak bilangi gue gila, gimana si?" Lea benar-benar kesal melihat kakak kelasnya ini.

"Oh ya? Saya gak ngerasa gitu." Elak Arfid

"Terserah kakak deh"

"Rumah kamu dimana?" Tanyanya lagi.

"Gue mau ke rumah kakak boleh gak?" Pertanyaan Lea membuat Arfid langsung menggelengkan kepala.

"Ya, padahal gue pengen tau rumah elo." Bibir Lea sudah mngerucut lucu, ia sebal dengan Arfid.

"Saya belom punya rumah" ujar Arfid

"Oh iya, kakak kan masih ngedesain rumah masa depan kita heheh. Nanti kalau udah jadi, kakak jemput gue ya." Arfid yang mendengar itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bercanda gue, kak. Ini alamat rumah papa gue kak." Ujarnya.

Tanpa banyak bicara, Arfid langsung menuju ke alamat yang diberi tahu oleh Lea. Sampai diperkarangan rumah Lea, Arfid melihat sejenak rumah besar yang ditempati oleh Lea.

"Mau mampir kak?" Tanya Lea

"Lain kali aja" balas Arfid.

"Beneran? Gak mau ketemu sama camer dulu?" Lea tersenyum geli meihat ekspresi wajah Arfid.

"Camer?"

"Calon mertua, hehehe" jawabnya.

"Gak"

"Dih"

"Turun" pinta Arfid

"Iya bawel"

"Btw, makasih kak Arfid" dengan jahil Lea mengedipkan sebelah matanya, hal itu membuat Arfid terkejut.

"I-iya"

"Hati-hati sayang" apalagi ini, Arfid rasa pipinya rada merah. Baru kali ini ia dipanggil 'sayang' oleh lawan jenis selain bunda dan adik perempuannya.

"Hahaha muka lo merah kak" ledek Lea.

"Gak"

"Iya"

"Saya pulang" tak ingin berdebat lebih lama, Arfid memutuskan untuk pergi dari hadapan Lea. Lea senang bisa menjahili kakak kelasnya itu. Walaupun gaya cupu tapi Lea suka melihatnya.

Lea suka?

"Is apaan si gue" gumam Lea.


 Cold Senior NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang