6. Carbon

383 38 1
                                    


1000++ words

vote and comment juseyoo :"(


"Jeno-ya, bagaimana dengan liburan akhir tahun? William pasti ingin berlibur kau tahu?"

Keduanya sedang berbaring diatas ranjang. Jeno memeluk Irene dari belakang, mengusakkan wajahnya pada punggung sang istri.

"hm? William yang ingin? Bukan kau yang ingin berlibur, sayang?"

Irene tertawa, suaminya benar-benar mengenal dirinya.

"Kau selalu malu-malu mengatakan apa yang kau ingin kepadaku, Irene-a"

Jeno mengeratkan pelukannya dan mencium pipi kiri istrinya sekilas.

"Kau ingin berlibur kemana, ratuku?"

Jeno memelankan ucapannya seolah berbisik tepat di telinga Irene kala mengatakan 'ratuku'. Walaupun telah bersama bertahun-tahun, Irene selalu saja malu-malu kala Jeno menggodanya.

"kau selalu menggodaku Jeno!"

"aku menyukai wajahmu yang memerah saat aku menggodamu. Kenapa kau merasa malu pada suamimu? Apa aku terlalu tampan hingga kau selalu enggan menatapku dalam waktu yang lama?"

"iya, kau terlalu tampan. Kalau kau tidak tampan, aku tak akan pernah menikahimu. Selain wajahmu, kau tak punya hal lain untuk dibanggakan,"

"begitukah? Lalu kau sangat beruntung karena memiliki suami yang sangat tampan sepertiku,"

"kau menyebalkan Jeno. Menyingkirlah! aku ingin tidur,"

Irene mencoba melepaskan pelukan Jeno yang semakin erat di pinggangnya. Kehidupan Irene memanglah bisa dibilang begitu sempurna tanpa cacat apapun. Sejatinya, kekurangan Irene adalah 'tak bisa lama-lama menatap suaminya'.

Namun tetap saja ia tak dapat menyingkirkan tangan suaminya.

"ah, jadi istriku sedang merajuk ya? Baiklah, suamimu yang 'hanya' tampan ini akan membawamu liburan akhir tahun. Jadi ratuku ini ingin pergi kemana, hm?"

"Basel,"

"hm? Kenapa? Bukankah lebih baik kita mengunjungi matterhorn? Kenapa basel dan bukan Zermatt?"

"apa tidak boleh?"

"aku hanya bertanya,"

"Kalau tidak boleh, ya sudah,"

"Sepertinya kau lelah sayang, kita bicarakan lagi esok hari,"

"ya"

Irene bukan marah. Ia hanya kesal. Suaminya itu terus saja menggodanya. Apa Jeno tidak sadar kalau jantungnya sudah berdegup tak karuan kencangnya?

Sekian tahun hidup bersama Jeno, tetapi getaran itu masihlah sama. Getaran pertama seperti di awal hubungan mereka, gemuruh detak jantung yang selalu saja menjadi semakin tak karuan kala Jeno memeluknya, semua masih sama.

Dan Irene percaya itu juga berlaku bagi Jeno.

Dan Irene percaya itu juga berlaku bagi Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
caraphernelia | Nomin *Discontinued*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang