3. Lithium

379 41 0
                                    


"Ibu, aku tak mungkin kembali sekarang,"

"...."

"No! aku tak ingin menikah ibu,"

"...."

Jaemin mematikan sambungan teleponnya. Ibunya, belakangan ini mendesak Jaemin untuk segera menikah. Bukan, bukannya tak mau menikah, Jaemin hanya belum 'ingin' menjalani hidup dengan orang lain. Menjalani kehidupan dengan menyatukan dua kehidupan yang berbeda. 

Bukankah pernikahan itu sulit?

Hari-hari terakhir terasa semakin berat untuk dijalani. Thesis yang tak kunjung disetujui, juga hati yang tak kunjung diisi.

Atau mungkin memang Jaemin yang tak mau 'mengisi' ?

Fokus Jaemin beralih pada kaca jendela bus kota yang sedari tadi ia tumpangi. Menatap langit yang begitu tekun menggulirkan saljunya perlahan.

Ia membuka ponselnya. Membuka aplikasi obrolan, lalu tersentak. Ia lupa ada kuliah umum hari ini.

Bus yang sekarang ia tumpangi mengarah ke kota lain yang tentu menjauh dari kampusnya. Ah bukan, lebih tepatnya saat ini Jaemin sedang menuju negara lain. Berlibur di kota tempat tinggal impiannya hingga selesai libur natal yang selalu ia impikan, kini benar-benar terlaksana.

Basel, kota di ujung utara Swiss dengan rata-rata suhu rendah selalu menjadi primadona bagi Jaemin. Merelakan waktu untuk bersenang-senang dan menambah jadwal kerja part-time ia lakukan untuk mewujudkan impiannya ini.

Jaemin tak peduli lagi jika ia harus mengulang mata kuliah anatomi karena melewatkan satu kuliah umum.


Hey, beberapa hari lagi Natal! Kenapa masih mengadakan kuliah umum? Apa profesornya tak ingin berlibur?


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Chan, hari ini kau ikut denganku bukan?"

"Sayangnya tidak Jeno. Daftar operasi harus selesai hari ini dan kau tau seberapa banyak pasienku?"

"Berapa?"

"Hanya.... banyak," sebenarnya tak banyak operasi yang harus Haechan lakukan. Hanya sekitar 3 operasi dengan skala kecil yang tak butuh waktu lama. Hanya saja ia tak ingin 'bertemu' Jaemin. Tepatnya 'belum' ingin.

Jeno mempersiapkan segala kebutuhan presentasinya. Membenahi kemejanya lalu meraih jas dokter yang tergantung diujung ruangan.

.

"Jaemin, kita bertemu lagi huh?"

"Jaemin, kita bertemu lagi huh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


 "Eden!"

"Mama!"

Gadis kecil berambut keriting berlari memeluk Jaemin erat. Rindu yang telah lama dipendam akibat satu tahun lebih tak berjumpa dengan sang mama kini terbayar sudah. 

Panggilan telepon dari ibu Jaemin kala itu sebenarnya tak hanya mengenai pernikahannya,

tetapi juga mengenai Eden.


Eden,

putri Jaemin.


Putri kecil Jaemin yang kini telah berusia 4 tahun merengek dan terus menangis memohon untuk bertemu sang mama dan berakhir dengan sang nenek yang mengirim Eden pada Jaemin, untuk tinggal bersama selamanya. Ya, Eden akan tinggal bersama Jaemin setelah ini.

Melalui kehidupan padat di benua eropa bersama Eden adalah hal menarik untuk dilakukan, bukan?

Jaemin memeluk dan mencium pipi merah Eden yang entah kenapa semakin tembam tiap harinya. Putrinya kini sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang rupawan.


Serupawan ayahnya.


Salah satu alasan Jaemin lari dari tanggung jawab pengasuhan putrinya.


Semakin dipandang, Eden semakin menyerupai ayahnya.


Dan membawa kembali trauma serta lara di hati Jaemin

caraphernelia | Nomin *Discontinued*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang