16 | Bakso dan Sambal

349 73 2
                                    

In the Living Room

.
.
.

Bakso.

Siapa yang tidak suka olahan daging berbentuk bola ini? Apalagi kalau dicampur dengan kuah kaldu yang gurih dan sayuran segar serta potongan lemak. Siapapun pasti tidak akan mau melewatkan kesempatan emas ini. Belum lagi jika bakso komplit itu disajikan kala hujan turun. Pilihan terbaik sepanjang masa untuk menghangatkan badan.

Hari ini hujan turun cukup deras. Wajar sekali karena memang sudah memasuki musim penghujan. Dalam sehari matahari paling lama hadir sekitar 4-5 jam lamanya. Sisanya gerimis gemericik membahasi jalanan. Akibat hujan seharian yang mengguyur ibukota membuat suasana sangay dingin dan membuat malas untuk beraktifitas. Angin yang bertiup kencang membawa butiran-butiran air hujan bermain di atas jendela kaca yang baru saja dibersihkan. Jika sudah seperti ini, tukang bakso menjadi sesuatu yang paling dinanti setiap orang.

"Zanna, tolong anter kue ya ke rumah bu Joan."

Zanna yang sedari tadi asik dengan buku kecil dan ponselnya menoleh pada sebuah tempat makan terbaru yang dibeli mama. Sambil melihat kue apa yang dibuat oleh mama kali ini. "Kue bolu ya ini?" tanyanya ketika melihat kue berwarna-warna dengan warna yang cukup mencolok.

"Iya," jawab mama Anna singkat.

"Oke. Ini aja, 'kan?"

"Yap!" sahut mama.

Tanpa harus memakan waktu lama, Zanna sudah berada di ruang makan kediaman Johnny. Ia sudah menyerahkan amanah yang diberikan mama. Kini saatnya bertamu dan menikmati sajian yang sudah disediakan sang tuan rumah.

Berhubung musim hujan sedang berlangsung sejak beberapa hari ke belakang, siklus hujan jadi tidak bisa diprediksi oleh siapapun. Akan ada saat di mana ketika malam hujan turun dengan derasnya. Kemudian pagi menjelang siang hari cerah. Namun ketika sudah melewati jam makan siang hingga petang hujan turun kembali dengan deras. Bahkan terkadang selang satu jam hujan reda, akan ada hujan lainnya yang datang.

Jika sudah memasuki saat seperti ini, tubuh rasanya enggan untuk diajak bekerjasama menciptakan sebuah karya. Jangankan untuk melakukan kegiatan fisik. Melatih otak saja rasanya seperti mengangat sepuluh kilogram barbel. Sungguh permainan yang sengit antara magnet kasur dengan hawa napsu.

Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk mama Joanna dan juga Johnny. Kedua ibu dan anak itu tetap rajin melakukan kegiatan produktif meski hanya hal kecil. Mama Joanna yang sedang digandrungi hobi baru mengelola tanaman telah menyelesaikan rombakan taman belakang rumahnya. Ia berhasil menyulap ruang jemur pakaian menjadi taman kecil yang segar. Ada berbagai macam tanaman seperti tomat, cabai, sawi, dan berbagai tanaman bunga. Sebuah surga dunia bagi Zanna si pecinta tumbuhan.

Keakraban mama Joanna dengan sang tetangga depan rumah berhasil menarik perhatian seorang Johnny. Dia yang baru keluar dari kamar setelah menyelesaikan salah satu pekerjaannya memandang lurus pemandangan yang selama ini menjadi idamannya. Sebuah pemandangan di mana ketika sang mama bisa akrab dengan sosok wanita yang menjadi tambatan hatinya. Dalam hati kecilnya, Johnny berdoa dan memohon agar keadaan seperti ini bisa terus ia lihat dan nikmati sampai akhir hidupnya.

Tawa renyah serta pertanyaan-pertanyaan ingin serba tahu Zanna mengisi kekosongan yang selama ini menyelimuti kediaman Johnny. Bukan karena ia dan mamanya tidak akur. Hanya saja pekerjaan Johnny yang terlalu berlebihan menuntut dirinya untuk harus memanjakan profesinya dibanding sang mama. Terima kasih pada Zanna yang berhasil menghidupkan suasana rumah walau hanya sesaat.

Sedang asyik bertanam dan memanen beberapa cabai yang merah merekah, tiba-tiba saja hujan turun tanpa diundang. Zanna dan mama Joanna lantas berhamburan ke dalam rumah guna menyelamatkan diri dari guyuran hujan yang mulai turun deras. Tepat di pelukan Zanna ada sebuah baskom berukuran sedang yang hampir penuh dengan cabai merah nan besar.

In the Living Room | Johnny Suh, Mark Lee, and Haechan Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang