Gadis itu berdiam sembari menatap sendu nisan di depannya. Tidak ada isakan, tidak ada tangisan, yang ia lakukan hanya diam dengan kedua tangan yang menggantung sembari menggenggam satu tangkai bunga tulip putih.
"Chan, Teteh minggu depan nikah," Ucapannya tergantung. Masih tetap memperhatikan nisan dihadapannya.
"Cowoknya baik kok," Matanya mulai memanas, dadanya sedikit sesak. Bahunya mulai bergetar ketika bulir-bulir mulai terjun bebas di pipinya. Terdengar isakan kecil, siapapun yang mendengarnya bisa ikut merasakan bagaimana sakitnya.
"Mampir ke mimpi Teteh ya, kasih Teteh selamat." Suaranya tersendat-sendat seiring dadanya yang makin sesak. Gadis itu berjongkok, meletakkan setangkai bunga tulip putih itu di samping nisan bertuliskan Haechan.
"Teteh kangen sama Haechan, Abah sama Ambu juga kangen," Gadis itu masih sibuk menetralisir tangisnya yang mulai mengeras. "Habis Teteh nikah, Abah sama Ambu naik haji, maaf ya Haechan gak bisa ikut."
Gadis itu menarik nafas panjang, ia panjatkan doa untuk adiknya, yang lalu beranjak pergi dan berjalan menuju mobil yang terparkir di depan lingkungan makam. Ia tidak kuat jika harus berlama-lama menatap nisan adiknya. Ia selalu saja terbayang-bayang bagaimana adiknya ketika masih hidup. Caranya tertawa, caranya tersenyum, caranya marah, caranya merengek dan manja ke Tetehnya ketika minta di traktir ayam geprek Bang Ikal.
Bagaimana Hanni bisa lupa cara Haechan memanggil namanya ketika sedang kesakitan, bagaimana Hanni bisa lupa cara Haechan menangis setiap malam, mengadu pada kegelapan bahwa suara-suara terus datang menganggunya.
Bagaimana Hanni bisa lupa senyum terakhir adiknya ketika Hanni membawakan tiga tangkai tulip putih yang Haechan pesan kala itu.
Echan gak bisa nemenin Teteh, Abah, sama Ambu terus, ini bunga sebagai permintaan maaf Echan soalnya Echan suka bandel, suka gak nurut. Maaf ya Echan gak beli sendiri, Echan malah nitip Teteh buat beliin bunga nya.
Tentu saja Hanni sangat mengingat jelas ketika suara monitor jantung Haechan menunjukkan bunyi nyaring yang menyakitkan. Suara yang tidak diinginkan oleh siapapun.
"Langsung pulang, Han?"
"Mampir bentar Jae ke Alfa."
.
.
.
.
.
tbc.
pub or unpub ??
KAMU SEDANG MEMBACA
FOOLS || LEE HAECHAN ✅
FanfictionHadirmu membuatku hangat. Seperti matahari yang sinarnya terik, namun selalu ku nikmati setiap hari. Senyummu membuatku tenang. Seperti bintang malam yang menemani bulan bersinar terang. Hadirmu pun turut menemani hari-hariku yang kelam. Kalau matah...