BAB 6

2.9K 32 0
                                    

Pagi ini hujan cukup deras...

Aku termenung di beranda rumah di temani teh hangat dan bebarapa potong goreng ubi jalar.

Aku harus menghubungi dewi hari ini...tapi sialnya nomornya ikut terbuang bersama simcard yang ku copot.

Parahnya lagi aku tidak hapal nomornya...ku putuskan untuk meminta nomornya pada orang tuanya langsung setelah hujan reda.

Seseorang berpayung hadiah kopi masuk ke pagar bambu beranda rumah.

Ternyata Rudy anak pak RT berkunjung kepadaku, ia masih temanku walau tidak terlalu dekat.

"Ri...ria...".sapanya agak ragu.

"mari duduk rud...". Aku bergegas ke dalam dan membuatkan teh untuk rudy.

"Aku pangling liat kamu ya...cantik banget suer...". Rudy memandangiku dengan seksama.

Aku memang masih memakai make-up setelah mandi pagi-pagi sekali, walaupun daster yang ku pakai belum ku ganti.

"berkat dewi aku bisa make up rud...hehe...oh ya kamu gak keliatan semalem rud". Aku bertanya sekedar basa-basi untuk mengurangi ke kikukan bertemun teman lama.

"aku semalam ada pekerjaan di desa sebelah ya...aku mendekorasi rumah buat acara kawinan...". Jelas rudy dengan suara wanitanya yg khas.

"dewi ya...udah lama aku gak ketemu...aku iri loh ya sama kamu bisa berubah kayak gini...bahkan aku gak nyangka sama sekali...." tambah rudy lagi.

"aku nyaman dengan seperti ini...kalo gak ada pemicunya mungkin aku masih bisa bertahan dengan gaya laki-laki ku rud...". Jujur eric selalu terngiang di pikiranku dan sekarang rasa rindu itu datang kembali semakin mengebu.

"aku datang kemari ingin meminta bantuanmu ya...". Wajah rudy kini nampak serius, sepertinya dia tidak terlalu ingin tau dengan masalahku.

"kalau bisa ku bantu...pasti ku lakukan rud...". Balasku.

"aku ingin ikut denganmu ke kota...jujur aku ingin sepertimu...di sini aku tidak bisa...aku sudah tidak tahan menahan jiwaku ini...". Mata rudy terlihat berkaca-kaca.

"hhhhhh...aku juga tidak tau kapan akan ke kota lagi...perasaanku masih kacau...tapi nanti kalau aku mau berangkat aku pasti mengajakmu". Diriku menghela nafas panjang.

"aku hanya menduga masalahmu mungkin masalah percintaan tapi aku tak ingin terlalu mengorek kisahmu...oh ya...tenang saja orang tuaku sudah mengijinkanku pergi...kabari aku ya". Balas rudy lagi.

"jangan khawatir...tapi aku tidak menjamin tentang pekerjaanmu nanti...tetap kamu harus berusaha sendiri....". Aku tersenyum pada rudy, lebih baik mempahitkan kenyataan terlebih dahulu daripada manis tapi kosong.

" Tenang ria...kalo itu aku udah ngerti". Rudy tersenyum sumringah.

Ku alihkan pandanganku ke lorong gang, entah itu hanya ilusiku saja atau memang aku sedang tidak fokus ketika melihat ke arah gang masuk rumahku aku melihat eric.

Itu benar-benar eric....

Dia berlari dan memanggil namaku...

"Eric...". Bisiku.

Benar-benar kenyataan dia menghampiriku dan langsung memeluku.

Tak bisa ku hindari bibirnya langsung berpaut dengan bibirku.

Tapi aku hanya diam tidak berusaha melepaskanya ikut menikmati dengan memejamkan mataku.

Cukup lama aku tersadar bahwa masih ada rudy di sebelahku.

Sex Trap(crosdresser) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang