Throwback: Dinner

33 8 12
                                    

2019


"Minggu depan ada training di kantor pusat di Jakarta. Sekitar tiga hari. Kita butuh lima orang yang pergi. Sebelum saya pilih, ada yang bersedia?"

"PAK, SAYA PAK SAYA!" sahut Dewa buru-buru. 

Mendengar kata Jakarta, yang ada di pikirannya saat ini tentu saja Mbak La yang sudah hampir satu tahun menetap di sana untuk bekerja. Seumur-umur ia juga belum pernah menginjakkan kaki di ibukota. Ini kesempatan yang tak boleh ia sia-siakan. Memang untuk alasan training, namun pasti ada cara demi menyempatkan bertemu Mbak La.



Mbak, minggu depan aku mau ke Jakarta, ada training. Bisa ketemu?


Mbak La
YUUUKKK!! 
Aku traktir makan!
Aku sempet janji mau traktir kamu di gajian pertama kerjaan ini. Sampe udah gajian kesekian kayaknya baru impas. Haha


Rasanya Dewa sudah tidak sabar menunggu minggu depan. Ia membaca pesan balasan dari Mbak La dengan bangga. Gajian pertama memang selalu berkesan. Walaupun pada akhirnya Dewa kedapatan traktiran di gajian kesekian. Ia jadi teringat gajian pertamanya selain tentu saja sebagian ditabung, sebagiannya lagi dibelikannya beberapa barang untuk ayah, bunda, Dewi, dan juga Mbak La. Barang untuk dirinya sendiri? Gampang, kapan-kapan.


***


Sudah lima belas menit Dewa duduk manis di kursi restoran steak di daerah Jakarta menunggu Mbak La. Bukan karena perempuan itu yang terlambat datang, melainkan Dewa yang sengaja datang setengah jam lebih awal. Hari pertama kemarin training-nya cukup padat. Dan kebetulan Mbak La juga ada urusan sampai malam. Jadilah mereka janjian di malam kedua Dewa di Jakarta.

Ia mengamati ibukota di malam hari melalui jendela kaca di sebelahnya. Sengaja ia pilih tempat duduk di lantai dua di samping jendela, dan mungkin karena weekdays jadi restoran ini tidak begitu ramai oleh pengunjung.

Tepat di pukul 7.30 malam, ada satu perempuan turun dari sebuah mobil merah yang diyakini Dewa sebagai taksi online. Dewa pun segera mengirim pesan kepadanya untuk mengabari dia berada di lantai dua. Ia memantau Mbak La dengan seksama sampai masuk ke dalam restoran dengan senyum lebar.

"Mbak!" sahut Dewa melihat Mbak La celingukan di tangga. Mbak La terlihat cantik sekali malam itu. Sebenarnya Mbak La memang selalu cantik. Namun mungkin karena Dewa sudah lama tidak berjumpa secara langsung dengannya, jadi malam itu terasa spesial dan berbeda.

"Udah lama, dek?" tanya Mbak La sambil memposisikan dirinya duduk di hadapan Dewa.

"Nggak kok Mbak, baru sampai juga aku," jawabnya sedikit berbohong.

"Udah order?"

"Belum. Aku samain aja sama Mbak La. Kan ditraktir. Hehe."

Mbak La tersenyum simpul sambil membuka-buka buku menu. "Ya udah, aku pilihin yang biasa aku order ya. Dijamin enak."

Setelah memesan dan menunggu makanan tiba, mereka pun bercerita ringan seputar kabar, keluarga, kerjaan, dan tentunya training Dewa di Jakarta. Sampai makanan selesai dihabiskan pun mereka tak hentinya bercerita, seakan mengeluarkan semua stok obrolan mereka beberapa bulan tak jumpa.

"Mbak beneran gak jadi sama Wisnu-Wisnu itu?" ungkit Dewa.

Di awal tahun yang lalu, Dewa masih ingat betapa percaya dirinya Mbak La mendeklarasikan akan menikah dengan seorang dosen muda bernama Wisnu. Setelah dikabarkan seperti itu, Dewa pun merasa sungkan untuk tetap dekat dengan Mbak La. Palingan hanya sesekali saja mereka berkabar. Dewa paham bagaimana Mbak La membuat jarak dengannya ketika bersama Brian dulu.

PoV: DEWA // DAY6 DowoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang