Bab 8

2.5K 189 5
                                    

“Pak Erren, manajer dari Veronica Liam sudah mengonfirmasi kalau Veronica Liam akan  pulang ke Indonesia empat hari lagi. Apakah saya harus membuat jadwal untuk Anda menemuinya?” tanya Louis, sekretaris Erren ketika ia memasuki ruang kerjanya pagi ini. 

Louis meletakkan sebuah map yang berisi data kandidat yang akan menjadi brand ambassador dari produk terbaru perusahaan mereka. 

Enam tahun yang lalu, saat ia kembali ke Indonesia dari studinya, Garen Darmandira memintanya untuk membuka anak perusahaan dan kini ia sudah membuka dua anak perusahaan dan akan menambah satu lagi anak perusahaan yang bergerak di bidang hospitality

Produk yang akan mereka luncurkan untuk membuka anak perusahaan ini adalah sebuah hotel yang sudah mendapatkan bintang limanya, yang akan dibuka di Bali dan Raja Ampat. 

Jaimendira Hotel adalah brand yang mereka keluarkan, yang akan siap beroperasi enam bulan lagi. Meskipun Tjahja Persada sudah dikenal masyarakat ramai, namun Erren tetap ingin seorang brand ambassador yang bisa memperkenalkan produk mereka. 

“Apa di dalam map ini sudah berisi semua informasi tentang Veronica Liam?” tanya Erren. 

Ia sama sekali tidak tahu siapa yang akan menjadi brand ambassador dari anak perusahaan terbarunya. Ia menyerahkan segalanya kepada Louis untuk memilihnya, karena siapa pun tahu kalau Erren Jaime Darmandira tidak akan memiliki waktu untuk memilih kandidat yang akan mengisi posisi brand ambassador yang mereka butuhkan. 

Louis menganggukkan kepalanya, “Ya, Pak. Di sana juga saya sudah mengisi semua pencapaian Veronica Liam selama ia menjadi aktris di Amerika.”

Erren meletakkan map yang tadi ia pegang ke salah satu bagian meja kerjanya yang sangat besar dan penuh dengan berkas-berkas.

Mungkin bagi orang yang tidak memahami cara seorang Erren Darmandira dalam bekerja, mereka akan berpikir kalau meja Erren sangat berantakan namun Erren memiliki sistemnya sendiri dalam meletakkan berkas-berkasnya yang tidak akan pernah dipahami oleh siapa pun.

“Saya akan membacanya nanti tapi saya ingin bertemu dengan Veronica Liam sebelum saya pergi ke Raja Ampat,” kata Erren lalu kembali sibuk dengan layar laptopnya.

“Baik, Pak. Saya akan mengaturnya.” Louis lalu berbalik untuk meninggalkan bosnya dan melanjutkan pekerjaannya namun ia segera menghentikan langkahnya ketika tiba-tiba Erren kembali memanggil namanya.

“Louis,” Panggil Erren. “Saya akan pergi ke luar sekarang.”

Louis mengerutkan keningnya, sekarang baru pukul delapan pagi, Erren baru saja duduk di kursinya namun mengapa bosnya itu ingin pergi lagi?

Seingatnya, Erren tidak pernah meninggalkan meja kerjanya selain jika memang sudah waktunya ia untuk makan siang, pulang atau menghadiri meeting.
 
“Ya, Pak?” tanya Louis. 

Erren kembali mengulangi kata-katanya, “Saya akan pergi sekarang.”

“Tapi pukul sebelas Anda memiliki janji dengan perwakilan dari pemerintah Sarawak untuk membahas pembangunan jalan tol di Sarawak yang akan segera kita lakukan, Pak,” kata Louis mengingatkan bosnya. 

Sangat sulit untuk berjumpa dengan bosnya dan hari ini bosnya harus makan siang bersama dengan perwakilan dari pemerintah Sarawak, Malaysia, untuk membahas pembangunan jalan tol di Sarawak yang akan dilakukan oleh Tjahja Tol, anak perusahaan Tjahja persada yang dipegang oleh Erren Darmandira.

“Saya memiliki pekerjaan dengan orang yang lebih penting, Louis. Anda bisa menggantikan saya dan jika mereka masih ingin memaksa untuk bertemu, beri mereka jadwal baru.”

EVERLASTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang