17 | First Zoo Date

347 77 5
                                    

In the Living Room

.
.
.

Hari ini matahari bersinar cerah. Tidak seperti hari-hari sebelumnya di mana matahari tampak enggan bersahabat dan tersenyum sehingga membuat banyak orang malas untuk beraktivitas. Secercah harapan muncul di dalam benak Johnny. Sejak waktu liburnya tiga hari yang lalu, ia menghabiskan banyak waktunya untuk menonton banyak film yang sempat tertunda karena pekerjaan. Hanya bermodal laptop dan projector mini yang terpasang di salah satu sisi dindingnya, Johnny mengurung diri seharian di dalam kamarnya. Sesekali suara cekikian sampai tangisan terdengar dari luar hingga membuat mama Joanna yang sibuk memerhatikan tanaman-tanamannya hanya bisa menggelengkan kepala heran. Tidak ada yang menyangka jika Johnny yang tampak dingin dan perfeksionis di luar, bisa berubah 180 derajat menjadi sosok yang emosional ketika sudah larut dalam sebuah romansa fiksi di layar.

Tok tok

Sebuah ketukan tepat di pintu kamarnya terdengar. Berhasil menginterupsi emosi Johnny yang kala itu sedang larut dalam romansa percintaan seorang pangeran dengan gadis biasa. Sebelum membuka pintu yang masih terus diketok dari luar, Johnny meminum dua gelas besar air dingin yang sudah ia sediakan sebelumnya guna menetralkan emosi yang sempat memuncak.

Matanya yang semula datar dan biasa saja berubah menjadi membesar hingga terlihat seakan bola matanya akan lepas. "Zanna?" tanyanya terkejut bukan kepalang. Kehadiran Zanna di saat seperti ini sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya.

Wanita itu diam. Menunggu sang empu kamar berukuran 3x5 meter itu untuk mempersilakannya masuk. Si pemilik ruangan pun tanpa pikir panjang langsung memberika jalan masuk untuk wanita di depannya. Kemudian ia duduk kembali di kurisnya sedangkan sang wanita duduk manis di atas kasurnya.

"Eh, kakak lagi nonton Enola Holmes?" Mata tajam Zanna menyorot layar komputer Johnny.

"Iya, nih. Lagi re-watch aja sih sebenernya."

Zanna tidak menjawab. Ia justru beranjak dari duduknya dan berpindah tempat di samping Johnny. Gadis itu mendekatkan tubuhnya pada lengan Johnny yang sedang memegang mouse komputer.

"Ka, jalan-jalan, yuk?" ajaknya. 

"Mau ke mana?"

"Hmm ... serunya tuh yang menantang adrenalin gitu gak sih, Kak? Kegiatan outdoor kayaknya seru."

Johnny menangkap pancaran aura antusiasme yang tinggi di mata Zanna. Kalau sudah begini aura kebahagiaan Zanna, Johnny akan dengan mudahnya menuruti perkataan Zanna. Wajar saja, lelaki itu sedang melakukan pendekatan batin dan observasi pada diri Zanna. 

"Sounds good!" seru Johnny menyetujui ajakan Zanna. Lantas gadis itu berlonjak kegirangan. 

"Oke, aku pulang dulu. Ganti baju, abis itu kita berangkat."

"Mama?" Suara Johnny menghentikan langkah Zanna. Gadis itu berbalik badan sambil tersenyum. Johnny diam tak bergeming. Kemudian gadis berwajah bulat itu mengacungkan dua ibu jarinya dan tersenyum lebar. 

Setelah sebuah rencana yang sangat mendadak dan jauh dari persiapan, Johnny dan Zanna kini sudah terduduk manis di dalam mobil milik Johnny. Berkat kerja keras serta dukungan yang tiada akhir dari sang mama, akhirnya Johnny bisa membeli sebuah mobil baru yang ia incar selama ini. Sungguh tipikal laki-laki hebat di masa depan. 

Kedua insan itu lebih banyak menikmati perjalanan yang entah akan berlabuh di mana. Sambil ditemani lantunan melodi indah karya Coldplay kesukaan Johnny, hari ini terasa sangat indah bagi laki-laki berusia 26 tahun itu. Sedangkan si wanita, sang empu ide mendadak ini dengan asyiknya menatapi indahnya pemandangan kota yang cerah bermandikan sinar mentari. Bunga-bunga yang bermekaran di taman kota menambah manisnya perjalanan dua anak manusia yang tengah dimabuk asmara ini. 

In the Living Room | Johnny Suh, Mark Lee, and Haechan Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang