BAB 31

1.7K 163 11
                                    

Berita tentang Veronica yang sudah memiliki anak berusia lima tahun dengan cepat merambat ke berbagai penjuru negara. Perlahan, bisik-bisik tentang dirinya yang memiliki anak mulai terdengar semakin kuat. Ada yang menggunjing, ada yang mengasihani, ada yang mendukungnya karena ia tidak menghilangkan anak yang ia kandung meskipun anak itu tidak memiliki ayah dan ada pula yang mengatakan kalau Veronica sedang mencari sensasi.

Dan Veronica tidak peduli tentang semuanya.

Satu-satunya alasan ia melakukan semua ini adalah, agar ia bisa membawa anaknya dengan leluasa. Agar ia tidak perlu lagi menyembunyikan anaknya dari hadapan publik karena seperti ibu-ibu lainnya, Veronica ingin membawa putranya berkeliling tempat permainan anak-anak, mengajaknya bermain dan segala kegiatan di luar rumah.

Ia juga tidak peduli dengan semua pencitraan yang semua orang bicarakan. Justru karena ia adalah Veronica Liam, ia tidak perlu lagi pencitraan apa pun untuk menunjang kehidupannya. Ia tidak akan jatuh hanya karena masalah seperti ini.

Seperti sekarang, Veronica sedang berdiri dengan anggun dan paling mencolok karena ia menggunakan Medusa button top stitch dress Versace dengan kaca mata yang menutupi wajahnya. Beberapa orangtua yang juga sedang menunggu anaknya sedikit demi sedikit memperhatikan Veronica. Ini memang sekolah kanak-kanak yang elit namun siapa yang berani memakai Versace dan berdiri di tengah terik matahari hanya untuk menjemput anaknya?

“Mamma!”

Veronica tersenyum melihat anaknya berlari menuju ke arahnya. Di belakangnya, Su berusaha untuk mengejar Juan.

“Juan, jangan lari, sayang,” teriak Veronica sambil berjalan mendekati anaknya. Ia melepaskan kacamatanya, membuat semua orang tahu siapa yang memakai dress Versace itu.

“Mamma menjemput Juan?” kata Juan sambil memeluk kaki ibunya.

“Kamu senang?” tanya Veronica sambil berlutut di depan Juan. Ia mengelap keringat yang mulai membasahi kening Juan karena ia berlari. Dengan cepat, Juan mengangguk karena ia sangat senang ibunya datang. “Tapi jangan berlari, sayang, kamu akan sulit bernapas.”

“But Mamma, teman-teman Juan selalu lari ke orangtua mereka.”

Veronica tersenyum, ia dapat melihat raut sedih dari wajah anaknya meskipun Juan berusaha untuk menyembunyikannya karena dulu Juan pernah berjanji kalau ia tak akan pernah bersedih dalam kondisi apa pun.

Veronica berpikir untuk sesaat lalu berkata, “Kalau begitu, Mamma yang akan berlari ke arah Juan. Deal?”
Senyum Juan mengembang, hanya Veronica yang bisa mengembangkan senyuman Juan seperti ini.

You are the best Mamma forever!” ucap Juan lalu mencium pipi Veronica. Jika di saat seperti ini, Veronica benar-benar sangat memiliki sifat keibuan.

“Mamma, aku sepertinya menginginkan gelato,” ucap Juan sambil berjalan beriringan dengan ibunya.

“Asal kamu berjanji untuk menjadi anak baik.”

“Ayay captain!” jawab Juan dengan riang.

Semua orangtua yang berada di sana menonton kejadian langka itu. ternyata, anak yang selalu bersama dengan pengasuh itu adalah anak dari Veronica Liam, wanita muda yang memiliki segalanya namun terlebih dari itu, mereka terdiam krena interaksi yang terjadi di antara mereka berdua.

Veronica sangat menyayangi anaknya meskipun anaknya tidak memiliki seorang ayah. Ia sama sekali tidak malu untuk menjemput anaknya. Ia bahkan berjanji untuk berlari ke arah anaknya jika anaknya keluar dari kelas. Hal yang tidak pernah dilakukan oleh ibu-ibu di sana kepada anak mereka.

÷÷÷

“Hi, Juan,” sambut Yurina saat Juan Veronica membuka pintu mobil belakang dan Juan masuk ke sana bersama dengan Su sementara Veronica kemudian masuk ke kursi depan, di sebelahnya.

“Tante Rina, kita mau beli gelato,” jawab Juan senang. Yurina tertawa lalu membuat gerakan hormat tanda ia mengerti kata-kata Juan.

Yurina mulai menyalakan mesin mobil dan mereka mulai meninggalkan parkiran sekolah untuk membeli gelato sesuai keinginan Juan. “Vero, lo sudah lihat berita tentang lo hari ini?”

“Ada apa?” tanya Veronica lalu menghidupkan layar ponselnya dan mengetikkan namanya sendiri di mesin pencarian internet.

“Hah?” kata Veronica setelah beberapa detik ia membaca artikel yang baru di muat tujuh jam yang lalu.

“Ini gak menguntungkan diri lo sama sekali. Berita ini membuat publik menyambungkan cerita putusnya lo sama Peter. Semua orang jadi yakin kalau lo yang meninggalkan dia. Gue sudah bicara dengan agensi Peter tapi mereka enggak bisa mengeluarkan klarifikasi apa pun sekarang.”

Veronica tidak begitu mendengarkan ucapan Yurina karena ia sedang terpaku menatap layar ponselnya, membaca sebuah artikel yang memberitakan dirinya. Di dalam artikel itu, mereka menyebutkan kalau ia tertangkap kamera sedang melakukan dinner romantis dengan seorang laki-laki yang Veronica yakini adalah Erren.

“Tapi yang membuat gue aneh, berita ini justru membuat film lo dan Peter laku keras di bioskop Amerika. Mungkin itu alasan agensinya enggak mau merilis klarifikasi apa pun.”

“Rin, gue enggak dinner romantis waktu gue ada di tempat ini,” kata Veronica.Jika saja mereka tahu apa yang sedang ia dan Erren katakan pada waktu itu, ia yakin tidak aka nada yang mengatakan kalau mereka memiliki hubungan spesial.

“Gue tahu, Vero. Tapi lo tahu sendiri gimana netizen. Mereka akan langsung percaya dengan berita. Membuat klarifikasi juga gak akan banyak membantu, yang ada nanti mereka mikirnya lo cuma membuat pembelaan bohong. Gue saranin, lo gak usah buka sosmed dulu. Biarin semuanya surut. Gak baik untuk pikiran.”

Veronica menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Cepat atau lambat, semua orang akan tahu siapa laki-laki yang ada bersamanya di foto itu karena ia tahu kalau semua orang mengetahui Erren. Semuanya akan semakin rumit, ia sedang berusaha untuk menjauhi Erren sementara sekarang perhatian publik mulai terarah kepadanya.

“Mamma,” panggil Juan dengan suara lesu, membuat Veronica menoleh dengan cepat. Juan sedang berada di pangkuan Su dan Su sedang berusaha menenangkan Juan.

“Juan? Kenapa sayang?”

“Bu, sepertinya Den Juan susah nafas,” jawab Su cemas.

Wajah Veronica berubah pucat dan ia berusaha untuk membawa Juan agar berada di pelukannya. “Juan, coba untuk bernapas pelan-pelan, okay? Tidak boleh panik.”

Veronica membuka kancing seragam sekolah Juan sementara Yurina menekan gas lebih kuat untuk segera mencari rumah sakit.

“Mamma,” kata Juan sambil menggenggam tangan ibunya.

“Rina, berapa lama bisa sampai?” tanya Veronica histeris. Ia tidak membawa alat bantu pernapasan Juan di mobil Yurina dan ia tidak tahu sampai kapan putranya akan tetap bernapas.

“Sepuluh menit,” jawab Yurina.

“Juan, Juan dengar Mamma? Kamu harus bernapas dengan pelan, ya sayang,” kata Veronica yang menahan air matanya. Sudah sangat sering ia menyaksikan Juan yang kesulitan bernapas namun rasanya selalu menyakitkan.

“Rina, cepat Rin!” kata Veronica kepada Yurina yang sudah benar-benar melajukan mobilnya secepat mungkin di jalanan yang cukup lengang.

Veronica memejamkan matanya, sepuluh menit, ia ingin Juan tetap bernapas sampai mereka tiba dan Juan mendapatkan penanganan.

Sepuluh menit, ia ingin Juan bisa bernapas lebih dari sepuluh menit.
÷÷÷

EVERLASTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang