Bloody Pearl Pt.8

15.5K 2.4K 2.9K
                                    

"Kau!" Jisung reflek berteriak saat tubuh mungil didepannya mulai oleng. "Hati--

Brukk

Chenle terjerat tali sepatunya sendiri.

"Arrgh! Ya!" Pemuda jangkung itu benar-benar kehabisan kata. Padahal ia sudah mewanti-wanti agar Chenle memperhatikan langkahnya.

Kepala besar rekan manisnya itu jatuh tepat ke titik ditengah kedua pahanya. Ya, mengenai adik kebanggaannya 

"Aduh..." Si manis terduduk sembari mengelus keningnya yang berdenyut. "keras sekali, kau sedang on ya?!" tudingnya ketus.

Walau menahan sakit Jisung tetap membalas tak kalah ketus. "Aku yang korban disini, kenapa kau yang marah?!"

"Sakit, bodoh!" Chenle meratapi kening mulusnya yang baru saja menyeruduk sosis beku merk Park Jisung tersebut.

Ingin rasanya pemuda Park itu berguling-guling, namun harga dirinya sebagai seme sejati tak mengijinkan. "Makanya pakai mulutmu, jangan kening. Pasti tidak akan sakit begitu."

"Oh... boleh." Manik si manis menyipit tajam. Kalau Jisung minta pelayanan oral, maka akan ia berikan.

"Kau ingin gigiku mengunyah habis milikmu itu, kan? Akan ku lakukan saat pulang nanti! Awas kau!" geramnya kemudian.

Jisung bergidik sendiri. Gigi lumba-lumba itu tajam loh. "Kalau punyaku habis, maka masa depan kita juga habis."

Si manis berdecih. "Seandainya berakhir denganmu pun, aku tetap akan punya masa depan. Tinggal kau yang kubuat hamil."

Kalimat menyeramkan lainnya. Park Jisung uke, Park Jisung hamil. Tolong buang frasa itu jauh-jauh.

"Hyung membahas apa?" Jangan lupakan eksistensi dua bocah polos yang tengah menatap bingung. Eumm... hanya satu sih, yang satunya tanpa ekspresi.

Chenle beralih, kemudian mengelus pucuk kepala keduanya. "Bukan apa-apa. Hyung punya sosis, kalian mau tidak?"

"Ya! Ya! Jangan menawarkan milikku pada orang lain!"

Pletak

Chenle menjitaknya.

"Apa sih?! Aku bicara soal sosis yang Kyuhyun-ssi berikan tahu!" Sahutnya sebal. Untuk apa juga menawarkan sosis Jisung? Ia bertaruh pasti rasanya tidak enak.

Kalau untuk dimakan memang tidak enak, mungkin. Tapi lain lagi ceritanya kalau dipakai untuk--- stop! Aku ditusuk olehnya? Mustahil.

"Daripada hanya memikirkannya, ayo buktikan. Kita lihat siapa yang akan pasrah. Saat pulang nanti aku siap kok." Jisung menimpali membuat si manis serta-merta menggeplak kepalanya.

"Berhenti sok tahu soal pikiranku!"

"Masalahnya, ujung hidungmu pasti memerah kalau tengah berpikiran mesum." Jisung mengangguk-angguk yakin.

Chenle balas mendelik. Sejelas itu kah dirinya? Malu juga kalau dipikir-pikir. Itu pun kalau dirinya punya urat malu.

Tapi aku 'kan tidak pernah mengatakan hal itu padanya, bagaimana dia bisa tahu?

"Cih! Kau pasti mengorek-ngorek informasi pribadiku lagi." Sengitnya kemudian. Chenle hampir lupa profesi rekan tiangnya ini.

Jisung mengendikkan bahu tak acuh, mencoba ekspresi senatural mungkin. "Tidak juga, aku hanya belajar dari pengalaman."

Haruskah ia juga membeberkan tentang Chenle yang selalu diam hingga berakhir pingsan setiap kali ia ajak bermain di ranjang?

Jangan salah paham. Bukan pemuda manis itu yang lemah, hormon testosteron Jisung saja yang terlalu unlimited.

Chasing Antagonist | ChenJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang