Throwback: Putih Abu-abu (2)

40 10 19
                                    


"Buat halaman profil minggu depan, gantian anak basket, ya." Usul si Ketua Mading.

"Dewa aja, Kak, temennya Yura nih biar sekalian Yura yang interview." Kalimat yang terdengar enteng dari salah satu anggota mading mengejutkan Yura dari pergolakan batinnya ke mana dia akan pergi setelah ini. Gadis itu berharap rapat ini sekalian selesai sampai malam, supaya dia tidak perlu repot-repot menentukan pilihan antara menonton Ferdi futsal atau Dewa basket.

"Hah? Gimana?"

"Oke, kalau gitu Yura yang handle halaman profil minggu depan, ya."

"Hah? Hah? Gimana? Gimana?" Tanya Yura yang sepertinya baru menyadari ada tanggung jawab yang dibebankan padanya. 

"B—baiklah ..." jawab Yura akhirnya pasrah karena anak mading sejatinya memang harus tahan banting dengan segala macam sikon interview. Masa hanya karena yang diwawancara seorang Dewa Ariza, laki-laki cinta dalam hatinya, dia jadi menolak tugas ini.

"Oke, sekian dulu rapat hari ini. Minggu depan dikumpulin ya PR kalian." 

"Siap, Kak!" Jawab para anggota kompak, kecuali Yura yang terlihat gelisah melihat langit luar yang belum gelap. Menandakan anak-anak ekskul lain belum pada bubaran sebelum malam.

Kok cepet banget sih hari ini selesai rapatnya. Batin Yura menggerutu melangkah keluar basecamp mading.

"Yura!"

Laki-laki itu mendekati Yura dengan setengah berlari. Sayangnya bukan sosok yang diharapkan Yura.

"Ferdi?"

"Yuk?"

"Eh?"

Ferdi menangkap raut wajah Yura yang ragu. Tentu saja dia tahu hubungan Tom and Jerry antara Dewa dan Yura. Sebagai sesama lelaki, dengan mudah Ferdi bisa menebak bahwa Dewa menyukai Yura. Namun, selagi Yura masih ber-title jomblo, tidak ada yang salah dengan mendekatinya. Siapa tahu pada akhirnya Yura lebih memilih dirinya daripada Dewa. Siapa tahu, kan?

"Sampai aku nge-gol-in, satu kali aja," pinta Ferdi. "Habis itu kamu boleh cabut."

Satu? Jelas itu adalah hal yang mudah bagi Ferdi. Liat dulu sebentar kali ya? Batin Yura mencari pembenaran. Bagaimana pun ia tak sampai hati menolak ajakan Ferdi yang sudah menghampirinya ke ruangan mading.


Memang gol satu kali sebenarnya tidak sulit bagi Ferdi Si Kapten untuk selevel latihan. Tapi ternyata dengan sengaja tendangannya meleset dan menggagalkan timnya untuk mencetak sebuah gol. Tidak lain demi membuat Yura bertahan di posisi duduknya.

Di lain lapangan, Dewa dengan harap-harap cemas menanti kedatangan Yura yang tak kunjung datang. Dia tahu, Yura dengan tipe tidak-enakan-nya itu tentu sedang berada di lapangan futsal. Ia pun segera menyelesaikan permainan basketnya dan mengakhirinya dengan skor menang.

Dewa Ariza, sore itu dengan kaos putih tanpa lengan, celana olahraga selutut, sepatu basket biru dongker, tas bola hitam yang diselampirkan di pundak kirinya, dan bola basket yang masih di-dribble-nya sepanjang perjalanan menuju ke lapangan futsal depan. 

Yura dalam posisi duduk spontan berdiri di tempat melihat Dewa berjalan menghampirinya. Jauh dalam hati Yura takut, bila Dewa sampai salah paham. Ferdi memang baik, siapa yang tidak mau dekat dengannya? Namun bila ditanya, tentu hati Yura lebih jatuh kepada Dewa.

"Dewa ..."

Dewa menghentikan langkahnya, lalu mengoper bola basket ditangannya ke arah Yura. Bola itu dilempar tepat sasaran, ditangkap Yura dengan mudahnya. Dewa tersenyum. Karena sebelumnya ia sempat membatin, bila Yura menangkap operan bolanya, ia akan jujur dengan perasaannya.

PoV: DEWA // DAY6 DowoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang