Part 27

671 118 8
                                    

Desember usai dalam sekejap mata sebelum bulan baru berganti, lalu bulan berikutnya, dan selanjutnya. Musim semi bermekaran penuh di bulan April, dan Taeyong menyambutnya dengan kabar bahwa ia diperbolehkan mengenakan seragam biasa lagi.

Sepertinya Kim Junmyeon puas dengan perkembangannya setelah mengikuti terapi. Tidak ada lagi hal baru untuk dibicarakan, selain perasaan yang dideskripsikan oleh dokternya sebagai perasaan yang membingungkan. Kalau seorang profesional saja kesulitan menyimpulkan perasaan Lee Taeyong terhadap Jung Jaehyun, bagaimana dengannya? Taeyong berpikir ia terobsesi karena Jaehyun melihat dirinya dengan cara yang berbeda dari cara orang lain melihatnya; bahkan sangat berbeda dari Risa Uehara yang menyukainya. Tapi Dokter Kim menyebutkan sebuah kemungkinan bahwa perasaan itu mungkin lebih dari sekadar obsesi, bahwa Lee Taeyong mampu merasakan sesuatu yang berbau... romantis.

Yang mana membuatnya tertawa.

Karena ia sudah tahu.

Hanya saja, ia tidak percaya bahwa orang sepertinya mampu mencintai orang lain, peduli pada orang lain, menginginkan orang lain dengan cara yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Yang lebih konyol baginya adalah orang itu Jung Jaehyun, anggota baru Red Phoenix, pengasuhnya yang diutus secara tidak sengaja oleh ayahnya, yang menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia perbuat demi memanjat tangga kekuasaan, orang yang hampir membunuhnya, dan sekarang Kingpin dari kelompok mafia kelas satu.

Takdir bekerja dengan cara yang konyol.

Taeyong terlalu keji untuk perasaan tulus macam ini. Ia yakin ia tidak akan pernah memiliki hidup yang orang lain miliki. Ia tidak akan pernah mencintai orang seperti yang dilakukan Johnny dan Ten.

Dan itu bukan karena ia tidak mampu.

Karena ia tahu ia tidak layak mendapatkannya.

*

Waktu bergulir cepat ketika Taeyong memusatkan pikirannya pada masa depan, pada hari yang selalu ia bayangkan di mana ia bisa keluar dari penjara ini. Ia sudah membayangkannya, merencanakannya secara sistematis, dan yang ia butuhkan hanyalah kesempatan yang sempurna untuk melakukannya.

Ia tidak berbohong saat ia bilang ia cukup pintar untuk mencari cara melarikan diri dengan sukses.

Waktu berjalan cepat dan kini sudah bulan Juli. Setelah Natal, Jaehyun berkunjung dua kali. Sekali di bulan Februari, tepat di hari Valentine, yang mana bertepatan dengan ulang tahun pria itu juga, dan sekali di bulan Mei.

Terlalu cepat untuk Jaehyun berkunjung lagi, jadi ia bingung ketika Chungha berkata ada seseorang yang menunggunya di ruang santai setelah mengucapkan selamat ulang tahun dengan ceria.

Mark memberinya hadiah lagi. Kali ini gambar sebatang cokelat yang ia coba curi saat mereka pertama kali bertemu.

Léonie duduk tegak, memakai gaun yang cocok untuk musim panas. Rambutnya dipotong sebahu. Dan ia terlihat lebih muda. Taeyong ingin tahu apakah itu karena hidupnya yang lebih layak di Invictus. Ia rasa itu adalah hal yang baik.

Ia duduk di seberang ibunya. Mata birunya menatap mata biru yang serupa dan ia benci pada fakta mata ibunya adalah pengingat bahwa mereka berhubungan darah.

"Kalau kau mau mengucapkan selamat ulang tahun, simpan saja. Orang-orang di sini sudah melakukannya. Membosankan jika mendengarnya lagi."

Meski nadanya terdengar dingin, ibunya masih bisa tersenyum, yang terlihat tulus walau dipaksakan. "...Selamat ulang tahun, Taeyong."

Matanya berkedut. Wanita ini tidak pernah mendengarkan perintah dengan baik.

"Aku tidak akan berbasa-basi dan melantur. Aku ingin minta maaf karena aku baru punya keberanian untuk menemuimu sekarang." Senyumnya memudar. Mata Taeyong mengamati wajah ibunya yang sudah menua dan bukannya mengurangi kecantikannya, malah membuatnya lebih indah. "Sudah 18 bulan sejak kau meninggalkan Invictus tanpa pamit."

[3] What Lies Ahead: Lionheart (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang