Bloody Pearl Pt.9

14.5K 2.3K 2K
                                    

"Tidak perlu menatapku begitu."

"Kurasa status hyung belum turun menjadi saksi mata."

Napas Taeil berembus kasar. "Bukankah aku seharusnya dipenjara karena melindungi tersangka?"

"Syukurlah kalau hyung tahu diri." Jungwoo mempertahankan nada sindirannya.

"Aku tidak akan mencoba kabur, jadi berhentilah mencurigai setiap gerak-gerikku."

Si pemuda Kim menggeleng dramatis. "Mulut adalah bagian tubuh manusia yang paling sering berdusta."

"Apa aku pernah berbohong padamu?"

"Tidak." Jungwoo ikut duduk disampingnya. "tapi orang jujur pun bisa memilih untuk mengkhianati prinsipnya demi menyelamatkan seseorang."

Taeil membalasnya dengan tawa sumbang. "Memang sulit menjadi orang jujur dan naif sepertiku."

"Bukan salahmu, dunia saja yang terlalu rusak."

"Hm..." Taeil berdeham. "sebuah ironi. Kejujuran sudah dianggap pilihan, bukan keharusan." raut piasnya semakin pekat. Sungguh ia tak pernah menduga sosok asli sang ibu. Taeil kira hidup dua orang terkasihnya itu selama ini baik-baik saja.

Ia lupa, kehidupan tidak seharusnya dipandang dari sisi bahagianya saja. Banyak tragedi yang ikut menjadi bumbunya. Pahit, namun dalam kenyataannya menambah makna hidup.

"Aku terlalu percaya pada ibu hingga lupa adikku pun memiliki pemikirannya sendiri." Taeil mengusap surai sang adik yang tengah berbaring dipangkuannya. "harusnya aku mengerti bahwa dia juga butuh seorang teman bicara."

Hal yang pria Moon itu sesalkan. Ia terlalu bersemangat mencari uang hingga lupa mendekatkan diri, bicara dari hati ke hati.

"Maka setelah ini perbaiki lah." Jungwoo tersenyum juga akhirnya.

"Tidak ingin bertanya sesuatu padaku?"

"Kalau aku bertanya sekarang, hyung harus mengulangnya lagi didepan Jisung."

"Tak masalah." Taeil tak berkeberatan jika harus mengaku dua kali.

"Baiklah." Jungwoo merogoh sakunya, berniat mengeluarkan notes kecil yang selalu ia bawa. Namun, benda tersebut hancur terkena air. Lalu dengan nada bercanda ia melanjutkan. "untung saja aku orang kaya yang mampu membeli ponsel tahan air."

Taeil menyunggingkan senyum paksa, ponselnya tidak tahan air pun tidak ada dikantongnya lagi. Tapi harganya tetap mahal kok, jangan khawatir.

Aneh tapi nyata, dilingkup pertemanan mereka hanya Jung Sungchan lah yang terlihat paling tidak punya. Dalam tanda kutip; miskin. Pemuda itu hidup sederhana di sebuah rumah sewa. Setiap malam berpindah-pindah tempat untuk mendapat makan malam---Jisung yang paling sering jadi korbannya.

Kelihatannya begitu. Tidak tahu saja bahwa pemuda Jung tersebut menggelontorkan semua dananya untuk teknologi. Rumahnya tidak terlihat macam rumah, lebih mirip kios tukang service komputer kalau kata Yuta.

Padahal Sungchan memang tidak pernah menunjukkan 'rumah' yang sebenarnya---kecuali pada Jisung. Selain karena pemuda Park tersebut rekan yang sangat berkaitan dengan pekerjaannya, ia juga tidak akan segan-segan menggunakan dana pribadi untuk menyokong segala fasilitas yang kepolisian butuhkan.

Pernah sekali Sungchan bertanya perihal kekayaan pemuda bermarga Park itu. Namun, jawaban yang ia peroleh hanya membuat kadar emosi meningkat. Katanya; aku tidak kaya, hanya kebetulan memelihara beruang hingga punya banyak uang.

Taeil yang jadi saksi kejadian itu bahkan terpingkal tak terkendali. Masalahnya, pemuda Jung itu percaya begitu saja. Kesimpulannya; beruang membuat ber-uang.

Chasing Antagonist | ChenJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang