#CHAPTER 07#

2 1 0
                                    

" Besok weekend ada acara kemana, Ras ? " Tanya Raka kepadaku

" Besok ya ? Kayaknya nggak ada acara apa - apa. Dan nggak ada yang ajakin juga. Carla juga kayaknya lagi sibuk nyiapin nikahannya yang sebentar lagi. " Jawabku

" Jalan yuk ! " Ajaknya kepadaku

" Kemana, Ka ? " Tanyaku singkat.

" Mau makan mie ayam nggak ? Aku tahu ada mie ayam enak yang dulu sering banget aku samperin waktu pulang sekolah. " Jawabnya menawariku

" Mie ayam ya ? Mmm... Boleh. Jam berapa besok ? Besok pokoknya kabarin aja ya kalo udah mau berangkat. " Tanyaku

" Jam 11 siang gimana ? " Tanya balik Raka kepadaku

" Jam 11 ya ? Boleh. " Jawabku singkat

" Ya udah kalo gitu, selamat beristirahat ya, Ras ! " Ucap Raka sebelum memutuskan percakapan kita dari jauh melalui ponsel.

" Iya, kamu juga ya. Assalamualaikum. " Jawabku

" Waalaikum salam warrachmatullahhiwabarakatuh " Balasnya.

Malam itu menjadi penutup hariku yang lelah setelah seharian berkutat pada pekerjaan. Aku pun memutuskan untuk tidur lebih cepat malam ini. Agar besok pagi, aku tampak lebih segar. Ini memang bukanlah sebuah kencan seperti harapanku. Tetapi setidaknya, aku menghargai Raka sebagai orang yang mengajakku untuk makan siang besok.

Aku tak pernah mau berharap apa - apa lagi. Sesuatu yang terlalu tinggi terbang, menurutku akan lebih sakit jatuhnya nanti. Entahlah, aku masih tetap menanti kepastian akan hal itu. Sesuatu yang aku harapkan mampu melengkapi kebahagiaanku nantinya.

Bulan depan merupakan malam tahun baru. Aku tak pernah merasa spesial pada hari itu. Karena memang tak ada perayaan khusus bagiku. Terkecuali jika nantinya Raka akan mengajakku. Ah, tapi ya sudahlah. Mengapa aku masih menanti kepastian seperti ini ? Bukankah dia menyukai seseorang di luar sana ? Lalu, mengapa aku masih berharap dia akan menyukaiku ?

Aku selalu mengharapkan, bahkan menjadi bagian dari do'a kecilku. Bahwa suatu ketika Raka akan menyadari bahwa aku menyukainya. Aku telah menaruh hati padanya sejak pertama kali secara tak sengaja aku menjadi makmumnya pada pukul 3 sore.

Akan selalu kusemogakan apa yang aku harapkan. Meskipun jujur saja, aku sudah mulai tak banyak berharap. Bukan menyerah. Tetapi aku berpasrah saja padaNYA. Bukankah itu lebih baik ?

***

Minggu pagi, pukul 9 pagi.

" Assalamualaikum, Ka. Siang ini jadi makan mie ayamnya ? Atau ada perubahan rencana ? " Tanyaku padanya memulai hari ini.

" Insyaallah jadi, Ras. Lima menit lagi aku menuju perjalanan ke sana ya. Kamu siap - siap ya ! " Ucapnya

" Ya udah kalo gitu aku siap - siap dulu ya. Assalamualaikum. " Jawabku yang kemudian mematikan ponsel sesaat setelah Raka menjawab salam ku.

" Waalaikum salam "

***

" Kamu tuh sering ya, Ka makan di sini ? " Tanyaku

" Ya, bisa dibilang seperti itu. Gimana menurut kamu, Ras ? " Jawab Raka dengan memberikan pertanyaan balik kepadaku.

" Enak kok. Aku suka. Eh, Ka, kamu tuh emang kalo makan mie ayam suka dipisah gitu ya kuahnya ? " Tanyaku balik

" Iya, Ras. Kenapa ? Baru tahu ya cara makan mie ayam kuahnya dipisahin ? Aku kebiasaan sih Ras. "  Jawabnya

" Unik banget deh kebiasaan kamu, Ka. " Ucapku

pukul 3 soreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang