Throwback: Putih Abu-abu

113 11 11
                                    

Halo semua! Ini side story-nya Dewa Ariza, adek kesayangan kita semua di tulisan pertamaku yang berjudul DIARI ALULA.

Yang ini memang judulnya POV Dewa, tapi mau coba dibawa dari POV 3 dari sisi Dewa, hehe, semoga berkenan yaa. Selamat membaca! ^^

_____________________________________________



2010

Sudah tiga hari ini bangku di depan Dewa kosong. Si empunya, bernama Devita Yura, sedang ijin sakit. Anak-anak satu kelasnya, di kelas X-3 ini, tentu tahu betul laki-laki itu kesepian karena ia tak pernah absen barang satu hari pun untuk mengusili Yura, panggilan gadis berambut hitam sebahu itu.

"Dewa! Ngelamun terus. Giliran gak ada aja dicariin, giliran Yura masuk, dikerjain mulu. Haha." Cibir Chitta, teman sebangku Yura yang sebenarnya sudah membatin ada 'sesuatu' yang Dewa sembunyikan melalui tingkah usilnya kepada Yura.

"Cih, siapa yang nyariin. Kelas rasanya tenang banget gak ada dia. Pandanganku ke papan tulis juga, beuh, jadi lurus gak ada kucir stroberi yang selalu ngalangin," tukas Dewa sembari tangannya menunjuk lurus papan tulis yang berada empat bangku di depan, berusaha menyembunyikan kesalahtingkahannya. 

Chitta melirik David, teman sebangku Dewa yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Sambil membatin di hati masing-masing, sampai kapan Dewa Ariza, si pemain posisi shooting guard di ekskul basket kebanggaan SMAN 9, berpura-pura menyembunyikan perasaannya ke Yura? Mereka sebentar lagi naik kelas XI, apakah hanya akan berlanjut menjadi Tom and Jerry-nya SMAN 9 Kediri ini?

Sedangkan yang bersangkutan, kembali membuka buku pelajaran Sejarah dengan pikiran khawatir. Yura sakit apa? Kapan dia sembuh? Sudah minum obat belum ya? Kapan dia masuk lagi? 

Sepulang sekolah, Dewa berjalan beriringan dengan sepeda sport-nya ke arah rumah. Suasana adem angin semilir yang tidak biasa ini membuat mood Dewa lebih memilih untuk berjalan daripada mengayuh. 

Suara jingle dari toa abang-abang penjual roti yang sedang mangkal di sebelah jembatan menghentikan langkahnya. Dewa tiba-tiba teringat roti isi stroberi kesukaan Yura yang seringkali dia santap untuk sarapan di kelas. Biasanya bersamaan dengan sekotak kecil susu stroberi kesukaannya.

"Bang, roti stroberi dua."


Sepanjang perjalanan memutar ke arah rumah Yura, Dewa mengutuk-ngutuki dirinya sendiri di dalam hati. Buat apa abang-abang itu mangkal di perjalanannya pulang? Buat apa dia merogoh lembaran lima ribuan yang seharusnya untuk nge-game di warnet berujung dengan dua bungkus roti stroberi di tangannya? Buat apa dia memutar langkah menjauh dari arah rumahnya dan sekarang malah berhenti di depan pagar rumah Yura? Buat apa??

Tepat di kebimbangan Dewa antara pulang atau meninggalkan roti stroberi di pagar, ibu dari Yura baru sampai rumah dan menjumpai laki-laki tinggi polos dengan telinga yang mulai memerah itu mondar-mandir dengan sepedanya.

"Nak Dewa?"

Saking terkejutnya Dewa, sampai-sampai ia memegangi dadanya berusaha menenangkan degupan jantungnya.

"I—ibu?!"

"Cari Yura ya? Ibu panggilkan ya."

"Eh, ndak usah, bu." Dewa dengan segera menghentikan langkah ibu Yura.

"Ini, titip ini aja buat Yura, bu," timpal Dewa sembari memberikan plastik hitam putih belang itu ke tangan Ibu. Setelah Ibu menerimanya, Dewa pun pamit dan mengayuhkan sepedanya dengan kencang ke rumah. Lagi-lagi dia sambil setengah menyesali kelakuan yang baginya tak masuk akal itu.

PoV: DEWA // DAY6 DowoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang