Senyummu mengalihkan duniaku. Jadi pastikan, hanya aku yang boleh melihatnya.-Rey Angkasa Prabudi-
🌻🌻🌻
Pukul 07.30 pagi, SMA Angkasa dikagetkan dengan pasangan remaja yang baru saja keluar dari mobil sport biru. Sorak-sorai menyambut kedatangan mereka berdua.
Dari gerbang, lapangan, serta koridor dipadati oleh siswa-siswi SMA Angkasa. Mereka dengan antusias menyambut kedua sejoli itu. Ada yang menatap kagum, serasi, iri, bahkan benci. Ada pula yang bersiul, serta ada yang seperti paparazi.
"Serasi banget ya mereka, jadi iri deh."
"Babang Rey dedek rela jadi yang kedua."
"Aaa, Rey manis banget si."
"Masih kalah jauh ini mah dari my queen Selsa "
"Yah selera Rey turun jauh tuh, dari queennya SMA Angkasa malah sama si upik abu."
"Cabe-cabean itu mah, paling dia godain Rey."
"Udah dipakek kali sama Rey."
"Rey dipelet kali gais."
Dan banyak lagi sorakkan dari siswa-siswi lain.
Sedangkan Alin yang mendengar itu, hanya menunduk malu. Ia akui bahwa ia tidak ada apa-apanya dibanding Selsa. Jelas lebih cantik, populer, pintar, tinggi, putih, dan lebih glowing Selsa daripada dirinya yang kentang. Tetapi ia juga tidak pernah menggoda Rey. Walaupun ia cinta mati kepada Rey.
Tiba-tiba lamunannya harus terhenti, karena ia menabrak tubuh tegap seseorang.
"Aduh." Alin meringis memegangi keningnya.
"Rey kok berhentinya mendadak?" tanya Alin dengan suara pelan. Sedangkan sang empu hanya menatap datar.
"GUE INGETIN SAMA KALIAN, GAK ADA YANG BOLEH NGEHINA PACAR GUE. NGERTI!"
"Sekali lagi ada yang ngehina pacar gue, gue pastikan kalian bakal dapat akibatnya."
Mendengar teriakan dan kilatan amarah dari mata Rey, semua siswa-siswi SMA Angkasa langsung bungkam. Hening, sunyi, sepi.
"Cih, sampah." marah Rey.
Rey sangat marah saat ini. Entah kenapa melihat gadisnya dihina seperti ini, ia merasa sangat marah. Jika ada yang boleh menghina gadisnya, itu hanya dirinya seorang.
Kemudian ia menarik lengan Alin, dan pergi dari sana.
🌻🌻🌻
Rey terus saja menarik lengan Alin, tanpa peduli dengan sang empunya.
"Re-Rey, sakit." rintih Alin.
Kemudian Rey pun berhenti tepat di depan kelas Alin, dan melepaskan cekalannya.
"Lemah." ketusnya.
"Maaf." jawab Alin menunduk.
Rey hanya diam, tanpa mengeluarkan ekspresi apapun.
"Belajar yang bener, gue ga mau punya pacar bodoh." Ujar Rey seraya melengos pergi.
Rey meninggalkan Alin dengan santainya, tanpa tau sang empu yang kesakitan. Sepertinya ini awal dari penderitaan Alinka. Sedangkan Alin, ia hanya menatap punggung Rey dengan tatapan sendu. Saat Alin tengah melamun, ia dikagetkan dengan suara toa seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alinka
Teen FictionLuka, satu kata memiliki berjuta arti bagiku. Dia yang menjadikan ku asing di dunia ku sendiri. Ia yang membahagiakan ku dan menjatuhkan ku di hari yang sama, tetapi hanya dia yang setia bersama ku. - - Aku tak marah jika kamu terus memperhatikannya...