05

65 12 0
                                    

Selamat membaca!

Hari ini Lea benar-benar badmood, bagaimana tidak? Sedari tadi matanya melihat sosok Arfid dengan perempuan yang tadi pagi ia lihat diruang guru.

Kedua sahabatnya bingung melihat tingkah Lea yang uring-uringan.

"Lo kenapa?" Tanya Rea sembari menyenggol bahu Lea, hal itu membuat Lea tersadar dari lamunanya.

"Gak" ketusnya

"Kok ketus banget" ujar Rea

"Lo gimana sih, Re. Lea tu lagi galau." Ucap Fia

"Mulut lo, mana ada gue galau." Elak Lea.

"Alah sok kuat lo" ledek Fia.

"Diem lo, Fi!" Lea menatap tajam kearah Fia yang sedari tadi meledekinya

"Emang lo galau kenapa sih?" Tanya Rea.

"Udah gue bilang, gue gak lagi galau. Buat apa gue galau?" Sewot Lea.

"Oh gak galau" Ujar Rea.

"Dari pada kalian terus bilangi gue galau. Mending kalian makan aja nih pesanan gue." Ucap Lea, setelah itu ia pergi ke kelas.

"Lah bener-bener galau tuh anak" lirih Fia.

.
.
.

Lea terus berjalan tanpa menghiraukan tatapan dari para murid lainnya. Tak biasanya Lea cemberut seperti ini, Lea yang dikenal adalah Lea yang ramah senyum. Namun kali ini Lea menghilangkan senyumnya itu.

Jalan sambil melamun, membuatnya tanpa sengaja menabrak seseorang.

"Kamu gak papa?" Suara itu, suara yang sangat Lea kenal.

"Gak"

"Saya ada salah?" Tanya Arfid, ia merasa hari ini Lea menghindarinya.

"Gak"

"Kenapa menghindar?"

"Gak"

"Saya tanya dijawab yang benar"

"Oh" setelah itu Lea melanjutkan jalannya yang tertunda. Siapa sangka ternyata Arfid mengikuti langkah Lea.

"Gak peka banget jadi cowok" dumel Lea yang masih terdengar oleh Arfid yang berada dibelakangnya.

"Kok gue jadi gini sih? Ngeliat dia sama perempuan itu, dada gue sesak gimana gitu" lirihnya.

"Ekhem" deheman itu membuat Lea melotot seketika. Dengan perlahan ia membalikan badannya, ia terkejut melihat Arfid sudah ada dibelakangnya.

"Dia dengar gak ya" gumamnya.

"Saya dengar"

"Eh"

"Jadi kamu cemburu?" Tanya Arfid.

"A-apaan, enggak tu" elak Lea dengan mata melotot.

"Alasan kamu cemburu apa?" Dengan wajah serius Arfid menatap Lea yang tampak gugup.

"Ge-er banget. Gue gak cemburu sama lo, buat apa gue cemburu? Kita gak ada hubungan, jadi gak berhak juga gue cemburu." Ujar Lea. Lain dimulut lain dihati, nyatanya emang Lea cemburu.

"Oke"

"Gitu doang?" Lea melongo atas jawaban singkat dari Arfid.

"Terus gimana?"

"Tau ah"

"Jujur sama saya, kamu kenapa?"

"Kenapa dibahas lagi sih"

"Terserah" Arfid pergi begitu saja meninggalkan Lea yang benar-benar kesal dengan tingkah Arfid.

"Dasar Arfid jelek" gumam Lea.

.
.
.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, menandakan waktunya pulang. Dengar perlahan Lea keluar dari kelas, masih sama wajahnya tetap cemberut.

"Lea, gue sama Fia duluan ya" teriak Rea.

"Oke, hati-hati lo" balasnya.

Diparkiran dapat Arfid lihat Lea yang sedang berjalan dengan wajah cemberutnya. Hari ini ia akan mengajak Lea pulang bersama, hanya untuk menghibur hati gadis itu. Walaupun ia tak tahu pasti apa penyebabnya.

"Lea" teriaknya.

Lea terkejut melihat sosok yang memanggil namanya.

"Buat apa dia manggil" gumam Lea.

"Ayo pulang" ajaknya.

"Ha?"

"Ayo saya antar kamu"

"Eh"

Pusing melihat tingkah Lea yang loading, dengan perlahan ia menarik pergelangan tangan Lea menuju motor besarnya. Ya, hari ini ia naik motor kesayangannya.

"Naik"

"Eh, iya" saat ini Lea masih dibawah alam sadarnya.

"Pegangan"

"Udah"

Dalam hati Lea bersorak gembira atas perlakuan manis Arfid. Baru kali ini ia naik motor sama cowok lain selain abangnya.

Selama diperjalanan tidak ada yang membuka suara, hanya ada suara kendaraan lain. Lea menatap kaca spion dan ternyata Arfid juga melihat Lea dari kaca spionnya. Hal itu membuat Lea tersipu malu.

Jujur sedari Lea memegang pinggangnya, Arfid sudah merasakan getaran aneh. Namun sebisa mungkin ia menepis perasaan itu.

"Turun"

"Eh"

"Udah sampai"

"Oh udah sampai rupanya heheh"

"Saya pulang"

"Emm gak mampir dulu kak?" Tanya Lea. Gadis ini sudah tersenyum seperti biasanya hal itu membuat Arfid bingung dengan sikap Lea yang berubah-ubah seperi bunglon.

"Lain kali"

"Dih mulai nyebelin"

"Saya dengar"

"Emang sengaja"

"Hm"

"Sana katanya mau pulang"

"Ngusir?"

"Lah tadikan lo sendiri yang bilang"

"Iya"

"Bye my cupu hihi" teriak Lea, yang masih bisa didengar oleh Arfid.

 Cold Senior NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang