"Lepaskan aku!"
"Jangan."
"Grrhh... lepas!"
"Jangan!" Jisung mulai kewalahan karena tubuh mungil dalam dekapannya itu terus berontak.
"Lepaskan!"
"Diam---awh!" Pemuda Park itu mengaduh karena Chenle dengan ganas menggigiti lengan kanannya.
Tenang, pemuda manis itu tidak kerasukan kok. Ia hanya murka.
Setelah penemuan jasad Minseok, Jisung segera menghubungi kantor polisi terdekat untuk melakukan olah TKP dan evakuasi korban.
Seluruh warga diminta menjauh, mencari korban lain yang baru saja hilang lebih diprioritaskan. Jisung memberi perintah agar anak-anak dan wanita tetap diam di rumah, sementara para pria dewasa berkeliling.
Nah... disinilah asal muasal kekesalan Chenle dimulai. Seorang warga memintanya agar ikut pulang, karena orang itu mengira bahwa dirinya seorang gadis.
Dikatai cantik saja ia sudah naik darah, apalagi disangka makhluk bergunung kembar tersebut. Sungguh! Kelelakian Zhong Chenle terhina. Biar ia bungkam mulut kurang ajar tadi dengan bukti.
"Lepas!"
Jisung mulai lelah, sikap si manis yang mudah sekali jungkir balik tak pernah bisa ia tangani sejak dulu. Mungkin tidak akan ada yang percaya jika orang yang kini ia bekap sama dengan orang yang sebelumnya menangis takut dipelukannya.
"Aku ini-- hmnhpmh! hmmpph hmph hmp hmmph hhmpphh!"
Translate; aku ini laki-laki! Biar ku perlihatkan batangku agar kau percaya!
Bagus tuan Park, keputusanmu untuk membungkam mulut Zhong Chenle merupakan tindakan terbaik.
Jisung terpaksa mengunci pergerakan Chenle. Pemuda berparas manis itu benar-benar berniat membuka ikat pinggangnya.
Tidak boleh.
Tidak ada yang boleh melihat barang didalam sana kecuali Park Jisung. Ia tidak akan membiarkan hak patennya dinikmati orang banyak. Enak saja.
"Lepaskan aku, Park!" Chenle masih berontak. Padahal pelaku pemancing emosinya itu sudah pergi sedari tadi.
"Kau---
Bugh
---Akh!" Ini masa depan kita, sayang. Jisung hanya mampu meringis dalam hati. Si manis baru saja menendang titik selatannya.
"Tenanglah." Si jangkung masih berusaha membujuk. Mari abaikan dulu kebanggaannya yang berkedut sakit dibawah sana. "karena sudah malam, mungkin dia salah penglihatan."
"Kau tidak malu dilihat yang lain?" bisiknya lagi.
Chenle mendadak diam. Oh, ia lupa fakta barusan. Maniknya yang semula menggebu marah mulai mengamati sekitar. Benar saja, semua atensi kini mengarah padanya.
"Sudah tersambung urat malunya?" Jisung kembali berbisik. Nadanya agak tercekik. Sungguh. Demi semua koleksi hentai Nakamoto Yuta! Burung peliharaannya benar-benar nyeri, bung!
"Su-sudah." Chenle balas mencicit. Ia menyengir kuda saat mendapati Taeil menatapnya janggal. Sorot mata pria berstatus dokter itu seolah tengah kasihan padanya. Bagus Zhong, kau menjatuhkan harga dirimu sendiri!
"Maafkan aku," Chenle membungkuk 90 derajat sembari tersenyum masam. "silahkan lanjutkan pekerjaan kalian. Hehe..." Kalimatnya diakhiri kekehan garing. Setelahnya ia berbalik, lalu nampak lah wajah tampan Jisung yang tengah mengkerut sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Antagonist | ChenJi
أدب الهواةZhong Chenle, pemuda manis penyandang gelar gelandangan baru. Entah sial atau mujur, ia dipertemukan dengan seorang polisi tampan berinisial Park Jisung. "Kau pikir semua yang kuberi gratis?" . "Sial!" ...