Throwback: Reset

33 7 4
                                    


"Devita di mana, Wid?" 

"Di ruang bean bag, Dew."

"Oh, oke, thanks."

Dewa melangkahkan kakinya keluar pantry yang cukup ramai dengan karyawan dari berbagai tim yang sedang menghabiskan jam istirahatnya. Ruang bean bag adalah satu bilik di belakang resepsionis yang ukurannya tidak terlalu besar dan disediakan untuk karyawan yang ingin beristirahat dengan tenang, atau kata lain butuh tidur. 

Dengan perlahan Dewa membuka pintu, sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara karena terlihat beberapa bean bag sudah ditempati oleh beberapa orang. Pemandangan yang lumrah untuk para night shifters.

Tidak susah mencari Yura. Satu-satunya dengan selimut stroberi kesayangannya tertidur di pojok ruangan. Dewa menyusulnya dan meletakkan sekotak susu stroberi di sebelahnya. Sambil melirik ke arah Yura, ia membetulkan posisi selimut, memastikan untuk menutupinya sampai ujung kaki.

Perempuan ini, untuk kedua kalinya menarik perhatian Dewa. Bukan karena merasa kasihan akan nasib hidupnya, namun pengakuan Yura kemarin membuatnya peduli. Membuat rasa ingin menjaga dan menemani kembali muncul. Rasa yang sama seperti masa SMA dulu. Inikah arti cinta lama bersemi kembali? Atau terlalu cepat untuk menyimpulkan ke arah sana?

Berada dalam lingkungan buzzer, membuat Yura kapok akan dunia jurnalis yang dekat dengan kepentingan politik itu. Ia pun sempat dikucilkan oleh para seniornya karena pengunduran diri secara tiba-tiba sebelum habis masa perjanjiannya. Hal itu semakin membuatnya merasa tidak pantas untuk kembali ke posisi itu.

Kebutuhannya akan materi, dan demi tetap dapat melampiaskan hobinya dalam berbicara, akhirnya ia mencoba melamar di beberapa tempat sebagai customer service dan berakhir di sini. Baginya, berada di bagian call center adalah pilihan yang aman. Ia tak perlu bertatap muka dengan siapa pun, cukup melalui suara telepon ia tetap bisa mengoceh.

Dewa benar-benar mendengarkan semua cerita Yura dengan seksama kemarin. Sekaligus prihatin dengan kenyataan seorang Yura harus bersembunyi dibalik Devita.

"Kamu ngumpet di mana sih Yura? Yura yang ceria dan percaya diri," bisik Dewa pelan, seperti berbicara dengan sosok lain yang bernama Devita.

"SSSSSHHHHHH!!"

Padahal Dewa sudah merasa bisikannya pelan, tapi ternyata tetap mengganggu orang-orang yang sedang tidur di sana. Ia pun akhirnya melipir keluar melanjutkan jam istirahatnya di pantry.


***


Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di mart sebelah kantor. Si empunya menurunkan kaca dan berteriak ke arah perempuan yang sudah siap memesan ojek online.

"Ra! Eh, Dev! Kita pulangnya searah kok. Ayo aku antar pulang. Jam segini rebutan ojol sama yang mau berangkat ngantor sama sekolah."

Yura melihat orderannya yang jelas belum ada yang mengambil. Walau sempat ragu, akhirnya ia pun memasuki mobil Dewa.

"Aku jadi panitia jalan sehat acara ulang tahun kantor bulan depan." Dewa membuka obrolan di lampu merah. Sebenarnya dalam kepalanya sedang berpikir keras menyusun kalimat untuk menyatakan hal penting pada Yura.

Yura hanya membalas dengan tatapan bingung. Seakan-akan, 'terus apa hubungannya sama aku kalau kamu jadi panitia?'

"Kamu mau jadi MC-nya?" tanya Dewa akhirnya to the point.

PoV: DEWA // DAY6 DowoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang