14

47 11 48
                                    

Setelah hari itu, kedekatanmu dengan Jungkook, lebih intens. Sekarang ia jadi sering antar-jemput kamu, sering ke mana-mana berdua, dan kadang ia ke kontrakanmu mengantar makanan. Tak jarang anak kampus yang mengira kalian berpacaran, bahkan Aera gemas sendiri mengetahui fakta bahwa kalian hanya sekedar teman.

Kamu awalnya risi dengan tingkah Jungkook yang seolah mendekatimu, tapi akhirnya setelah sering bertemu kamu jadi terbiasa, karena bagimu Jungkook memang sekedar teman yang asik. Tak bisa dipungkiri bahwa berteman dengannya itu seru. Walaupun kalian lebih sering bertengkar, tapi kadang di sela-sela itu kalian juga banyak bercanda, menertawai hal-hal yang bahkan tidak lucu, dan kalian juga jadi saling bertukar pikiran serta pendapat tentang suatu hal. Intinya kalian saling berbagi.

Soal Namjoon, kamu akhirnya memberanikan diri cerita ke Jungkook. Tapi kamu menyamarkan nama Namjoon. Jungkook menjadi pendengar yang baik. Dia tidak banyak menanggapi, lebih sering diam mendengarkan selama kamu bercerita. Jungkook juga begitu, dia juga cerita tentang masalah debut lagunya yang gagal karena ditolak sana-sini. Kalian yang punya masalah masing-masing akhirnya saling menghibur.

Yang paling disayangkan adalah, Jungkook belum terbuka tentang siapa dia sebenarnya. Dia masih tertutup. Sebenarnya kamupun demikian, jika menyangkut  urusan keluarga, kamu belum buka suara. Toh, kehidupan keluargamu biasa-biasa saja, tidak ada bagian seru, hanya ada potongan menyedihkan masa lalu. Tapi akhirnya semakin ke sini kamu jadi tidak begitu peduli dengan hal itu, kamu menanamkan mindset bahwa hal-hal itu memang cukup disimpan sendiri, lagipula wajar juga jika kalian belum saling terbuka. Perkenalan kalian masih sangat dini untuk mengenal lebih dalam. Jadi biarlah, jalani saja.

^_^

Waktu bergerak bagai anak panah yang melesat dengan cepat, tanpa terasa besok adalah hari dimana kamu dan Jungkook makan malam di cafe mahal itu. Inget kan soal janji kalian, voucher gratisan?

Sore itu, seperti biasa kamu diantar pulang olehnya. Sebelum kamu turun, Jungkook sempat menahanmu.

"Besok.. make baju bagus ya. Awas aja lo malu-maluin!" Jungkook memberi peringatan.

Kamu memutar bola mata. "Kapan sih gue nggak cakep?! Lagian mau dinner sama lo doang bukan sama King Salman, gak rapi juga gak masalah!"

Jungkook menoyor kepalamu. "Heh! Di mana-mana cewe kalau mau dinner, make gaun gitu. Gue suntuk banget liat lo cuman kemeja-an sama celana jeans setiap saat."

"Banyak protes lo ah!" Seperti biasa kamu menabok lengan Jungkook—satu-satunya senjatamu.

Jungkook terdiam untuk beberapa detik, lalu ia menatap kedua manikmu. Kamu tiba-tiba salah tingkah, gak biasanya Jungkook menatapmu demikian. Kepalamu refleks mundur, takut—parno, masih trauma dengan yang sebelumnya. 

"Please ya, buat besok pake baju bagus." Jungkook tidak memalingkan tatapannya, kamu bisa melihat ada sirat permohonan di sana.

"Apaan sih, kok mendadak serius banget!" Kamu membuang wajah, mengipas-ngipas leher, udara sekitar mendadak gerah.

"Besok gue bakal tampil. Itu live music, gue yang ngisi. Jadi gue mohon lo mau dateng dan ngehargain gue."

Kamu menoleh, menatap Jungkook terkejut. Kamu kira ini adalah acara makan malam biasa karena Jungkook mendapat voucher gratisan, tapi ternyata dia akan tampil.

"Bakal ada orang penting juga yang dateng, jadi gue mohon ya.." Kini lelaki itu sedikit menundukan kepala menatap kemudi sambil menggurat-guratnya.

Kamu menepuk bahu lebar Jungkook. "Iya-iya.. gue dandan yang cakep buat lo! Pokoknya gue nggak bakal malu-maluin!"

Jungkook tersenyum geli. Lalu ia terkekeh, suraimu diacak-acak olehnya. Kamu mengaduh kembali menabok lelaki itu karena membuat rambutmu berantakan.

HALULLABY; SEPTEMBER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang