"Kenapa jadi menakutkan begini?" Chenle berseru lemas, jemari mungilnya meremas kuat lengan si pemuda Lee.
"Kau boleh saja terkejut, tapi tidak juga mencakar lenganku!" emosi Haechan membumbung tinggi. Harusnya ia berdiri jauh dari pemuda kekurangan melanin berlabel Zhong Chenle yang akan anarkis ketika takut. Lecet sudah kulit mulusnya.
Siapa yang tidak ngeri? Mereka segera bergegas ketika Jungwoo dan Yangyang melaporkan penemuan jasad seorang penjaga yang tewas di halaman belakang.
Mengenaskan. Mayat pria itu berlumur darah, sebilah kapak besar menancap tepat ditengkorak kepalanya. Matanya membeliak, menyiratkan seberapa menyeramnkannya sang malaikat maut.
Jisung, selaku yang paling berwenang mendekat. Memastikan bahwa pria itu benar-benar sudah mati.
"Siapa nama orang ini?"
Shotaro sebagai sang tuan rumah tahu diri untuk menjawab, "Namanya Kim Jongdae." bau anyir darah membuatnya jijik. Tapi ia juga tidak mau ditinggalkan sendirian, karenanya bersembunyi dibalik punggung pemuda--yang ia ketahui-- bernama Yangyang menjadi kegiatan yang ia lakukan sejak tadi.
Kenapa Yangyang? Tanya saja sendiri.
Jisung berjongkok didepan mayat tersebut, mengamati keseluruhan tubuh korban. "Apa ada yang sudah menyentuhnya?" tanyanya kemudian.
Salah seorang penjaga bertubuh kurus melangkah maju, dengan yakin ia berkata "Tidak ada, tuan. Begitu menemukannya kami langsung menjaga jarak."
Si pemuda Park mengangguk-angguk, "Bagus." menjeda sebentar kemudian ia lanjut bertanya "apa kau punya serbuk karbon?"
Shotaro menyahut bingung, "Apa itu?"
Jisung mengetuk keras pelipisnya. Pertanyaan tadi harusnya diajukan pada orang yang mengerti atau setidaknya berada dalam bidang pekerjaan yang sama. "Kalau namanya saja kau tidak tau, aku yakin kau juga tidak punya barangnya."
"Memang sejak kapan aku jadi polisi sepertimu?" kalimat Shotaro tentu saja menyindirnya. Si Park bodoh itu, untuk apa ia menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya.
Jisung terkekeh canggung, harusnya ia tampak keren dihadapan sang rekan. Namun justru berakhir menggelikan begini. "Maaf untuk itu, tapi aku perlu serbuk karbon untuk mengambil sidik jari pada gagang kapak ini."
Chenle mengawang, mencungkil sedikit memori otaknya. Pasti ada cara yang lebih umum.
Berpikir,
masih berpikir,
terus berpikir,
hingga akhirnya ia sakit kepala sendiri. Ayolah sel-sel otakku, jangan makan gaji buta!
Chenle merengut, hidungnya kembang-kempis tak beraturan. Hal tersebut mengundang si pemuda Park untuk berkomentar "Jangan terlalu keras berpikir, otakmu bisa sariawan."
Bodoh.
Oh, kalimat itu membuat si manis ingat sesuatu. "Kita bisa menggunakan bahan alternatif."
Jisung tersenyum puas, "Apa itu?" seperti yang ia harapkan, kekas---rekan kerjanya ini memang bisa diandalkan.
"Shotaro, apa kau punya bedak tabur dan solasi bening?" Chenle mengabaikan Jisung. Pemuda tiang itu pasti berniat membuat otaknya kerja rodi. Mustahil ia tidak tahu cara yang lebih mudah, Chenle yakin itu.
Tunggu dulu,
Memangnya apa hubungan otak sariawan dengan bedak tabur?
"Punya, tapi ada didalam kamarku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Antagonist | ChenJi
FanfictionZhong Chenle, pemuda manis penyandang gelar gelandangan baru. Entah sial atau mujur, ia dipertemukan dengan seorang polisi tampan berinisial Park Jisung. "Kau pikir semua yang kuberi gratis?" . "Sial!" ...