BAB 3

5.4K 61 8
                                        

Perjalanan ke Rosalia terasa sangat panjang.

Padahal jaraknya hanya setengah jam dari klinik.

Berbagai perasaan campur aduk dalam pikiran arya.

Tak pernah terbayangkan sedikitpun arya harus menjadi seorang waria.

Dalam perjalanan kali ini sang sopir terlihat terus menatapnya dari kaca spion, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Wangi parfum wanita ini sangat menyengat dan harumnya serasa sesak menyelimuti kabin mobil.

Mobilpun mulai memasuki area kantor dan langsung meluncur ke tempat parkir basement.

Di sana eric telah menunggu....

Hanya seorang diri....

Dia langsung membukakan pintu mobil di ikuti arya yang terburu-buru keluar dari mobil.

"Hai ria..."...sapanya lalu melongo kaku.

Tak henti-hentinya ia menatap tubuh arya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

" Kamu!!!!.....". Ucap erik terbata-bata.

"Puas lu ric....". Aku tidak bisa menahannya lagi.

Replect tangan ini langsung menarik kerah bajunya padahal dia lebih tinggi dariku.

Tapi eric malah membalasnya dengan memeluku.

Anehnya tubuh ini hanya diam dan tidak berusaha untuk melepaskanya.

Setumpuk kemarahan yang telah memuncak kini sirna oleh sebuah pelukan hangat.

"Maaf sudah sedikit mengancamu!!". Sebuah bisikan lembut di telinga membuat seluruh tubuhku begidik aneh.

Ericpun melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahuku.

" Aku sengaja menunggumu di sini...hhmmmm....sekarang kamu boleh pulang". Sambung eric.

"Hahhhh....maksudmu?? Apa aku yang salah dengar". Kembali aku di buat kebingungan.

"Nggak dong...sekarang aku telah membebaskanmu...mobil itu akan kembali mengantarkanmu pulang...atau???". Eric menunjuk mobil yang masih terparkir plus sang sopir.

" Atau apa??...lu bener-bedar ngemainin hidup gue ric". Kembali amarah ini muncul.

"Atau kamu tetap di sini bersamaku...tetap menjadi ria dan bekerja tanpa ada paksaan". Kali ini eric menatapku dengan tajam tapi penuh pengharapan.

"Kalau seperti ini aku memilih untuk pergi saja ric...aku lelaki normal!!!...aku tidak memiliki hasrat pada sesama lelaki". Aku mencoba menghindari sorot matanya.

Eric terlihat kecewa, helaan nafasnya pertanda dia memasrahkan semuanya.

" Baiklah bila itu keputusanmu!!aku tidak akan mengganggumu lagi...melihatmu menjadi ria seperti ini membuatku semakin berat melepasmu...tapi apa boleh buat". Eric menurunkan tanganya dari pundaku.

Ia tampak sangat kecewa lalu memanggil sopir dan menyuruhnya untuk mengantarkanku kembali pulang.

"Maaf ric...". Aku beranjak dari hadapannya.

Eric menganggukkan kepalanya sambil tersenyum....

Hanya beberapa menit pertemuan keduaku dengannya tapi aku harus melewati berbagai proses yang sangat panjang.

Aku sudah sejauh ini walaupun dengan sebuah ancaman!!

Kembali ke restoran pasti akan ada beribu pertanyaan mengarah padaku.

Sex Trap(crosdresser) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang