1. Hydrogen

499 49 0
                                    

chapter with 'number' and 'chemical' names tell us the earlier story

they tell us how jeno-jaemin start their gray relation

-----------------------

happy reading

waiting for your vote and comments >.<

-----------------------

"Jeno, lihat!"

"apa?"

"perempuan itu,"

"bicara apa Chan?"

"Jaemin,"

Jeno terdiam, lantas matanya tertuju pada gadis bermata coklat muda yang tengah memotret kumpulan angsa di sebuah danau dekat jembatan besar. Jaemin, itu dia. Warna mantel khas yang sering ia gunakan saat kuliah tanpa sadar membawa kebahagiaan tersendiri pada Jeno. 

Hatinya kembali berdesir seperti pertama kali ia bertemu dengan istrinya.

Haechan, sepupu Jeno mengenalkan Jaemin dan Jeno kala keduanya bertemu dalam sebuah sesi tanya jawab forum kedokteran. Haechan sadar, tatapan mata yang Jeno tunjukkan pada jumpa pertama bukan sesuatu yang lumrah. Haechan tahu betul akan hal itu. 

Namun, status Jeno yang tak lagi 'sendiri' membawanya dalam mimpi buruk keluarga Lee.

Jeno kemudian berjalan pelan menghampiri Jaemin, meninggalkan Haechan yang tersenyum sedih dibelakangnya. 

Apa seperti ini rasanya menjadi saksi kisah perselingkuhan? 

Jeno tak menahu bahwa Haechan menitikkan air mata karenanya.


"Jeno, kau benar-benar mencintai Jaemin bukan?"

Haechan bergumam pelan saat punggung Jeno perlahan menjauh dari pandangannya

....................................


"Nona Jaemin?"

"Ah, profesor. Selamat siang,"

Jaemin sedikit tersentak lalu menyadari bahwa Jeno ada tepat disebelahnya.

"Kau menunggu seseorang? menunggu kekasihmu mungkin?"

"Ti.. Tidak. No, aku tidak memilikinya,"

the word 'No' means 'tidak' bukan kata ganti Jeno >.<

Pandangan Jaemin kosong dan Jeno sadar akan itu. matanya seolah menatap kerumunan angsa yang sedang berenang di atas danau tetapi Jeno yakin ada sesuatu yang lain.

Keduanya terdiam. Baik Jeno maupun Jaemin terdiam memandang angsa yang sedang berkerumun tepat di depan mereka. Entah Jaemin tahu atau tidak, sesekali Jeno mencuri pandang ke arahnya, menatap ekor matanya lalu kembali memalingkan pandangannya.

Entah bagaimana bisa, yang Jeno rasakan saat ia memandang Jaemin adalah rasa gemuruh yang sama saat ia bersama irene.

"Jeno!"

Haechan tak tahan melihat Jeno yang semakin lama semakin jatuh dalam pesona Jaemin. Haechan tak ingin kisah ini akan menjadi terlalu rumit dan lalu menyakiti begitu banyak pihak.

"Kau bersama temanmu, Prof?"

"Haechan, kau mengenalnya bukan?"

Jaemin mengangguk.

"Irene mengatakan padaku kalau ia sedang menunggumu, Jeno,"

Haechan menatap Jeno tajam, terlihat matanya sedikit memerah menahan tangis. Bila saja Haechan tak memperkenalkan keduanya..

Namun hanya sekedar 'bila' yang tak dapat dibenahi. Haechan tak tahu apa yang dirasakan Jaemin, tetapi Haechan tahu satu hal yang pasti : Jeno jatuh pada Jaemin.

"Ah Jaemin! Maaf aku melupakanmu," entah ini kebohongan Haechan yang keberapa hari ini.

Jaemin hanya tersenyum, lalu kembali memotret angsa angsa yang berkerumun tersebut. Memilih untuk tak bergabung dalam percakapan antara Jeno dan Haechan.

Sementara itu, Jeno menarik Haechan untuk mendekat kepadanya lalu berbisik,

"Chan, aku dan irene tak punya janji untuk bertemu hari ini. Apa maksudmu?"

"Mari kita pulang Jeno-ya, william menunggu papanya," Haechan berbisik lirih tepat didepan telinga Jeno. Jika memang Jeno telah lupa akan istrinya, mungkin william satu-satunya yang bisa membawanya untuk 'pulang'.

Kalau-kalau nanti akhirnya Jeno bersama Jaemin, bukankah William yang paling tersakiti disini?

"Jaem, aku dan Jeno harus kembali, mari bertemu lain waktu," 

Jeno hanya tersenyum walau ia sebenarnya tak mengerti apa yang terjadi pada Haechan.

......


caraphernelia | Nomin *Discontinued*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang