#CHAPTER 02#

4 1 0
                                    

Pada suatu ketika aku sempat berpikir tentang bagaimana cara untuk dapat bertemu denganmu. Aku menunggu pada penghujung sore saat matahari berwarna oranye dengan sedikit semburan warna merah. Tapi aku juga tak mau membodohi diriku sendiri yang tak mengenal identitas fisik yang belum pernah kujumpai pada suatu pertemuan. Aku bagaikan orang yang kehilangan akal untuk dapat berpikir waras atas pikiran dan ide bodohku ini.


Setiap manusia yang berjalan dengan suara sepatu yang tak kukenal aku selalu berharap bahwa itu engkau. Tapi apakah mungkin itu kamu yang selalu bertakbir didepanku. Andai memang itu engkau ada satu yang ingin aku tanyakan kepadamu. Apakah kamu mengerti ada manusia lain yang selalu berada di belakang punggungmu setiap kali di sela sore yang mulai memerah? Andai kau tak pernah mengenalku. Tapi aku mengenalmu. Suaramu yang menjadi identitas untuk mendapatkan wujudmu yang nyata tanpa harus ditutupi kain pembatas berwarna hijau tua diantara kata aku dan kamu yang selalu kuharapkan menjadi kata kita.

Kamu... Adalah angan yang belum tersentuh. Kamu... Adalah angin yang belum sempat kuhirup
Dan kamu... Adalah cinta yang selalu aku nantikan di penghujung sore di setiap hariku.
Ya... Hanya kamu.

***

" woy.. Bengong aja!!! " kejut carla kepadaku

" duh.. Ngagetin aja sich kamu, La. " kataku kepada carla

" apa sich yang lagi kamu pikirin ? " tanyanya kepadaku

" hmm... Nggak kok. Cuma seneng aja lihat jendela luar saat matahari terbenam kayak gini. Kok kayaknya suasananya tuch hangat,teduh gitu loh, La " jawabku kepadanya

" kerjaan gimana nech ? Udah beres belum ? " tanyanya kepadaku dengan penuh perhatian

" udah sich. Dan udah aku email juga semua data laporan bulan kemarin. Paling besok tinggal cek email aja untuk revisinya. Ya, itupun kalo ada revisi ya, La. " jawabku dengan senyum santai.

" terus kamu nggak pengen pulang gitu ? "

" bukan nggak pengen sich, La. Tapi masih belum. Di jalan kayaknya juga masih macet. Bentar lagi dech nunggu maghrib. Sekalian maghrib di sini dulu. Kamu duluan aja nggak apa-apa kok. "

" aku juga kayaknya ini pulang molor sich. Bakalan nggak bisa on time "

" kenapa ? Masalah tunggu approval lagi ya, La ? " ucapku

Carla hanya mengangkat kedua alisnya mengiyakan apa yang aku ucapkan.

***

pukul 3 soreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang